Tio
tiba-tiba mendapat panggilan untuk bekerja di salah kantor FS Group. Tio merasa
sangat beruntung akhirnya ia bisa bekerja lagi tanpa harus lama menganggur. Tio
begitu senang karena besoknya ia juga langsung menerima surat bukti
penerimaannya bekerja sebagai supervisior di mall yang lebih besar dari
tempat bekerjanya yang lama.
Tio merasa
bangga dan bersyukur karena mengasuh Alya yang menghadirkan banyak keberkahan
di rumahnya. Yuli juga merasa sangat senang suaminya bisa bekerja di FS Group
yang jelas akan memiliki penghasilan lebih banyak lagi dari yang sebelumnya.
“Arya!”
sambut Alya begitu Arya duduk di bangkunya. “Om ku kerja di FS Mall, seneng
banget aku. Makasih ya udah di bantuin,” ucap Alya tulus.
Arya
bingung dengan ucapan Alya. Ia tak merasa membantu apapun Arya bahkan tak tau
bila omnya Alya sedang tidak memiliki pekerjaan atau keluarganya yang memiliki
masalah ekonomi. Arya sama sekali tidak tau apa-apa, tapi ia akhirnya ikut
tersenyum dan mengangguk.
“Tanteku
pengen undang kamu buat main ke rumah lagi buat rayain ini, tapi tanteku sibuk
banget di sekolahnya. Om juga baru aja kerja jadi belum berani bikin perayaan
apa-apa, tapi kapan-kapan kalo ku undang makan lagi Arya mau gak?” ucap Alya
dengan ceria.
Arya
langsung mengangguk dengan semangat. “Oh iya nanti aku ada tanding, ini
pertandingan terakhirku taun ini. Kamu dateng ya, semangatin aku,” ucap Arya
yang langsung di angguki Alya.
Doni
menatap tajam pada Arya dan Alya yang tampak makin akrab kian hari. Bahkan
keduanya makin lama makin menunjukkan kedekatannya, seperti pulang bersama atau
saling mengundang satu sama lain.
“Alya itu
pipimu kenapa?” tanya Arya yang melihat memar di pipi Alya setelah bedak yang
ia pakai mulai luntur.
Alya diam
menatap Doni. Doni sudah deg-degan bila Alya mengadu dan Arya marah padanya
lagi.
“Gak
sengaja ke jatuhan hp semalem,” jawab Alya berusaha menutupi yang sudah terjadi
semalam.
“Makannya
kamu hati-hati kalo main hp,” ucap Arya santai lalu berbagi cemilan yang di
bawakan pengasuhnya dengan Alya.
Doni harusnya
lega ketika Alya tidak mengadu pada Arya yang jelas akan pasang badan untuk
melindunginya. Tapi Doni malah kesal, karena ia jadi tak bisa merebut Alya.
Meskipun ia juga belum dapat kabar soal kejelasan hubungan keduanya. Arya hanya
tau dari postingan status Alya saat Arya makan siang di rumahnya juga saat Alya
makan ice cream di rumah Arya.
●●●
Alya ikut
masuk ke back stage menemani Arya, Arya juga dengan bangga mengenalkan
Alya pada pelatihnya juga para petarung lainnya yang mungkin jadi lawannya.
Beberapa juga jadi ikut mengenalkan pasangannya karena Arya mengenalkan Alya.
Para gadis
yang menemani kekasihnya yang bertanding tidak terlihat seperti anak-anak hits.
Malah kebanyakan berhijab dan terlihat begitu alim. Alya jadi merasa kurang
pantas mendampingi Arya. Hanya ia yang tidak berhijab dan hanya ia rasanya yang
kurang alim.
“Aku berdoa
biar tunanganku gak lawan sama Arya,” bisik salah satu gadis pada Alya.
Alya
tersenyum canggung. Alya sebelumnya merasa bila Arya biasa saja dan hanya
berubah jadi lebih berani sedikit meragukan pikirannya. Alya yang dulu merasa
bila Arya dengan julukan Killing Machine yang terdengar berlebihan itu
hanya bualan semata. Apalagi Alya pernah ikut ke rumah Arya dan melihat betapa
manjanya Arya.
Arya yang
Alya lihat selama ini tidak hanya manja tapi juga di manjakan oleh hampir semua
orang. Melihat Arya yang pilih-pilih makanan, melihat Arya yang suka berbagi
hal-hal sepele dengannya dan banyak bercerita saat bersamanya. Tak hanya itu
Alya juga perlu banyak mengarahkan ini dan itu pada Arya. Sangat berbanding
terbalik dengan Arya yang di takuti orang-orang.
“Aku udah
kasih tau cowokku kalo lawan sama Arya ga usah maksain,” saut gadis lain yang
ikut menguping.
Keduanya
tersenyum lalu menatap Alya, Alya kembali ikut tersenyum sungkan.
Baru para
gadis itu membicarakan soal Arya, Arya yang sudah masuk ke ring sudah
menghantam hingga KO lawan pertamanya tanpa terlihat kelelahan bahkan
berkeringat pun tidak. Arya terlihat beringas dan tanpa ampun ketika berada di
ring.
