Bab 03 – Recovery
"Novel romance teenfiction Arya's Journey by dasp.98 original baca gratis di Hidden Gem Author"
Butuh watu
lebih dari seminggu bagi Arya untuk bisa tabah dan kembali lagi bersekolah.
Itupun ia rutin pergi ke psikolog agar traumanya membaik. Jalu juga begitu, ia
juga sangat terpukul hingga perlu bantuan psikiater dan kembali lagi ke
keluarganya bersama keluarga kecilnya yang ikut tinggal di sana juga. Meskipun
Arya tidak nyaman dan tidak akrab dengan keluarga ayahnya.
“Adek
sekarang tidak tulis cerita lagi?” tanya Alma yang melihat Arya langsung tidur
setelah makan malam.
Arya
menggeleng. “Aku menulis cerita buat siapa? Bundaku udah gak ada, aku ceritain
ke siapa?” tanya Arya begitu pilu lalu masuk kedalam selimutnya dan memunggungi
Alma.
“Besok adek
tidak belajar?” tanya Alma lembut sambil mengelus rambut Arya.
“Aku benci
belajar!” jawab Arya ketus.
Alma hanya
diam sambil geleng-geleng kepala. Ia tak bisa sesabar Lily menghadapi Arya,
mendengar penolakannya yang seperti ini membuat kepalanya pusing. Belum lagi
semangat belajarnya yang menurun drastis. Alma sama sekali tak bisa
mentoleransinya.
“Adek,”
panggil Jalu yang membawakan buku dongeng bergambar yang selalu Lily bacakan
untuk putranya itu.
“Aku gak
suka buku Wooly lagi!” bentak Arya.
Jalu
meletakkan buku yang ia bawa ke atas laci lalu memeluk Arya. “Adek tau gak dulu
ini kamar Bunda?” tanya Jalu lalu mulai bicara untuk mengingat Lily.
Arya hanya
diam dan tetap memunggungi ayahnya. Arya masih marah dan rindu juga sedih
karena di tinggal bundanya.
“Adek inget
gak, dulu janji sama Bunda buat jadi anak baik, anak pintar, pemberani, kok
sekarang jadi gini?” ucap Jalu lembut lalu memeluk putranya.
“Bunda juga
bohong sama aku. Katanya Bunda mau pulang, sembuh, temani aku terus. Mana?!
Bohong,” saut Arya yang masih belum ikhlas.
“Adek sedih
gak waktu Bunda bohong ke Adek?” tanya Jalu, Arya mengangguk pelan lalu menatap
ayahnya dengan airmatanya yang sudah berlinangan. “Adek dulu udah janji ke
Bunda, kalo adek bohong juga nanti Bunda kalo liat Adek dari surga sedih
gimana?” tanya Jalu sambil mengusap airmata putranya.
Arya diam lalu
kembali memunggungi ayahnya. Arya mulai memikirkan ucapan-ucapan terakhirnya
bersama bundanya. Arya mulai menyingkirkan kekecewaannya pada wanita yang sudah
melahirkannya itu dan memenuhi ingatannya dengan segala kebaikan bundanya.
●●●
Pagi-pagi
sebelum di bangunkan Alma maupun Jalu, Arya sudah bangun duluan. Ia sudah
beraktivitas bersama Oma dan Opanya, bahkan sudah mandi dan bersiap ke sekolah
tanpa di minta. Naila begitu senang bisa mengasuh cucunya itu. Arya juga mulai
banyak bicara meskipun Naila harus susah payah menanyainya banyak hal. Tapi
paling tidak Arya sudah mau diajak bicara sudah sangat baik.
Arya
kembali berangkat ke sekolahnya dengan perasaan yang cukup baik. Sudah tidak
murung lagi dan sudah tidak tiba-tiba menangis atau ingin meninggalkan kelas.
Sampai ada seorang gadis kecil menghampirinya dan membagi sebuah biskuit
dengannya.
“Aku namanya
Alya,” ucap gadis kecil itu memperkenalkan diri.
“Aku Arya,”
jawab Arya lalu keduanya tertawa karena memiliki nama yang mirip. “Namamu kalo
di tulis gini, kalo namaku gini,” Arya menulis namanya dan nama Alya. “Cuma
beda huruf r sama l aja,” Arya melingkari perbedaan huruf
dinamanya dan Alya.
“Wah hebat
kamu bisa tulis, aku belum bisa tulis,” ucap Alya kagum pada Arya.
Bu guru
yang memperhatikan Arya yang akhirnya berbaur dan punya teman ikut senang
melihatnya. Apa lagi Arya juga bisa menulis dan membaca jauh lebih awal
daripada teman-temannya.
Sejak hari
itu Arya dan Alya selalu bermain bersama, kadang berbagi bekal, oleh-oleh yang
Arya dapat dari ayah atau ibunya yang pulang dari perjalanan bisnis. Arya juga
selalu menceritakan soal Alya pada orang-orang di rumahnya hingga semua hafal
apa saja kebiasaan Arya dan Alya ketika bermain di TK.
“Adek mau
rayain ulang tahun di TK apa di rumah?” tanya Jalu sambil menemani putranya
yang duduk di depan makam bundanya.
“Di
sekolah, aku pengen rayain bareng Alya sama teman-teman,” jawab Arya dengan
ceria.
Ini kali
keduanya merayakan ulang tahun, dulu Arya pernah merayakannya saat usianya
masih satu tahun. Tapi tentu saja ia sudah lupa. Meskipun kadang bila ia sangat
merindukan bundanya ia menonton sendiri vidio kebersamaannya bersama bundanya.
Arya tetap tidak terlalu ingat betul rasanya merayakan ulang tahun.
Jalu
menyiakan benyak hal untuk merayakan ulang tahun putranya. Bahkan ia sudah
menyewa sebuah food truck agar perayaan di sekolah jadi meriah. Alma
juga menyiapkan banyak suvenir untuk teman-teman Arya nantinya. Arya juga di
minta untuk membagikan undangan ulang tahunnya agar ia merasa memiliki andil
juga dalam pestanya.
Arya
membagikan undangannya ke semua teman di sekolahnya. Di temani Bu guru dan Alya
yang ikut mengintilinya.
“Wah, aku
bingung kasih hadiah apa buat Arya,” ucap Alya sebelum pulang sekolah.
“Kamu kasih
apa aja aku suka,” jawab Arya santai.
Alya
mengangguk lalu merapikan barang-barangnya dan berlari ke mamanya yang sudah
datang menjemputnya.
Arya tidak berharap dapat banyak hadiah, karena ia hanya punya teman dekat Alya saja. Ia sebenarnya juga tidak berharap akan dirayakan dan mengundang teman sebanyak dan semegah ini. Ia hanya berharap bisa potong kue lalu bernyanyi, tiup lilin, dan membagi kuenya bersama Alya saja. tapi orang tuanya merayakannya lebih besar dan mewah dari pada yang Arya bayangkan.