Bab 06 – Kelas Baru
“Arya,
jangan berantem-berantem lagi. Kalo pengen uang jajan tambahan bilang Ayah atau
Ibu, ga usah cari uang sendiri,” ucap Jalu mewanti-wanti putranya sebelum
berangkat sekolah.
“Iya-iya,
orang uangnya juga cuma dikit,” jawab Arya lalu menyalimi ayahnya sebelum
berangkat sekolah diantar supirnya.
“Kayaknya
Arya perlu masuk ke sekolahan yang bener Mas, sekolah negeri gak bagus buat
perkembangannya. Aku jadi khawatir sama pendidikan Arya,” ucap Alma sambil
menghela nafas melihat beberapa sabuk kemenangan milik Arya yang di pajang
dengan bangga.
Jalu
menghela nafas lalu mengangguk setuju. “Benar, tapi bentar lagi dia lulus
sekolah. Dia juga tetep berprestasi sama ikut kursus. Nanti waktu kuliah saja
kita gembleng dengan benar, biarkan dia menikmati masa mudanya,” ucap Jalu yang
tak ingin mengekang putranya.
●●●
Beberapa
siswa yang tiba-tiba mendeklarasikan diri sebagai anak buah Arya menyambut
kedatangannya. Bahkan meskipun Arya tidak meminta bantuannya pun para siswa itu
dengan sigap membawakan tas milik Arya juga membersihkan meja yang sudah di
pilihkan untuknya.
Arya belum
pernah berkelahi di sekolahnya sedikitpun. Tapi memang banyak teman-temannya
yang ikut bela diri juga perguruan yang kalah tanding dengannya. Meskipun
setelahnya Arya tidak mengungkit apa-apa dan meminta maaf karena memukul
terlalu brutal dengan sopan. Teman-temannya tetap menaruh hormat dan segan
padanya.
Image Arya
yang hanya ingin jadi anak biasa dan terbebas dari bullyan berubah menjadi
berandalan yang suka berkelahi. Padahal Arya juga bukan berandalan, bukan gali,
bukan anak punk, bahkan Arya diam-diam cenderung menjadi anak mami. Tapi karena
kemenangannya dan titel Killing Mechine yang tak sengaja tersemat
padanya ia jadi di takuti begini.
Paginya
berjalan normal dan lancar hingga istirahat pertama. Arya mengobrol dengan
beberapa temannya di kelas barunya dengan asik. Beberapa anak perempuan yang
terlihat lebih cantik dan berani mewarnai rambutnya juga memakai make up ke
sekolah ikut bergabung di dekat mejanya dan mengobrol dengan asik dengannya.
Arya hanya
mendengarkan. Para perempuan banyak bicara bersaut-sautan. Kadang mereka juga
membagi cemilan yang mereka bawa dengan Arya dan teman-teman Arya yang kadang
berseliweran. Hanya ada satu orang teman kelas Arya yang sama sekali tak bicara
dan berbaur sedari tadi.
Gadis
bertubuh kurus dengan rambut yang terlihat terpotong secara berantakan di
bagian belakang. Gadis itu tidak bangkit dari duduknya dari awal. Arya sempat
memperhatikannya beberapa kali sampai ia melihat salah seorang gadis yang tadi
duduk di depan Arya menghampirinya ketika gadis itu hendak menyantap bekalnya.
“Dia siapa?
Dari tadi diam…” ucap Arya sambil menunjuk gadis pendiam yang tampak ketakutan
ketika di hampiri gadis lainnya itu.
“Alya, gak
penting dia,” jawab salah satu siswi sambil cekikikan melihat Alya yang di
kerjai.
“Alya?”
Arya kembali mengulang nama itu lalu mengangguk pelan. Arya kembali
memperhatikan gadis itu lalu berusaha mengingat Alya sahabatnya dulu dan
mencari kesamaan dengan Alya yang ada di kelas barunya.
●●●
“Ayah, Ayah
ingat temanku waktu TK namanya Alya gak?” tanya Arya saat makan malam bersama
keluarganya.
Jalu
mengangguk. Tentu Jalu ingat, hanya Alya yang selalu anaknya ceritakan sejak TK
dan selalu di carinya saat SD.
“Ayah punya
fotonya tidak?” tanya Arya yang membuat Jalu hampir tersedak.
Dari segala
hal yang putranya tanyakan, hal random yang diminta secara mendadak, ini yang
paling membuatnya kaget. Ada banyak hal yang ia urus selain foto TK Arya. Ia
pebisnis yang memegang lebih dari 4 perusahaan besar.
“Nanti Ayah
coba suruh staf Ayah buat cari,” ucap Jalu lalu menghela nafas dan memanggil
salah satu stafnya.
“Adek tadi
gimana di sekolah?” tanya Alma sambil menaruh beberapa sendok sayuran ke piring
Arya.
“Tadi aku pindah
ke kelas baru, ada temanku pendiam sekali namanya Alya. Aku penasaran dia
temanku TK dulu apa bukan,” jawab Arya lalu memindahkan sayuran yang ada di
piringnya ke atas piring ayahnya yang sibuk bicara dengan stafnya.
“Adek!
Makan sayur!” seru Alma yang melihat Arya menyingkirkan sayurnya. “Ayah juga!”
seru Alma begitu Jalu juga akan menyingkirkan sayurnya.
Jalu dan
Arya diam lalu mulai memakan sayurnya dengan wajah cemberut.
“Aku suka
daging,” lirih Arya mengeluhkan sayurnya.
●●●
Arya
membawa fotonya bersama Alya saat masih TK dalam tasnya setelah staf ayahnya
menemukan foto yang ia minta. Arya ingin menanyakan pada Alya yang duduk di
bangku pojok belakang. Arya sempat mendekatinya lalu menatap Alya.
Alya ini
sangat berbeda dengan Alya temannya TK dulu. Temannya pemberani dan ceria juga
menyenangkan. Tidak seperti ini, penakut, pendiam dan begitu cupu. Bahkan
rambutnya yang salah potong juga belum di perbaiki. Penampilannya berantakan,
berbeda dengan teman TKnya dulu.
Arya yakin
bila itu memang Alya temannya dulu pasti Alya akan terlihat cantik, pintar,
pemberani dan punya banyak teman. Gadis ini begitu berbeda jauh dengan temannya
dulu.
“Kamu
namanya Alya?” tanya Arya yang mendekati Alya lalu duduk di ujung mejanya.
Alya
menatapnya dengan sedikit takut lalu mengangguk.
“Aku Arya,”
ucap Arya memperkenalkan diri.
Alya
mengangguk dengan cepat dan tampak begitu takut juga tidak nyaman karena Arya
yang mengajaknya berkenalan.
“Arya,”
panggil Doni yang melihat Arya duduk di atas meja Alya. “Arya bisa minta tolong
bantuin ambil buku paket ke kantor?” pinta Doni yang khawatir bila Alya di
bully Arya juga.
Arya mengangguk lalu berjalan mengikuti Doni sambil melirik Alya dan meyakinkan dirinya bila itu bukan Alya temannya di TK dulu.