Arya
mengurung diri di kamarnya. Tak ada yang berani masuk ke kamar untuk
membujuknya. Ayah ibunya juga sedang di luar negeri hingga dua hari kedepan.
Tak ada orang yang bisa menenangkan Arya atau menghiburnya. Surti sebagai pengasuhnya
juga tak bisa banyak berbuat apa-apa setelah Arya mengusirnya dari kamar dan
mengancamnya untuk dipecat.
“Arya
mana?” tanya Robi yang datang bersama istrinya untuk menghibur cucunya setelah
dapat kabar dari Jalu.
“Dikamar
Tuan,” jawab kepala pelayan dengan kepala tertunduk tak berani menatap Robi
maupun Naila.
Naila
langsung berjakan ke kamar Arya. Kepala pelayan memberikan kunci serep kamar
Arya agar ia bisa masuk.
“Kak…”
panggil Naila lembut sambil berjalan pelan-pelan masuk ke kamar Arya. “Aduh
gantengnya Oma kenapa ini kok marah-marah, nangis?” ucap Naila lembut lalu
duduk di samping Arya sambil mengelus bahunya lembut.
Robi ikut
duduk bersama istrinya lalu menepuk pinggang Arya agar mau di ajak bicara.
“Aku sebal
Oma!” tangis Arya langsung pecah begitu ada omanya yang datang menemuinya.
Naila
langsung memeluk Arya membiarkannya menangis. Robi juga ikut menenangkan Arya
sambil menepuk-nepuk pahanya agar cepat diam dan ia bisa segera pulang dan
menghabiskan waktu berdua dengan istrinya lagi.
“Kakak mau
ikut Oma nginep di rumah Oma dulu gak? Biar gak sedih, biar ganti suasana dulu,
nanti bobo di kamar bundanya Kak Arya,” bujuk Naila lembut setelah Arya puas
menangis.
●●●
Arya tak
tampak lagi datang ke sekolahannya setelah sempat bertengkar dengan Alya. Alya
kehilangan kesempatannya untuk meminta maaf atau menjelaskan apapun pada Arya.
Orang-orang yang semula baik pada Alya juga mulai berubah seiring berjalannya
waktu.
Tak satupun
yang menghormati Alya lagi atau bersikap ramah seperti dulu sejak Alya tak bisa
menjawab kemana Arya atau kenapa Arya tidak masuk. Gosip yang mengatakan kalau
Alya dan Arya punya hubungan spesial langsung terbantahkan.
Doni yang
semula begitu baik, seolah memperjuangkan Alya dan berusaha merebutnya saat
masih bersama Arya juga berubah. Doni tak pernah menawari Alya pulang bersama
atau mengajaknya mengobrol lagi. Bahkan baru-baru ini Doni juga memblokir Alya
dan berpacaran dengan siswi sekolah lain.
Alya di
tinggalkan banyak orang di satu waktu
yang sama. Alya benar-benar menyesal hingga akhirnya ia memutuskan untuk datang
ke rumah Arya sendiri di antar omnya. Petugas keamanan mengijinkannya masuk
tapi kepala pelayan dan Surti mengatakan kalau Arya tidak di rumah juga
menyarankan agar Alya tidak usah menemui Arya lagi.
“A-aku mau
bicara sebentar saja, kira-kira dimana aku bisa ketemu Arya?” paksa Alya.
“Setelah
kamu nuduh Mas Arya, setelah kamu menyudutkan dia dan mengambil kesimpulan
seenak hati kamu masih berani ketemu Mas Arya? Setelah kamu bilang gak suka
sama dia kamu mau ketemu? Kenapa harus ketemu lagi? Apa gak ada cowok kaya
khilaf yang suka kamu lagi?” cerca Surti emosi karena Alya yang sudah menyakiti
hati anak majikannya yang sudah dari kecil ia asuh.
Alya
menundukkan kepalanya lalu pergi dari rumah Arya dengan sedih. Tapi kesedihan
Alya bukan hanya karena tak bisa meminta maaf pada Arya tapi karena Surti
memarahinya. Seolah menegaskan ia bukan siapa-siapa tanpa Arya dan ia hanya
orang miskin yang tak sengaja menang lotre untuk ada dekat dengan Arya.
Alya juga
jadi menaruh sedikit curiga bila Arya yang sudah membuat hidupnya kembali
sengsara. Alya juga menuduh Arya melakukan cara licik seperti Icha dulu
padanya. Meskipun begitu Tio juga masih bekerja di FS Mall dan hanya Alya yang
merasa terusik dengan masalahnya dengan Arya ini.
Tak lama
setelahnya Alya juga mendapat kabar dari Mamanya untuk melanjutkan
pendidikannya di kampung saja. Mamanya sudah mencarika banyak informasi agar
Alya bisa sekolah kebidanan dan melanjutkan pekerjaannya saat ini.
●●●
“Ibu ikut sedih
tau kalo Alya sejahat itu sama Adek,” ucap Alma yang masih berusaha membesarkan
hati Arya yang jadi banyak berubah setelah patah hati. “Bentar lagi UN, masih
mau balik ke sekolah apa mau home schooling?” tanya Alma lembut.
“Home
schooling aja, aku males ketemu Alya. Dia jahat banget ternyata, tidak tau
diri,” jawab Arya dengan sedih sambil tiduran di pangkuan ibunya itu.
Alma
mengangguk sambil tersenyum dan mengelus rambut Arya lembut. “Patah hati itu
wajar, nanti Adek bisa kuliah di luar negeri juga biar Adek bisa move on.
Gak usah main sama orang-orang rendahan lagi,” ucap Alma lembut yang di angguki
Arya.
Arya bangun
lalu masuk ke kamarnya dan duduk di meja belajarnya untuk menulis jurnal
hariannya setelah lama tidak ia isi.
“Bunda,
cuma ada 2 perempuan yang aku sayang tapi tinggalin aku. Pertama Bunda, Bunda
bohong ke aku, sampai sekarang Bunda tidak pulang buat temenin aku. Kedua Alya,
Alya temanku waktu TK itu ternyata tidak suka sama aku, dia kecewa sama aku
terus marah padahal aku udah jelasin ke dia. Ku kira Alya bisa sayang aku kayak
aku sayang dia, ternyata tidak. Aku sedih, kecewa, marah. Tapi aku pilih diam
saja biar Ibu sama Ayah tidak ikut marah.
Bunda aku
pengen suatu hari ketemu perempuan seperti Bunda, baik, cantik, sabar, sayang
aku. Tapi jangan pembohong. Oh iya Bunda, kata Ibu sakit hati itu biasa,
lama-lama juga sembuh. Aku berharap bisa cepat sembuh dan baik-baik saja lagi.
Aku ikut home
schooling biar aku ga ketemu Alya lagi. Aku mau kuliah di luar negeri aja.
Aku pengen suasana baru. Ibu yang saranin, aku nurut aja sama Ibu. Aku mau
memulai hidupku yang baru,” tulis Arya lalu menutup jurnalnya dan pergi tidur.
0 comments