8 tahun
berselang…
Arya kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan
kuliahnya dan memutuskan untuk pensiun sebagai petarung MMA. Arya tetap
mempertahankan gelarnya sebagai Killing Machine meskipun ia sempat
bertarung dan cidera di pertarungannya dengan seorang atlit asal USA di awal
karir internasionalnya. Arya tetap menang meskipun tipis tapi di pertandingan
itu Arya baru merasakan kepuasan di atas ring setelah dapat lawan yang sepadan.
Arya membuat agensi untuk menangani para atlit
yang ingin jadi petarung MMA profesional sepertinya. Arya juga menjalankan
beberapa bisnis yang ia buat sendiri di luar negeri meskipun tetap di bantu
keluarganya. Arya juga pelan-pelan mulai terjun menangani perusahaan
keluarganya yang begitu besar sebagai calon penerus tunggal.
Surti sudah tak bekerja untuk keluarga Arya
lagi. Sejak semua anaknya sudah berkeluarga dan tak ada yang perlu ia tanggung
lagi, Surti kembali ke kampungnya dan membuka mini market hadiah dari Arya
karena sudah mengasuhnya selama ini.
Joko juga sudah tidak bekerja disana lagi, Arya
menghadiahinya bengkel seperti mimpinya selama ini. Arya dan keluarganya juga
tetap menerima Surti maupun Joko bila nantinya ingin bekerja di sana bila masih
sehat dan kuat bekerja.
“Adek dapet undangan reuni tuh,” ucap Alma
setelah olah raga dan melihat beberapa undangan yang di antarkan kepala
pelayannya.
Arya menghampiri Alma lalu menerima
undangannya. Arya awalnya ragu untuk datang ke reuni SMAnya. Ia masih enggan
bertemu Alya. Sakit hatinya masih belum benar-benar hilang. Tapi ia merasa
tidak baik juga bermusuhan sekian lama, mungkin bertemu Alya kembali di reuni
akan membuatnya bisa berdamai.
Arya juga berharap bila ia bisa lebih dari
sekedar memperbaiki hubungan tapi juga memiliki hubungan asmara dengan Alya
setelah dulu tak pernah sempat menyatakan perasaannya.
Arya mempersiapkan dirinya untuk datang ke
reuni. Kabar kepulangannya dan konfirmasi kehadirannya di reuni membuat
teman-temannya di grup heboh dan senang mendengarnya. Arya benar-benar di
sambut dengan hangat yang membuatnya jadi makin bersemangat untuk datang.
Arya membuka album year book dari SMAnya
dulu meskipun ia tak sempat ikut berfoto bersama yang lain jadi fotonya
menggunakan file lama sekolahnya yang berbeda dari temannya yang lain. Arya
memperhatikan foto Alya. Arya berharap besar bila Alya masih terlihat sama
seperti dulu.
Arya berharap Alya bisa terlihat lebih cantik
dan memiliki pekerjaan yang baik. Alya menerka-nerka bagaimana tampang Alya
sambil tersipu sendiri. Arya masih deg-degan membayangkannya. Bahkan rasanya Arya
juga sudah memaafkan Alya ketika membayangkan akan bertemu di reuni nanti.
Hingga hari reuni yang Arya tunggu-tunggu tiba.
Arya datang awal, ia berharap bisa menjadi kejutan untuk teman-temannya yang
datang lebih lambat darinya juga ingin menyambut kedatangan Alya.
Tapi hampir satu jam menunggu, acara juga sudah
mulai berjalan. Obrolan-obrolan, pidato atau mc yang berusaha menghangatkan
suasana sudah bolak balik ke atas panggung. Arya sudah mulai bosan dan kecewa
karena Alya tak kunjung datang.
Sampai akhirnya ada seorang wanita yang sedang
hamil sambil menggandeng anak peremuan masuk bersama suaminya.
“Wah ini Alya!” sambut mc yang langsung membuat
Arya terfokus pada wanita yang baru saja masuk.
Alya itu Alya. Wanita hamil yang mengajak
putrinya itu Alya. Arya melihat suami Alya yang tampak gagah dengan baju loreng
yang masih lengkap dan tampak jelas bila mereka baru saja dari dinas.
“Bu Letnan dateng,” sambut yang lain pada Alya.
Alya tersenyum canggung lalu bersalam salaman
hingga akhirnya ia berhadapan dengan Arya. Arya menatapnya dengan sedih.
“H-hai,” sapa Alya duluan dengan gugup pada
Arya. “I-ini salim dulu kakak,” ucap Alya meminta putrinya menyalimi Arya.
Arya melihat gadis kecil yang mengulurkan
tangan padanya. “Kamu mirip ibumu,” ucap Arya pelan.
“Mas,” panggil Alya pada suaminya. “Ini
suamiku,” ucap Alya memperkenalkan suaminya pada Arya.
“Pras,” ucap suami Alya memperkenalkan diri.
“Arya,” jawab Arya lalu menjabat tangan Pras.
Arya yang ingin meluruskan segala masalah dan
membicarakan soal pertengkarannya dengan Alya dulu langsung mengurungkan
niatnya. Arya yang ingin menyatakan cintanya juga memilih untuk diam dan
mengajak bicara anak perempuan Alya yang terlihat tertarik dan suka mengobrol
dengannya dari pada bicara dengan Alya.
“Oh iya, Om punya oleh-oleh. Kamu mau gak?”
tanya Arya menawari putrinya Alya.
Gadis kecil itu menatap Alya meminta ijin. Alya
mengangguk memberi ijin lalu meminta suaminya menemani ikut ke mobil Arya untuk
mengambil oleh-oleh yang Arya tawarkan.
“Ini buat kamu,” ucap Arya memberikan buket
mawar berwarna putih setelah mengambil kartu ucapannya pada gadis kecil itu,
juga coklat dan sebuah kalung yang cukup mewah.
“Wah! Banyak sekali!” seru gadis kecil itu
menerima begitu banyak hadiah mewah dari Arya yang tak pernah ia bayangkan
sebelumnya.
Alya memperhatikan di kejauhan dengan sedih.
Alya tau harusnya ia menjelaskan semuanya, tapi ia sudah menikah dan ia tak mau
merusak kebahagiaan keluarganya dengan cinta lamanya.
Pras membawa hadiah dari Arya kedalam mobilnya.
Arya berjongkok agar bisa bicara setara dengan gadis kecil itu setelah melihat
mobil dinas yang terlihat menyedihkan itu. Arya mengelus rambut gadis kecil itu
lalu merapikan tiara plastik yang ia gunakan.
“Harusnya kamu jadi princess dan tinggal
di istana beneran, dengan pelayan yang banyak dan tiara sungguhan,” ucap Arya
lalu kembali bangun ketika Pras datang. “Aku pulang duluan ya, ada urusan,”
pamit Arya lalu melambaikan tangan ke Alya juga beberapa temannya yang
melihatnya.
0 comments