BLANTERORBITv102

Bab 22 – Ring

Kamis, 25 Juli 2024

Tio tiba-tiba mendapat panggilan untuk bekerja di salah kantor FS Group. Tio merasa sangat beruntung akhirnya ia bisa bekerja lagi tanpa harus lama menganggur. Tio begitu senang karena besoknya ia juga langsung menerima surat bukti penerimaannya bekerja sebagai supervisior di mall yang lebih besar dari tempat bekerjanya yang lama.

Tio merasa bangga dan bersyukur karena mengasuh Alya yang menghadirkan banyak keberkahan di rumahnya. Yuli juga merasa sangat senang suaminya bisa bekerja di FS Group yang jelas akan memiliki penghasilan lebih banyak lagi dari yang sebelumnya.

“Arya!” sambut Alya begitu Arya duduk di bangkunya. “Om ku kerja di FS Mall, seneng banget aku. Makasih ya udah di bantuin,” ucap Alya tulus.

Arya bingung dengan ucapan Alya. Ia tak merasa membantu apapun Arya bahkan tak tau bila omnya Alya sedang tidak memiliki pekerjaan atau keluarganya yang memiliki masalah ekonomi. Arya sama sekali tidak tau apa-apa, tapi ia akhirnya ikut tersenyum dan mengangguk.

“Tanteku pengen undang kamu buat main ke rumah lagi buat rayain ini, tapi tanteku sibuk banget di sekolahnya. Om juga baru aja kerja jadi belum berani bikin perayaan apa-apa, tapi kapan-kapan kalo ku undang makan lagi Arya mau gak?” ucap Alya dengan ceria.

Arya langsung mengangguk dengan semangat. “Oh iya nanti aku ada tanding, ini pertandingan terakhirku taun ini. Kamu dateng ya, semangatin aku,” ucap Arya yang langsung di angguki Alya.

Doni menatap tajam pada Arya dan Alya yang tampak makin akrab kian hari. Bahkan keduanya makin lama makin menunjukkan kedekatannya, seperti pulang bersama atau saling mengundang satu sama lain.

“Alya itu pipimu kenapa?” tanya Arya yang melihat memar di pipi Alya setelah bedak yang ia pakai mulai luntur.

Alya diam menatap Doni. Doni sudah deg-degan bila Alya mengadu dan Arya marah padanya lagi.

“Gak sengaja ke jatuhan hp semalem,” jawab Alya berusaha menutupi yang sudah terjadi semalam.

“Makannya kamu hati-hati kalo main hp,” ucap Arya santai lalu berbagi cemilan yang di bawakan pengasuhnya dengan Alya.

Doni harusnya lega ketika Alya tidak mengadu pada Arya yang jelas akan pasang badan untuk melindunginya. Tapi Doni malah kesal, karena ia jadi tak bisa merebut Alya. Meskipun ia juga belum dapat kabar soal kejelasan hubungan keduanya. Arya hanya tau dari postingan status Alya saat Arya makan siang di rumahnya juga saat Alya makan ice cream di rumah Arya.

●●●

Alya ikut masuk ke back stage menemani Arya, Arya juga dengan bangga mengenalkan Alya pada pelatihnya juga para petarung lainnya yang mungkin jadi lawannya. Beberapa juga jadi ikut mengenalkan pasangannya karena Arya mengenalkan Alya.

Para gadis yang menemani kekasihnya yang bertanding tidak terlihat seperti anak-anak hits. Malah kebanyakan berhijab dan terlihat begitu alim. Alya jadi merasa kurang pantas mendampingi Arya. Hanya ia yang tidak berhijab dan hanya ia rasanya yang kurang alim.

“Aku berdoa biar tunanganku gak lawan sama Arya,” bisik salah satu gadis pada Alya.

Alya tersenyum canggung. Alya sebelumnya merasa bila Arya biasa saja dan hanya berubah jadi lebih berani sedikit meragukan pikirannya. Alya yang dulu merasa bila Arya dengan julukan Killing Machine yang terdengar berlebihan itu hanya bualan semata. Apalagi Alya pernah ikut ke rumah Arya dan melihat betapa manjanya Arya.

Arya yang Alya lihat selama ini tidak hanya manja tapi juga di manjakan oleh hampir semua orang. Melihat Arya yang pilih-pilih makanan, melihat Arya yang suka berbagi hal-hal sepele dengannya dan banyak bercerita saat bersamanya. Tak hanya itu Alya juga perlu banyak mengarahkan ini dan itu pada Arya. Sangat berbanding terbalik dengan Arya yang di takuti orang-orang.

“Aku udah kasih tau cowokku kalo lawan sama Arya ga usah maksain,” saut gadis lain yang ikut menguping.

Keduanya tersenyum lalu menatap Alya, Alya kembali ikut tersenyum sungkan.

Baru para gadis itu membicarakan soal Arya, Arya yang sudah masuk ke ring sudah menghantam hingga KO lawan pertamanya tanpa terlihat kelelahan bahkan berkeringat pun tidak. Arya terlihat beringas dan tanpa ampun ketika berada di ring.

