“Tadi aku
keren kan?” tanya Arya setelah pertandingannya usai.
“Mas besok
lagi gak boleh kayak tadi!” tegur Surti yang membuat senyum Arya pudar. “Tadi
kalo Mas kenapa-napa gimana? Tadi Mas pukul orang sampe ga ada yang berani
pisahin, gak boleh jadi orang jahat!” sambung Surti.
Arya hanya
diam lalu memeluk selimutnya. Alya tak berani mengeluarkan suara, Joko yang
biasa mensuport Arya dan bangga pada tiap perkelahiannya di ring juga diam.
Arya sudah keterlaluan.
Tak lama
Arya mendapat panggilan telfon dari ayahnya yang mengkhawatirkan dirinya
seperti biasa. Jalu yang melihat ada Alya sekilas di vidio live meminta
Arya untuk mengajak Alya makan malam bersama dengan keluarganya.
Alya yang
sudah ingin pulang terpaksa ikut ke rumah Arya dan makan malam bersama
keluarganya. Alya berharap Arya akan di nasehati lebih baik lagi daripada Surti
yang menasehati Arya. Karena setelah ini ia akan bertemu dengan ayah ibunya. Alya
berharap bila orang tua Arya menasehatinya nanti Arya akan berubah. Karena saat
Surti dan Joko yang bukan orang tuanya saja Arya sudah langsung tampak berubah.
Alya
berusaha mempertahankan moodnya dan bersabar menemani Arya juga ikut makan
malam bersama keluarganya. Orang tua Arya langsung menyambut begitu Arya
sampai. Ayah dan Ibunya bahkan sudah berdiri di depan begitu mobilnya masuk.
Alya takut
bila Arya di marahi, tapi Alya juga senang setidaknya Arya nanti tidak akan
semena-mena lagi kedepannya.
“Ayah
bangga sama kamu, lawan banyak orang KO semua,” sambut Jalu dengan bangga
sambil merangkul Arya.
“Ibu liat
waktu kamu tawarin hadiah,” imbuh Alma yang tak bisa menutupi rasa bangganya
juga.
Alya kaget
bukan main mendengar sambutan dan pujian orang tua Arya setelah anaknya
menghajar orang dengan sesuka hati.
“Tadi ada
pelatih lawan aku tapi curang, aku di seruduk,” ucap Arya yang kembali ceria
dan sedikit manja pada orang tuanya.
“Iya Ayah
liat!” seru Jalu setuju mendengar cerita putranya.
“Ibu senang
adek udah ngerti gunanya uang,” ucap Alma sambil mengecup pipi Arya bangga.
Alya begitu
ketakutan sekarang pada Arya dan keluarganya. Benar nasehat ibunya dulu untuk
tidak terlalu dekat dengan orang-orang kaya. Benar nasehat kakaknya yang
menyarankan Aya untuk berteman dengan orang-orang yang setara dengannya saja.
Alya
benar-benar takut bila akan terjadi sesuatu padanya. Alya takut Arya dan
keluarganya bisa bertindak semena-mena padanya juga. Apa lagi ia sudah banyak
dapat bantuan dari Arya maupun keluarganya, bahkan omnya juga bekerja di sana.
“Alya
kenapa diam aja?” tanya Jalu yang membuat Alya tercekat.
Wajah
tampan Jalu yang sebelumnya terlihat bijak dan penyayang seketika terlihat
mengerikan bagi Alya.
“A-anu, aku
masih syok sama pertandingan tadi,” jawab Alya gugup.
Jalu dan
Alma tersenyum lalu mengangguk paham.
“Dulu Ibu
waktu liat pertama kali Arya latian juga gitu, tapi waktu tau Arya kuat ga
perlu ada yang di khawatirkan lagi. Semua baik-baik saja,” ucap Alma dengan
senyum sumringah menikmati makan malam bersama keluarga kecilnya.
Arya
mengangguk lalu menggenggam tangan Alya. “It’s okey Alya, don’t
worry…” ucap Arya seolah semuanya tak pernah terjadi. Seperti tak ada
beban, penyesalan, apa lagi merasa berdosa setelah menghajar orang-orang di
ring tadi.
Alya
tersenyum canggung lalu menarik tangannya yang di genggam Arya. Alma dan Jalu
melihat apa yang di lakukan Alya lalu tersenyum tipis.
“T-terus
orang-orang yang kamu hajar tadi gimana Arya?” tanya Alya khawatir.
“Gimana
apanya? Ya udahlah kalo cacat di kasih konpensasi kalo nuntut, kalo mati ya di
kasih santunan, mau apa lagi?” jawab Arya santai.
“Alya,
selama orang-orang masih kerja siang malam buat memenuhi kebutuhan, buat makan,
atau buat hal-hal remeh lainnya. Uang masih bisa beli segalanya. Kamu gak usah
khawatir,” ucap Alma menjelaskan.
Alya
mengerutkan keningnya tak setuju dengan ucapan Alma.
“Oh iya
yang bikin Icha hilang itu Ibu loh,” ucap Arya bangga.
Alma
tersipu mendengar ucapan Arya. “Ibu ga ngapa-ngapain. Ibu cuma tagih uang receh
aja,” ucap Alma malu-malu.
Alya
menundukkan kepalanya takut.
“Kalo Icha
masih ganggu kamu lagi aku bisa hilangin dia juga, ga cuma Icha tapi semua orang
yang ganggu kamu,” ucap Arya santai lalu memotong daging steaknya.
Alya
menatap Arya dengan mata terbelalak kaget dengan ucapan Arya. Alya seketika
mual setelah mendengar ucapan keluarga Arya yang sama sekali tak mempedulikan
orang lain, ingatan saat Arya sedang berkelahi hingga lawannya berdarah-darah
juga kembali terlintas di pikirannya, dan sekarang Alya melihat keluarga Arya
yang memakan steak dengan santai dan cukup lahap.
Rasanya
Alya seperti sedang melihat tindakan kanibalisme dalam keluarga Arya dan ia tak
mau terlibat di dalamnya. Alya ingin pergi sesegera mungkin menjauh dari Arya
dan keluarganya.
Alma
menatap Alya lalu memberikan potongan daging di piringnya dengan tingkat
kematangan rare yang jelas masih terlihat merah seperti darah yang makin
membuat Alya jijik tak bisa menahan mualnya lagi hingga berlari menjauh mencari
kamar mandi.
Beruntung
kepala pelayan cukup peka dan tanggap membantu Alya. Sementara Alma yang
melihat tingkah Alya langsung paham apa yang harus ia lakukan. Jalu langsung
kehilangan nafsu makannya dan Arya langsung panik membantu Alya.
“Aku setuju
sama apapun idemu soal percintaan Arya, aku ga bisa makan dengan orang miskin
yang mau muntah di meja makan,” ucap Jalu sambil melempar pisau dan garpu di
tangannya dengan kesal.
Alma menghela nafas seolah prihatin lalu mengangguk agar suaminya tidak marah-marah lagi.
0 comments