Bab 07 – Seragam
“Bunda, di
kelasku yang baru ada teman namanya Alya. Aku udah berharap kalo itu Alya
temanku TK dulu. Tapi kayaknya aku salah. Dia beda sama Alya temanku TK,
penakut sekali. Aku ga tau kenapa dia takut aku juga, padahal aku ganteng, aku
juga baik. Tapi gapapa aku juga anggap dia temanku. Aku nanti bakal baik juga
sama dia biar dia gak takut sama aku.” Tulis Arya lalu menghela nafasnya dan
merebahkan diri di tempat tidurnya.
Ia memang
tak yakin bila Alya di kelasnya adalah Alya temannya di TK. Tapi Arya tetap
yakin bila Alya itu Alyanya dulu. Meskipun ia tak punya bukti dan tak sempat
bertanya apapun pada Alya. Kalaupun Alya bukan Alya yang ia cari, Arya juga
tetap memikirkannya karena penasaran kenapa ia begitu pendiam dan penakut. Juga
rambut lurusnya yang di potong begitu buruk dengan panjang yang tidak sama, bahkan
tak satupun teman perempuan yang mau berbaur dengannya.
●●●
Arya masuk
hampir terlambat karena ia terlalu lama menonton kartun dan penasaran dengan
endingnya. Beruntung ia bisa sampai tepat waktu dan masuk ke kelasnya. Jam
pertama olahraga. Arya senang pelajaran olah raga, ia jadi bisa menyombongkan
kebolehannya dalam berolahraga pada para teman-temannya. Tidak hanya Arya siswa
lain juga begitu.
Sampai saat
ia hendak pergi ke lapangan. Arya melihat beberapa gerombolan siswi hits
melewatinya sambil cekikikan jahil membawa sebuah seragam ke arah kamar mandi.
Arya melihatnya sekilas dan merasa sedikit aneh karena harusnya semua sudah ada
di lapangan. Tapi Arya tak mau ambil pusing soal para perempuan.
Olahraga
sudah dimulai hampir setengah jam. Arya tak melihat Alya sama sekali sampai
akhirnya ia datang dengan rambutnya yang basah dan terpotong makin berantakan.
Arya mengerutkan keningnya miris melihat Alya tapi saat Arya akan mendekat pada
Alya tiba-tiba Doni mendekat duluan dan bicara pada Alya.
Apa yang
perlu ku khawatirkan sebenarnya? Dia tetep punya temen, culun sama culun.
Ngapain aku khawatir, batin Arya lalu kembali berolahraga dengan teman-temannya
di iringi sorakan dari para perempuan tiap melihat otot-otot perutnya yang
terlihat dari balik kaosnya.
Icha
melirik Alya sinis lalu langsung tersenyum manis dan ramah begitu Arya mendekat
dan mengambil botol minumnya yang ada di samping Icha.
Arya duduk
di samping Icha sambil mengatur nafasnya dan mengelap keringatnya dengan lengan
kaos olahraganya.
“Icha, kamu
kenal Alya?” tanya Arya sambil menatap giliran Alya untuk praktek sit up tanpa
ada yang mau membantu memegangi kakinya.
“Kenal, dia
temanku di kelas sepuluh. Kenapa?” jawab Icha begitu ramah.
“Kenapa gak
kamu temenin kalo kamu kenal dia?” tanya Arya yang membuat Icha tersenyum
canggung lalu bangkit dari duduknya dan langsung menghampiri Alya dan
membantunya untuk sit up.
Beberapa
teman Icha menahan tawa dan begitu angkuh memandang rendah Alya. Sementara Alya
terlihat takut dan gugup karena Icha yang tiba-tiba membantunya.
“Aku mau
ganti baju,” ucap Arya yang sudah selesai mengambil nilai dan beranjak ke kelas
lebih awal.
Icha
benar-benar kesal dan marah karena ia jadi kehilangan momen untuk menghabiskan
waktu bersama Arya karena harus membantu Alya. Padahal ia sudah berusaha
mengambil nilai lebih awal agar punya waktu lebih banyak bersama Arya. Tapi
karena Alya ia malah kehilangan Arya.
Usai jam olahraga.
Icha dan yang lain memojokkan Alya di kamar mandi setelah berdalih akan
mengajaknya ganti baju bersama dan sudah berteman sekarang agar Doni tidak
curiga. Icha memojokkan Alya lalu memasukkan baju ganti Alya kedalam bak mandi
lalu meninggalkan Alya sendiri.
“Mampus lu!
Culun! Caper! Sok pahlawan!” geram Icha sambil menempeleng kepala Alya
berkali-kali.
Dela yang
melihat Alya di perlakukan begitu buruk oleh Icha hanya bisa diam tertunduk
tanpa berani membantu atau membelanya. Dela lebih memilih untuk pasrah
mengikuti Icha dan kelompoknya sebagai pesuruh daripada jadi target bullyannya.
Tangan Alya
terkepal menahan amarahnya. Ia tak bisa banyak melawan. Ia sudah pernah melawan
anak komite saat masih TK dan ia berakhir dengan pemindahan ke TK lain. Alya
tak mau membuat masalah yang sama. Terlebih ia sebentar lagi akan lulus.
Gerombolan
siswi hits besutan Icha masuk ke kelas dengan ceria dan senyum mempesonanya.
Tak tampak Alya bersama mereka. Doni langsung curiga dan pergi mencari Alya.
“Alya!”
seru Doni yang melihat Alya menjemur bajunya di belakang kamarmandi sekolah.
“D-doni,
bajuku gak sengaja jatuh ke bak air. Jadi basah, aku gapapa,” dusta Alya lalu
memeras roknya kuat-kuat dan menjemurnya.
“Kalian
ngapain?” tanya Arya yang lewat hendak buang air dan mendapati Alya dan Doni
bicara di belakang.
Alya dan
doni begitu kaget melihat Arya yang memergoki mereka. Doni berusaha mengejar
Arya untuk menjelaskan semuanya. Tapi Arya berlalu begitu saja kembali kekelas
dan pergi lagi setelah mengambil baju olahraganya yang sudah di lipat.
“Doni!”
panggil bu Endang yang akan mengajar selanjutnya. “Bilang ke temen-temen di
kelas kalo nanti ulangan, suruh ganti baju semua. Kalo belum ganti ga boleh
ikut ulangan!” perintah bu Endang yang menahan Doni untuk mengejar Arya.
●●●
“Woi!” seru
Arya memanggil Alya sambil ikut menjemur seragamnya yang ia basahi sendiri.
Alya begitu
kaget melihat Arya yang sudag ada di sampingnya dan sama-sama menggunakan
seragam olah raga lagi seprtinya.
“Seragamku
ga sengaja jatuh ke air, jadi basah,” ucap Arya lalu ikut duduk di bawah
bersama Alya.
Alya
mengangguk sambil menahan senyumnya. Alya tau Arya sudah ganti baju dan ia juga
tau bila seragam milik Arya tidak basah. Tapi Arya tetap ikut-ikutan dengannya.
“Habis ini
ulangan,” lirih Alya tanpa berani menatap Arya.
“Gapapa, aku ikut ulangan susulan aja,” jawab Arya santai lalu menghela nafas santai.