Alya melihat Arya di kejauhan merasa asing dengan Arya yang biasa bersamanya. Arya yang ada di ring begitu kejam dan tanpa ampun. Titelnya sebagai Killing Machine bukan isapan jempol belaka. Arya yang ada di atas ring tampak begitu menyeramkan, staminanya begitu sulit di tandingi, pukulannya begitu cepat dan tak meleset, tendangannya begitu mantap dan tanpa keraguan.

“Ku naikkan hadiahnya jadi 500 juta kalo ada yang bisa bikin aku KO!” tantang Arya yang jadi bersemangat dan makin ingin menunjukkan betapa kuat dan besar powernya pada Alya.

Arya ingin menunjukkan betapa beruntungnya Alya bila bersamanya, Arya ingin meyakinkan Alya bila bersamanya adalah pilihan yang baik. Arya ingin menunjukkan bila Alya tak perlu mengkhawatirkan apapun saat bersamanya. Tapi apa yang Arya perbuat jadi merubah jalannya pertandingan kali ini.

Pertandingan kali ini tidak di adu satu persatu hingga final lagi. Tapi langsung melawan Arya karena banyak yang menginginkan hadiah besar yang Arya janjikan dan banyak yang tersulut emosinya mendengar ke sombongan Arya.

Arya melepaskan pelindung kepalanya sebagai bentuk ejekan pada lawannya yang ia anggap lemah hingga ia tak perlu memakai pelindung apapun.

“Mas jangan! Gak usah!” tahan seorang gadis yang tak mau tunangannya cacat setelah melawan Arya. Tak hanya gadis itu yang melarang tapi gadis lain juga ikut melarang pasangannya terjun ke dalam ring.

“Ini gak cuma soal uang tapi juga harga diri Dek, ini cuma sebentar. Habis ini aku menang, aku janji gak bakal kayak gini lagi,” ucap pria itu memaksa dengan lembut dan masuk ke dalam ring sebagai penantang pertama.

Arya tiba-tiba menundukkan kepalanya seolah sedang berdoa. Semua orang yang melihat terlihat bingung dan merasa Arya sudah salah langkah.

“Aku ikut mendoakan kemenanganmu, I wish you win,” ucap Arya sombong sambil tertawa mengejek.

Pria itu makin tersulut emosinya dan langsung melepaskan pelindung kepalanya agar adil dan tidak menjadi bahan ejekan. Sorak sorai penonton yang sudah memasang taruhan makin menggila begitu melihat suasana di ring yang makin panas.

Arya memulai dengan tendangan kuatnya yang langsung menghantam kepala lawannya dengan kuat. Bahkan Arya belum memukulnya setelah ke angkuhannya maju pertama melawannya. Pria itu sudah oleng.

Wake up princess you’re not in Disney Land!” teriak Arya lalu menertawakan lawannya yang berusaha bangun.

Tapi baru lawannya bangun dan berusaha membalas tendangannya Arya sudah langsung memukul dagunya hingga lawannya benar-benar KO.

“Cuma segini?!” teriak Arya yang merasa tak puas dengan lawannya.

Alya menatap gadis yang tunangannya dibuat tak berdaya oleh Arya dengan iba. Pria lain yang semula ingin masuk dalam ring untuk melawan Arya jadi mengurungkan niatnya. Para gadis mulai menatap Alya dengan tatapan yang tidak enak.

Selama lima menit Arya menunggu ada lawan yang naik ke ring lagi. Tapi tak satupun ada yang berani. Arya hanya memukul saja sudah cukup mengerikan, apa lagi Arya yang menendang dan dalam semangat penuh seperti ini.

“Anak sombong kayak gini harus di kasih pelajaran!” geram seorang pelatih yang akhirnya naik ke ring karena tak satupun petarung yang berani masuk.

“Sepertinya ini hari baik untuk melayat,” ucap Arya lalu tersenyum girang.

Pelatih itu melancarkan serangannya terlebih dahulu dengan menyeruduk Arya. Arya menghindar dengan cukup licah. Tapi baru si Pelatih akan menarik kakinya dan mengambil ancang-ancang baru, Arya sudah menendang perutnya hingga ia tersungkur.

Arya melangkah dengan santai lalu duduk di atasnya. “10 larangan watu bertarung, harusnya kamu tau itu,” ucap Arya lalu memukul kepala Pelatih yang melawannya tanpa ampun dengan gerakan Jab andalannya.

Alya benar-benar kecewa dengan Arya yang sudah terlalu banyak berubahan dan jadi berlebihan menggunakan kekuasaannya. Kekaguman Alya selama ini hilang. Bahkan benih-benih cinta yang sempat tumbuh di hatinya juga langsung hilang.

Alya kecewa, Arya ternyata tidak lebih baik dari teman-temannya yang jahat dan menyalah gunakan kekuasaannya. Lebih parahnya lagi Arya bahkan tak terlihat menyesal sedikitpun dan tetap bertarung layaknya apa yang ia lakukan adalah hiburan semata. Sorak sorai penonton yang menyemangati Arya juga membuat Alya makin sedih dan merasa serba salah.

Ia melihat betapa banyak orang yang berusaha keras hingga ada di titik saat ini, bahkan tak sedikit yang menaruh harapan untuk perubahan hidupnya dari pertandingan ini. Tapi Arya malah mempermainkannya dengan seenak hati.




Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.