Alma ikut
menemani Arya sembari mengobrol ringan dengan Alya. Alma dan Jalu juga
mengijinkan Alya untuk ikut makan malam bersama keluarganya sebelum pulang
sebagai balasan karena mengundang Arya makan siang tadi.
Alma
memberikan hadiahnya dulu yang belum sempat ia berikan pada Alya. Arya merasa
senang karena bisa mengajak Alya ke rumahnya dan orang tuanya juga dapat
menerima Alya. Arya merasa makin bisa berhubungan dengan Alya yang lebih dari
sebatas teman atau sahabat saja.
Begitu
pulang Arya langsung menuliskan semua yang sudah ia lalui di jurnal hariannya
dengan perasaan berbunga-bunga. Arya mencurahkan segala isi hatinya seolah
sedang bercerita dengan Bundanya. Sampai di tengah-tengah kebahagiaannya ketika
menulis Arya jadi terlintas ide untuk menikahi Alya saja agar tidak kehilangan
Alya lagi.
“Bunda, aku
pengen menikah sama Alya saja. Aku ga mau kehilangan Alya lagi, menurut Bunda
Ayah bakal marah tidak ya kalo aku menikah setelah lulus?” tutup Arya lalu
bersiap tidur.
●●●
“Aku gak
suka sama Alya, kalangan rendahan biasanya mendekat cuma karena uang,” ucap
Alma sambil mengoleskan krim malam sebelum ia tidur.
Jalu
menurunkan tabletnya lalu menatap istrinya. “Arya itu cowok, gapapa dia dapet
dari kalangan bawah. Alya keliatannya baik, Arya juga keliatan ceria kalo sama
dia. Sejak TK kan dah sering bareng,” ucap Jalu menanggapi istrinya.
“Orang-orang
yang lama hidup miskin biasanya akan merubah 180⁰ kebiasaannya
begitu pegang uang banyak. Pasangan yang kaya dan menggilainya akan membuatnya
besar kepala. Lalu mulai menggantungkan kehidupannya sepenuhnya, menuntut untuk
memenuhi keinginannya juga menanggung keluarganya yang lain. Aku lebih suka
Arya menikahi wanita yang setara dengan dia nantinya,” ucap Alma lalu naik ke
tempat tidur.
“Arya masih
17 tahun, Sayang. Tidak masalah juga kalau Arya pacaran sama Alya, nanti
lama-lama juga bosen,” ucap Jalu menenangkan istrinya.
Jalu
menggenggam tangan Alma meyakinkannya bila Arya tidak akan salah pilih
pasangan. Tapi semakin Alma malah merasa bila Jalu mencoba mengingatkannya soal
hubungan asmaranya yang jadi terjebak dalam cinta segitiga antara Lily dan
Jalu.
Alma
menarik tangannya lalu tidur dengan memunggungi Jalu. Alma merasa sakit dan
tetap merasa cemburu bila teringat pada hubungan gelap suaminya dulu. Meskipun
pada akhirnya ia yang menang, bahkan Arya juga ia menangkan. Tapi tak
sedikitpun membuat hatinya puas.
Kamar Lily
selalu jadi tempat menenangkan diri untuk Jalu, Arya juga selalu menuliskan
cerita-cerita kesehariannya dalam jurnal untuk Lily. Tapi tak satupun dari Arya
maupun Jalu yang memperlakukannya sebaik itu.
Alma selalu
merasa menjadi nomor dua. Bahkan ketika ia sudah mencoba selingkuh sekalipun
perasaannya tidak menjadi lebih baik. Tak ada hiburan yang bisa membuatnya
senang lagi. Alma juga merasa selalu mengemis untuk bisa di sayangi dan di
inginkan Arya juga Jalu.
Pagi-pagi
setelah Arya ikut Jalu pergi ke salah satu acara kesenian yang di adakan
perusahaan. Alma diam-diam masuk ke kamar Arya. Alma membaca tiap lembar jurnal
harian Arya yang terbaru. Ketakutannya semalam soal keseriusan hubungan Arya
dan Alya terbukti.