Alya
melihat Arya di kejauhan merasa asing dengan Arya yang biasa bersamanya. Arya
yang ada di ring begitu kejam dan tanpa ampun. Titelnya sebagai Killing
Machine bukan isapan jempol belaka. Arya yang ada di atas ring tampak
begitu menyeramkan, staminanya begitu sulit di tandingi, pukulannya begitu
cepat dan tak meleset, tendangannya begitu mantap dan tanpa keraguan.
“Ku naikkan
hadiahnya jadi 500 juta kalo ada yang bisa bikin aku KO!” tantang Arya yang
jadi bersemangat dan makin ingin menunjukkan betapa kuat dan besar powernya
pada Alya.
Arya ingin
menunjukkan betapa beruntungnya Alya bila bersamanya, Arya ingin meyakinkan
Alya bila bersamanya adalah pilihan yang baik. Arya ingin menunjukkan bila Alya
tak perlu mengkhawatirkan apapun saat bersamanya. Tapi apa yang Arya perbuat
jadi merubah jalannya pertandingan kali ini.
Pertandingan
kali ini tidak di adu satu persatu hingga final lagi. Tapi langsung melawan
Arya karena banyak yang menginginkan hadiah besar yang Arya janjikan dan banyak
yang tersulut emosinya mendengar ke sombongan Arya.
Arya
melepaskan pelindung kepalanya sebagai bentuk ejekan pada lawannya yang ia
anggap lemah hingga ia tak perlu memakai pelindung apapun.
“Mas
jangan! Gak usah!” tahan seorang gadis yang tak mau tunangannya cacat setelah
melawan Arya. Tak hanya gadis itu yang melarang tapi gadis lain juga ikut
melarang pasangannya terjun ke dalam ring.
“Ini gak
cuma soal uang tapi juga harga diri Dek, ini cuma sebentar. Habis ini aku
menang, aku janji gak bakal kayak gini lagi,” ucap pria itu memaksa dengan
lembut dan masuk ke dalam ring sebagai penantang pertama.
Arya
tiba-tiba menundukkan kepalanya seolah sedang berdoa. Semua orang yang melihat
terlihat bingung dan merasa Arya sudah salah langkah.
“Aku ikut
mendoakan kemenanganmu, I wish you win,” ucap Arya sombong sambil
tertawa mengejek.
Pria itu
makin tersulut emosinya dan langsung melepaskan pelindung kepalanya agar adil
dan tidak menjadi bahan ejekan. Sorak sorai penonton yang sudah memasang
taruhan makin menggila begitu melihat suasana di ring yang makin panas.
Arya
memulai dengan tendangan kuatnya yang langsung menghantam kepala lawannya
dengan kuat. Bahkan Arya belum memukulnya setelah ke angkuhannya maju pertama
melawannya. Pria itu sudah oleng.
“Wake up
princess you’re not in Disney Land!” teriak Arya lalu menertawakan lawannya
yang berusaha bangun.
Tapi baru
lawannya bangun dan berusaha membalas tendangannya Arya sudah langsung memukul
dagunya hingga lawannya benar-benar KO.
“Cuma
segini?!” teriak Arya yang merasa tak puas dengan lawannya.
Alya
menatap gadis yang tunangannya dibuat tak berdaya oleh Arya dengan iba. Pria
lain yang semula ingin masuk dalam ring untuk melawan Arya jadi mengurungkan
niatnya. Para gadis mulai menatap Alya dengan tatapan yang tidak enak.
Selama lima
menit Arya menunggu ada lawan yang naik ke ring lagi. Tapi tak satupun ada yang
berani. Arya hanya memukul saja sudah cukup mengerikan, apa lagi Arya yang
menendang dan dalam semangat penuh seperti ini.
“Anak
sombong kayak gini harus di kasih pelajaran!” geram seorang pelatih yang
akhirnya naik ke ring karena tak satupun petarung yang berani masuk.
“Sepertinya
ini hari baik untuk melayat,” ucap Arya lalu tersenyum girang.
Pelatih itu
melancarkan serangannya terlebih dahulu dengan menyeruduk Arya. Arya menghindar
dengan cukup licah. Tapi baru si Pelatih akan menarik kakinya dan mengambil
ancang-ancang baru, Arya sudah menendang perutnya hingga ia tersungkur.
Arya
melangkah dengan santai lalu duduk di atasnya. “10 larangan watu bertarung,
harusnya kamu tau itu,” ucap Arya lalu memukul kepala Pelatih yang melawannya
tanpa ampun dengan gerakan Jab andalannya.
Alya
benar-benar kecewa dengan Arya yang sudah terlalu banyak berubahan dan jadi
berlebihan menggunakan kekuasaannya. Kekaguman Alya selama ini hilang. Bahkan
benih-benih cinta yang sempat tumbuh di hatinya juga langsung hilang.
Alya
kecewa, Arya ternyata tidak lebih baik dari teman-temannya yang jahat dan
menyalah gunakan kekuasaannya. Lebih parahnya lagi Arya bahkan tak terlihat
menyesal sedikitpun dan tetap bertarung layaknya apa yang ia lakukan adalah
hiburan semata. Sorak sorai penonton yang menyemangati Arya juga membuat Alya
makin sedih dan merasa serba salah.
Ia melihat betapa banyak orang yang berusaha keras hingga ada di titik saat ini, bahkan tak sedikit yang menaruh harapan untuk perubahan hidupnya dari pertandingan ini. Tapi Arya malah mempermainkannya dengan seenak hati.
0 comments