0
Home  ›  Chapter  ›  Young Money

Chapter 11

Chapter 11-1

Beberapa hari berlalu, anggota keluarga Bimo mulai menerima Aldo meskipun masih bersikap judes dan benci padanya. Andin juga hanya memperhatikan Silvia dan tak pernah bicara pada Aldo, apa lagi Bimo yang sengitnya minta ampun.

Tapi Bimo tidak benar-benar kesal dengan kehadiran Aldo. Karena sejak ada Aldo di rumah, Andin main sering bersentuhan dengannya. Mulai dari menggenggam tangannya, memeluknya, atau melayaninya dua kali lipat lebih rajin dan menyenangkan. Andin juga tak pernah menolak ajakan Bimo, kecuali hubungan intim tentunya. Jangankan menolak, Bimo saja tak berani menawari Andin sama sekali. Paling jauh hanya kecupan singkat di kening atau pipi, benar-benar seperti pacaran ala anak SMP.

"Andin nonton yuk... " ajak Bimo pada Andin yang sudah siap tidur.

"Nonton apa Mas? Dah malem gini..." ucap Andin heran.

"Film Train to Busan. Berani gak? "

"Boleh, aku cari cemilan ya? " tawar Andin yang di setujui Bimo.

Andin benar-benar memanjakan Bimo agar moodnya terjaga. "Oh iya Mas, mau cemilan apa? " tanya Andin sebelum keluar.

"Pop corn lama gak bikinnya? " jawab Bimo balik tanya.

"Aku liat ada bahan-bahan dulu ya Mas... " ucap Andin lalu menutup pintu.

Bertepatan dengan Andin yang kuar kamar, Aldo juga. Aldo terlihat sangat senang bisa kebetulan bareng dengan Andin  begini. Penampilan Andin yang biasa masih terlihat sexy baginya. Aldo tersenyum mesum melihat Andin. Andin hanya mengangguk menyapa Aldo lalu pergi ke dapur melihat apa masih punya jagung kering untuk membuat pop corn.

Aldo yang kembali kebetulan mengambil minum untuk Silvia mulai memberanikan diri untuk mendekati Andin yang tengah berjinjit mengambil pop corn. Dengan sengaja Aldo memepet Andin dan menghirup aroma tubuh Andin. Refleks Andin membalikkan badan dan menyingkir dengan wajah paniknya.

"Kamu mau apa?! " ucap Andin tegas sambil menjaga jarak ke sisi lain dapur.

"Aku mau apa? Aku mau kamu... " jawab Aldo kurang ajar dengan pandangan sayu ke arah Andin.

"Jangan kurang ajar ya! " ucap Andin tegas lalu berjalan cepat ke kamar, tapi sayang Aldo lebih cepat darinya.

Aldo langsung menarik Andin dan memojokkannya, Aldo juga langsung membungkam mulut Andin dengan tangan besarnya. Andin benar-benar ketakutan dan berusaha melepaskan diri. Tapi Aldo jauh lebih kuat darinya. Andin hanya bisa menangis ketakutan sambil menatap Aldo, berharap air matanya mampu meluluhkan hati Aldo agar mau melepaskannya. Bukan melepaskannya atau kasihan, Aldo malah di buat makin kegirangan dan bernafsu untuk segera menggauli Andin. Andin berusaha mengambil sesuatu di sekitarnya untuk membela diri atau paling tidak agar lepas dari Aldo.

Baca juga Bab 39 – Positiv

Tangannya benar-benar gemetar, apalagi Aldo makin menyudutkannya dan mengangkat tubuh rampingnya ke atas wastafel. Andin langsung menjatuhkan piring atau apapun itu agar ada orang yang datang menolongnya.

Pyar! Suara piring yang pecah di jatuhkan Andin. Seolah masih kurang dan tak ada siapapun yang mendengar, Andin kembali menjatuhkan sendok dan garpu yang ada di sampingnya. Mendengar ada yang janggal dari dapur, Bimo langsung keluar kamar dan mendapati Aldo yang akan memperkosa istrinya.

Dengan sigap Bimo langsung menghajar Aldo tanpa henti dan tanpa celah untuk membalas atau menangkisnya. Silvia dan orang tuanya langsung keluar kamar dan dapati Aldo dan Bimo sedang berkelahi, sementara Andin masih di atas wastafel menangis ketakutan.

Silvia dan pak Hendro berusaha memisahkan Bimo yang akan membunuh Aldo dengan mencekiknya. Aldo hanya bisa terbatuk-batuk dengan nafasnya yang tersengal-sengal karena di hajar Bimo. Sementara Bimo langsung memeluk Andin yang menangis dengan sangat erat.

"Andin yang godain aku!" ucap Aldo yang langsung menuduh Andin. "Dia rayu aku!! " tuduh Aldo lagi.

Kesal dengan mulut besar Aldo, Bimo langsung melepaskan pelukannya dan Andin. Bimo kembali menghajar Aldo bahkan sampai memukulnya dengan gelas ke kepala Aldo sampai pecah. Silvia ikut histeris melihat suaminya yang di hajar habis-habisan oleh kakaknya sendiri sampai hampir dibunuh begini.

"Yang benar saja! Mana mungkin istriku kayak gitu! Mana mungkin Andin godain cowok model gigolo kayak kamu! " maki Bimo sambil meludahi Aldo dengan jijik lalu menggendong Andin masuk ke kamarnya berusaha untuk menenangkannya.