Alma
menahan kekesalannya begitu melihat gadis miskin itu merebut Arya. Tapi begitu
Alma hendak memerintah stafnya untuk menyekidiki soal Alya ia melihat kartu
nama Tio yang tergeletak di meja belajar Arya. Alma memfotonya lalu merapikan
kembali kamar Arya dan pergi dari sana.
●●●
Doni datang
ke rumah Alya tiba-tiba. Ia membelikan Alya sebuah tas meskipun harganya jelas
jauh lebih murah di bandingkan pemberian dari keluarga Arya. Alya sedikit heran
dan bingung saat Doni tiba-tiba datang memberinya hadiah.
“Buat
kamu,” ucap Doni singkat lalu duduk di depan.
Alya
menerimanya dengan ragu. “Don kamu ga perlu repot-repot kasih aku apa-apa,”
ucap Alya lembut.
“Kalo kamu
butuh apa-apa bilang aja ke aku, ga usah minta tolong Arya. Kalo cuma kasih
kamu tas sama ajak kamu jalan ke salon aku juga bisa,” ucap Doni yang cemburu
pada kedekatan Alya dengan Arya.
Alya
menggeleng. “Aku ga pernah minta apa-apa sama Arya, Arya yang kasih ke aku.
Kalo kamu kasih aku cuma buat bersaing sama Arya aku balikin. Aku ga mau,” ucap
Alya lalu memberikan kembali tas yang baru Doni berikan padanya.
“Kamu
kenapa sih jadi gini?!” bentak Doni kesal karena Alya lebih memilih Arya
daripada dirinya.
“Eh ada
Doni,” sapa Yuli yang baru pulang berjualan di car free day.
Doni diam
begitu pula dengan Alya, tak selang lama Tio datang membawa motornya yang penuh
dengan tas dagangan istrinya.
Alya apa
sekarang jadi populer di sekolahnya, perasaan dari kemarin yang kesini anak
orang kaya terus. Batin Tio yang melihat Doni.
“Ini di
makan ya,” ucap Yuli yang keluar lagi setelah menyajikan singkong keju yang ia
beli saat pulang jualan tadi.
“Makasih
Tante,” ucap Doni lalu tersenyum ramah. “Om…” sapa Doni pada Tio juga.
Alya dan
Doni diam menunggu Yuli dan Tio masuk kedalam. Yuli juga langsung menarik
suaminya untuk menguping di dalam saja agar Doni dan Alya tidak terganggu.
“Aku ga
berubah. Aku gak pernah berubah,” ucap Alya sambil menatap Doni serius.
“Sejak kamu
sama Arya kamu ga pernah terima bantuanku lagi, kamu lebih sibuk sama Arya
daripada aku. Padahal dulu aku selalu belain kamu, aku temenin kamu terus, cuma
gara-gara tukang jotos sok pahlawan itu kamu jadi berubah,” ketus Doni yang tak
bisa menyembunyikan kecemburuannya.
“Kamu bantu
aku? Kamu cuma diam waktu aku di bully Icha, bahkan waktu kamu tau masalahnya
ada di kamu, kamu juga diam saja, Don! Mungkin bagimu Arya cuma tukang jotos
sok pahlawan, tapi setidaknya dia beneran belain aku, dia beneran lindungin
aku, dia beneran tulus,” jawab Alya yang tak terima pada ucapan Doni.
Doni
menampar Alya dengan kesal lalu menarik Alya untuk ikut dengannya. Alya kaget
dan langsung meronta.
“Doni!”
bentak Alya. “Aku gak mau ikut!” teriak Alya.
Tio dan
Yuli langsung berlari keluar begitu mendengar keributan dan teriakan Alya. Doni
memukul Alya dengan tas yang di tolak Alya.
“Orang miskin gak tau diri!” geram Doni. “Dasar pelacur murahan!” makinya pada Alya lalu meninggalkannya begitu Tio dan Yuli menghampiri Alya.
0 comments