Arya makan
dengan lahap ia sudah lapar. Tio tak berani memakan makanannya. ia begitu grogi
dan sungkan makan bersama dengan anggota keluarga konglomerat seperti Arya.
Meskipun Arya biasa saja dan tak mempermasalahkan apapun. Karena memang ia
senang bisa bermain dengan Alya dan makan bersamanya.
“Aku minum
air putih aja,” ucap Arya yang tidak suka teh manis.
“B-biar
saya yang ambilin,” ucap Tio yang langsung terburu-buru mengambilkan Arya
minum.
Arya lanjut
makan sambil menunggu minumnya datang. “Alya nanti temenin aku latihan yuk!”
ajak Arya setelah makan.
Alya
menggeleng lalu menghela nafas. “Kayaknya gak boleh deh sama Om Tio, lain kali
aja ya,” tolak Alya.
“Boleh Al!
B-boleh gapapa,” saut Tio cepat lalu dengan gugup memberikan air minum yang di
minta Arya.
Alya dan
Yuli menatap Tio heran. Tio tiba-tiba jadi gugup dan begitu ramah pada Arya.
Arya awalnya heran tapi ia sudah sering melihat perubahan seperti itu terutama
pada opanya yang akan jadi ramah dan ceria saat ada omanya. Jadi Arya
menyimpulkan Tio jadi ramah karena ada Yuli.
Yuli mengambilkan
mangkuk untuk kobokan Arya. Tapi Arya lebih memilih ikut Alya ke belakang dan
mencuci tangannya di kamar mandi.
“Kenapa gak
bilang kalo yang dateng pewarisnya FS Group!” bisik Tio gugup pada Yuli.
“Udah
bilang!” saut Yuli.
Tio diam
lalu tersenyum begitu Arya selesai menggunakan kamar mandi.
“Makasih
makan siangnya, maaf kayaknya aku gak sengaja rusakin pintu kamar mandinya,”
ucap Arya sopan lalu kembali duduk di bawah dan mengeluarkan ponselnya yang
berisi catatan yang harus ia katakan saat bertemu keluarga Alya sesuai
instruksi ayahnya.
“Ahaha…
gapapa Mas, emang pintunya udah tua. Gapapa, terimakasih sudah berkenan mampir
ke gubuk kami,” ucap Tio merendah dan langsung menjabat tangan Arya bahkan
hampir cium tangan juga karena terlalu gugup.
“Ehm…,”
Arya berdeham lalu membaca notes di ponselnya. “Sebelumnya perkenalkan
namaku Arya Suandakni, umur 17 tahun, rumahku di…”
“Ah tidak
perlu perkenalan Mas, saya sudah tau,” potong Tio sungkan mendengar penjelasan
Arya yang sudah ia siapkan dari jauh hari.
“Ow oke…”
jawab Arya yang jadi canggung ketika mendengar
Tio sudah tau soal dirinya.
Tio
menyodorkan kartu nama dan CVnya pada Arya. Arya menerimanya dengan heran lalu
meletakkan kembali CV yang di berikan Tio dan hanya menerima kartu namanya.
“Om Tio kenapa
sih? Ngapain kasih Arya CV segala coba,” tegur Alya yang sudah selesai
bersiap-siap.
Yuli juga
heran dengan suaminya yang tiba-tiba jadi kikuk dan ramah pada Arya. Yuli hanya
bisa meringis canggung.
“Ayo Arya!”
ajak Alya yang merasa malu karena omnya tiba-tiba jadi menjilat pada Arya.
Arya
mengangguk. “A-aku main sama Alya dulu ya Om, Tante, nanti ku antar pulang
lagi.”
“Ah gak
pulang juga gapapa!” ucap Tio yang langsung di pukul istrinya dari belakang
dengan sendok sayur. “Kalo mainnya sama Arya, Om percaya,” lanjut Tio.
“Om!” seru
Alya sambil memelototi Tio.
“Arya
sering main kesini gapapa,” ucap Yuli lalu berjalan keluar gang bersama Tio
mengantar Arya sampai ke mobilnya.
●●●
“Mas kenapa
sih tadi kayak gitu, bikin malu aja!” omel Yuli sambil merapikan ruang tamunya
kembali.
“Kamu tau
gak kerja jadi tukang sapu di FS Group aja gajinya udah dua kali UMR. Bayangin
gimana yang punya sekaya apa!” Tio begitu semangat menunjukkan kekayaan
keluarga Arya. Tio mengambil katalog baju langganan Yuli yang biasa ia jual.
“Liat!” Tio menunjuk logo FS Group. “FS Group itu masuk rangking 10 besar
perusahaan dunia. Belum lagi Waloh Group. Itu Alya kalo bisa punya hubungan
sama Arya hidup kita bakal baik. Langsung berbalik 180⁰!”
Yuli kaget
dan mulai mencari di internet kekayaan FS Group dan pemipin FS Group. Lalu
melakukan pencarian terhadap Arya Suandakni yang langsung muncul artikel dan
vidio kebrutalannya di ring.
Tio
geleng-geleng kepala dengan mata yang berkaca-kaca. “Emang beda hobinya orang
kaya,” ucap Tio yang langsung mendukung dan menyukai Arya setelah tau siapa
Arya.
Yuli ikut
menganggukkan kepalanya. “Oh iya kemarin Arya kasih ini!” seru Yuli lalu
mengeluarkan kartu nama Jalu yang Arya berikan padanya kemarin.
●●●
“Alya gak
di ajak makan?” tanya Jalu yang baru selesai bermain golf.
“U-udah
makan Om,” jawab Alya sungkan lalu menunjukkan ice cream yang di
suguhkan untuknya.
Jalu
mengangguk lalu masuk kedalam melewatinya begitu saja.
“Ibu
pulang!” seru Alma ceria begitu dapat kabar bila Arya datang mengajak Alya.
“Halo Alya!” sapa Alma ramah lalu menyaliminya. “Alyanya di ajak makan juga,”
ucap Alma sambil mengecup kening Arya yang sedang makan dengan lahap.
“Ibu, aku
tadi udah makan di rumah Alya. Terus aku ajak kesini aku pengen latian di
temenin Alya,” ucap Arya memberi tahu Alma sebelum memaksa Alya makan.
“Terus kok
masih makan lagi?” tanya Alma lalu duduk di salah satu bangku.
“Makanku
cuma dikit tadi,” jawab Arya yang membuat Alma tertawa.
“Ayah dah
selesai main golf?” tanya Alma setelah puas tertawa.
Arya
mengangguk lalu menyelesaikan makannya. Tak lama pelayan datang membawakannya
pisang yang sudah di potong-potong. “Ga suka pisang,” tolak Arya.
“Ibu yang
suruh Mas,” jawab pelayan sedikit berbisik.
“Ibu aku ga
suka pisang!” teriak Arya kesal.
Suara
lengkingan dari speaker di rumah Arya berbunyi cukup keras. “Kalo gak dimakan
Alya di suruh pulang aja,” jawab Alma dari speaker yang terdengar.
Arya mendengus kesal lalu memakan pisangnya dengan terpaksa. Alya tertawa melihat interaksi Arya dan Ibunya yang begitu lucu. Benar-benar berbeda dengan apa yang ia bayangkan.
0 comments