Bu Alin dan pak Hendro tak habis pikir dengan apa yang dilakukan Aldo pada Andin. Tak hanya itu, Aldo bahkan menuduh Andin menggodanya. Benar-benar sesuatu yang tidak masuk akal. Mana mungkin Andin sempat menggodanya saat ia hampir dua puluh empat jam bersama suaminya. Tak masuk akal sama sekali!

"Sst... Sudah tidak apa-apa... " ucap Bimo sambil mendekap Andin.

Andin masih menangis sambil menyembunyikan wajahnya di dada bidang Bimo. Badannya gemetar ketakutan, tangisnya pun sampai tersengal-sengal. Andin juga tak mengendurkan pegangannya pada Bimo sama sekali.

Aku yang suaminya aja belum ngeseks, ini malah mau di perkosa orang lain. Batin Bimo lalu mengecup kening Andin.

Semalaan, Bimo mendekap erat Andin. Andin juga sama sekali tak mau jauh dari Bimo dan terus bersembunyi di balik selimut. Andin tak bisa tidur sama sekali apalagi Bimo. Sampai ayah Andin datang untuk menenangkan Andin. Pak Trisno terlihat marah, kecewa dan sedih akan apa yang menimpa putrinya. Tapi apa daya ia tak bisa berbuat banyak selain mencanangkan Andin hingga Andin bisa di ajak bicara.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

●●●

"Mas, aku gak pernah godain siapapun... " ucap Andin pada Bimo.

"Iya, aku tau... " ucap Bimo lalu memeluk Andin lalu mengecup bibir Andin.

Andin hanya memejamkan mata dengan air matanya yang terus mengalir. "Aku gak ngapa-ngapain, ini... " ucap Andin lalu mengeluarkan jagung kering dalam kemasan yang terus ia kantongi pada Bimo.

Pak Trisno yang membawakan makanan untuk Andin mengurungkan niatnya karena melihat Andin yang tengah bersama Bimo.

"Sudah jangan nangis terus... " ucap Bimo sambil menyeka air mata Andin dan mengecup keningnya. "Sakit ya pipimu? " tanya Bimo saat melihat memar di wajah Andin.

Andin hanya mengangguk, lalu menunjukkan tangannya yang juga di cengkaram kuat sampai luka oleh Aldo.

"Ya Allah... Sampai kayak gini... Maaf ya gak jagain kamu... " sesal Bimo melihat apa yang menimpa istrinya sampai seperti sekarang. "Besok lagi gak usah keluar kamar kalo gak ada orang ya... Maaf ya Andin... " ucap Bimo lalu kembali memeluk Andin dan mengecup keningnya.

Andin hanya mengangguk patuh lalu membalas pelukan suaminya. "Aku takut... " adu Andin lirih pada Bimo.

"Kan ada aku, jangan takut... " ucap Bimo sambil mengecup kening Andin lagi.

Bu Alin yang masuk ke kamar Andin dan Bimo sedikit menghilangkan kekhawatirannya karena melihat bagaimana perhatiannya Bimo. Silvia juga sangat kecewa sampai bertengkar dengan suaminya. Aldo juga tak meminta maaf pada pak Trisno atas apa yang dilakukan pada putrinya sama sekali.

"Bentar ya aku tutup pintu ..." ucap Bimo melepaskan pelukannya pada Andin sejenak.

Bimo kembali meletakkan gantungan “Don't Distrub” yang sudah lama tak pernah menggantung di gagang pintu kamarnya sejak ada Andin. Bimo berusaha membuat Andin setidaknya tenang setelah di lepas dari pelukannya atau berani sendiri saja, karena Andin masih terlihat sangat takut bahkan hampir selalu memegangi baju atau tangan Bimo agar tidak jauh-jauh darinya.

"Kemarin gimana kok bisa sampai kayak gitu? " tanya Bimo sambil mengelus rambut Andin dan merapikannya agar tidak menutupi wajahnya.

"Aku cuma mau bikin pop corn, aku lagi cari bahan dia mepet aku dari belakang. Dia bilang mau aku. Terus hiks... Hiks... " Andin tak sanggup menyampaikan ceritanya.

"Sudah... Istigfar... Lain kali harus lebih hati-hati ya... " ucap Bimo kembali mendekap Andin.

"Tapi aku gak salah Mas, aku gak godain Aldo," adu Andin sambil menangis.

"Iya aku tau... Aku percaya kamu, tapi lain kali tetap harus hati-hati ya... " ucap Bimo sambil mengusap air mata Andin lalu mengecup bibir Andin untuk yang kedua kalinya hari ini.

Bimo yang biasa menulis soal pemerkosaan dan penganiayaan dengan fantasinya yang begitu liar. Membuat tindak kekerasan dan pelecehan sebagai hal menyenangkan, kini melihat dan merasakan sendiri bagaimana ketakutan dan trauma yang di alami korban. Sangat jauh berbeda dengan fantasinya yang menggambarkan ke suka relaan dan nafsu yang menggebu.

Bimo terus menatap wajah Andin yang mulai terlelap. Alisnya masih bertaut dan terlihat sangat tidak tenang dalam tidurnya. Tangannya bahkan masih menahan Bimo agar tetap di sampingnya. Sangat berbeda dari biasanya bila ia akan memunggungi Bimo dan tak menyentuh Bimo dalam tidurnya.

Kasian banget istriku. Batin Bimo lalu mengecup kening Andin sambil mengelus punggungnya agar lebih tenang. Perlahan Bimo mulai turun dari tempat tidur lalu keluar kamar setelah Andin mendengkur pelan.

Chapter 11-2

30
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share