Yuli
diam-diam pergi kesekolahan Alya dan menyembunyikan masalah yang tengah ia
hadapi dengan Alya ini dari suaminya. Yuli tak mau memperkeruh situasi yang
ada, selain karena suaminya yang di PHK Yuli juga ingin agar masalah ini cepat
kelar dan selesai dengan baik-baik.
“Alya?”
tanya seorang pria berjas rapi yang datang menghampirinya.
Ada mobil
dengan stiker FS Group yang terparkir di halaman, sudah jelas pria ini datang
karena Arya. Yuli jadi merasa lega karena Arya benar-benar membuktikan
omongannya. Tak lama tampak Doni yang datang bersama pengacara dari lembaga
hukum ayahnya. Wajah Doni yang kemarin di hajar Arya masih begitu terlihat.
Tak selang
lama bel berbunyi. Alya dan Yuli juga para kuasa hukum di persilahkan masuk ke
ruang kepala sekolah. Doni ikut masuk juga karena ingin menuntut Arya dan
menyalahkannya juga apa lagi ia sudah di buat bonyok begini.
Orang tua
Icha datang menaiki sedan BMW keluaran tahun 2005 berwarna hitam dengan angkuh
layaknya caleg yang sudah menjabat di DPR. Icha ikut turun dan tak terlihat
rasa sesal sedikitpun di wajahnya.
Suasana
tegang menyelimuti Yuli dan Alya yang sebenarnya lebih memilih untuk langsung
bersujud meminta maaf saja daripada harus berurusan dengan keluarga Icha. Tapi
kuasa hukum dari FS Group tampak begitu tenang dan meyakinkan Yuli dan Alya
bila semua akan baik-baik saja.
“Am I
late?” tanya Arya yang masuk begitu semua sudah lengkap dengan senyum
tersungging di bibirnya. “Masih berani masuk kamu?” tanya Arya lagi pada Icha
lalu duduk dengan santai semaunya.
Orang tua
Icha keget dan begitu tidak suka dengan sikap Arya yang arogan dan seenaknya.
Tapi kepala sekolah yang paham bila Arya punya power yang lebih besar daripada
orang tua Icha memilih tidak mempermasalahkan Arya dan fokus pada masalah yang
ada daripada memunculkan masalah baru yang lainnya.
“Menurutku
aku ga salah karena aku cuma bercanda, selain itu banyak temen-temen yang lain
juga disana jadi bukan salahku aja,” Icha masih merasa tidak bersalah.
“Apa aku
perlu viralin vidiomu waktu bikin seragam Alya basah? Apa aku harus posting
keseruanmu juga?” tanya Arya yang benar-benar membela Alya. “Doni, kamu balik
ke kelas gih, enek aku liat mukamu,” usir Arya karena Doni sama sekali tak
memberikan pembelaan pada Alya.
“Ehm…” Ibu
Icha berdeham tak mau bila putrinya terkena masalah. “I-Ini cuma bercanda,
tidak usah di perbesar. Icha juga udah hapus semua postingan jorok itu. Jadi
masalahnya sudah selesai kan?”
“I-iya
sepertinya lebih baik begitu,” ucap Yuli setuju karena enggan keponakannya
bermasalah dengan anak-anak orang kaya yang bisa menggila seenak hatinya ini.
Sementara
Alya hanya tertunduk dengan airmata yang mengalir.
“Minta maaf
sama Alya!” perintah Arya yang sedikit kecewa dengan apa yang terjadi.
“Minta
maaf? Untuk apa?” tanya Icha yang masih keras kepala tak mau meminta maaf.
“Setelah
semua sampai sejauh ini kamu masih ga merasa bersalah Cha?” tanya Doni kaget
dengan Icha yang sama sekali tak merasa berdosa.
“A-ayo Icha
minta maaf,” paksa ibu Icha yang tak mau masalah akan makin besar lagi.
“Oke, sorry
Alya. Meskipun aku gak salah aku minta maaf duluan,” ucap Icha dengan tidak
ikhlas sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman dengan Alya sebagai tanda
permintaan maaf.
“Kamu paham
harus apa kan?” bisik Arya pada kuasa hukumnya itu.
Suasana menjadi
canggung dan begitu dingin. Kepala sekolah juga rasanya tak mampu menengahi
lagi. Ia sudah kapok berurusan dengan Arya apa lagi keluarganya. Kadang kepala
sekolah juga heran kenapa Arya bisa nyasar sekolah di sekolah negeri dan bukan internasional
school saja.
“Aku mau
minta kamu tanggung jawab udah bikin wajahku memar,” ucap Doni beralih
menyerang Arya sebelum pengacara Arya pergi.
“Kamu yang
mulai pukul aku duluan, kalo kamu kalah karena kamu salah pilih lawan. Sebagai
laki-laki yang jantan apa kamu gak malu minta pertanggung jawaban dariku?”
jawab Arya yang benar-benar menyinggung harga diri Doni dan sukses membuatnya
bungkam.
●●●
Tak ada
kabar lagi soal Icha setelah kejadian di ruang kepala sekolah. Alya bisa
menjalanin harinya sebagai murid seperti biasanya. Teman-teman di kelas mulai
mengajaknya bicara dan menerimanya kembali seperti sebelumnya.
Orang tua
Icha yang memiliki hutang pada bank yang di kelola Waloh Group langsung
mensegel seluruh aset yang ada. Tentu itu bukan hal sulit untuk Arya, apa lagi
ibunya yang memegang kendali. Doni juga tak lagi mencari masalah dengan Arya
meskipun ia tetap dekat dengan Alya.
Arya tak
keberatan Alya dekat dengan Doni juga selain dirinya. Arya suka punya banyak
teman meskipun Doni masih saja tak suka pada Arya yang dekat dengan Alya. Tapi
Arya tak peduli yang penting tidak ada masalah lagi di kelasnya.
“Arya,
Tanteku pengen ajak Arya makan siang di rumah nanti. Bisa?” tanya Alya sebelum
kelas selesai.
Arya
langsung mengangguk dengan senang. “Bisa dong!” seru Arya semangat.
Dela hanya
menatap Alya dengan rasa malu, takut dan bersalah. Dela tau pilihannya dulu
untuk menjilat Icha dan ikut membully Alya yang susah payah membelanya adalah
keputusan yang salah. Masuk dalam geng anak hits tidak membuat perasaannya
lebih baik. Bahkan Dela juga jadi kehilangan teman baiknya.
“Alya…”
panggil Dela pelan yang menghampiri Alya. “B-boleh ngomong bentar?” tanya Dela
gugup.
Alya
mengerutkan keningnya lalu mengangguk dan mengikuti Dela duduk di salah satu
bangku di dekat parkiran motor.
“Aku minta
maaf,” lirih Dela yang tak berani menatap Alya. “Aku salah khianatin kamu dulu,
aku jahat udah bikin kamu menderita sendirian selama ini, a-aku…aku…”
“Gapapa
Del, aku gak mau inget-inget itu lagi. Aku udah maafin kamu kok,” potong Alya.
“Alya!
Ayo!” teriak Arya yang sudah menunggu di dalam mobilnya.
“Aku pulang
dulu,” pamit Alya lalu menyalami Dela sebagai tanda sudah memaafkannya.
“Alya, apa
kamu pacaran sama Arya?” tanya Dela.
Arya
tersenyum. “Apapun hubunganku sama Arya bukan urusanmu,” jawab Alya lalu
melangkah ke mobil Arya.
0 comments