BLANTERORBITv102

Bab 02 – Reading

Minggu, 10 September 2023

David cukup kaget dengan kematian mertuanya yang begitu mendadak. Perasaannya begitu berkecamuk dan bingung sekarang. Besok ia harus mulai mempersiapkan diri dan latihan dengan pemeran lainnya. Sementara disisi lain juga ia merasa bertanggung jawab terhadap Stela.

David yang semula ingin bebas seketika merasa terjerat akan kehadiran Stela yang menjadi beban serta tanggungannya. David masih ingin bebas dan melebarkan sayap keartisannya. Memang stela tidak menuntutnya apapun bahkan sejauh ini setelah pernikahannya, ia dan Stela masih belum sempat bicara dari hati ke hati.

Sepanjang acara pemakaman sampai selesai. David hanya diam sesekali ia keluar untuk bergabung dengan yang lain namun tak selang lama ia kembali lagi ke kamarnya dan kembali mengurung diri disana. Daripada ikut mengaji dan menguatkan istrinya, David lebih memilih membaca skripnya dan bersiap pergi kembali ke kantor agensinya agar bisa lebih fokus.

“Aku nanti langsung balik ke tempat kerja, terserah kamu mau ngapain,” ucap David begitu melihat Stela yang ikut pulang ke rumahnya bersama Maminya.

Stela menatap David dengan matanya yang sembab setelah menangis tanpa bisa berkata-kata.

“Ini…” David memberikan segepok uang lima juta pada Stela. “Gak usah ganggu aku sebulan kedepan!” ucap David lalu kembali pergi.

Stela terdiam menerima uang dari David lalu berjalan masuk ke kamar David. Stela menutup pintunya lalu duduk di ujung tempat tidur dengan perasaan begitu bercampur aduk. Ia masih sedih dan tengah berkabung, sekarang ia juga harus di hadapkan pada suami yang begitu dingin dan cuek padanya. Beruntung mertuanya begitu baik dan menyayanginya, mungkin kalau tidak ia sudah benar-benar hancur sekarang.

Sejenak Stela menganggap jika uang yang di berikan David adalah uang bela sungkawa seperti yang lain. Perasaanya begitu campur aduk sekarang dan ia jelas tak bisa berpikir dengan jernih atas kondisinya saat ini. Stela memang tidak menuntut David untuk ada bersamanya. Tapi sikap dingin David tadi cukup membuat Stela sedih.

“Stela…” panggil Indah yang masuk ke kamar David.

Stela langsung meletakkan uang pemberian David di bawah bantal dan buru-buru menyeka airmatanya. Indah langsung paham apa penyebab Stela yang sudah sempat berhenti menangis itu kembali menangis lagi.

“Omongannya David jangan terlalu dipikirin ya, David emang gitu kalo lagi pendalaman peran,” ucap Indah berusaha membesarkan hati Stela sambil memeluknya.

Stela mengangguk sambil tersenyum. “Tadi Mas David kasih ini,” ucap Stela menunjukkan uang pemberian David.

“Ah, itu uang jajan buat Stela,” ucap Indah karena tau David pasti memberikannya dengan cara tidak enak.

Stela kembali mengangguk. “Mi…kayaknya aku mau pulang ke rumahku dulu sementara. Mumpung masih ada Abang,” ucap Stela.

“Nanti ya, makan dulu Stelanya ya,” bujuk Indah yang ingin membuat Stela betah di rumahnya. “Mami liat di internet orang-orang suka makan makanan manis kalo lagi sedih. Mami udah bikinin makanan manis buat Stela. Nanti kita balik ke rumah Stela habis makan sekalian bawain Abang makan juga ya,” lanjut Indah membujuk menantunya yang baru seminggu di nikahi putranya itu.

***

David memulai reading dan pendalaman karakternya begitu ia sampai di lokasi. Biasanya ia hanya kebagian peran-peran kecil saat mulai reading juga tak perlu seribet ini. Begitu berbeda dengan peran yang sekarang. Bahkan sutradara juga menyarankan untuk sering melakukan kontak fisik dengan Kinan sebagai lawan mainnya untuk membangun kemistri.

“Gapapa Vid pegangan aja,” ucap Kinan karena melihat David begitu canggung dan ragu untuk menggenggam tangannya.

“Ah! I-iya…” jawab David begitu gugup.

Kinan yang merasakan tangan David yang gugup dan terasa begitu basah juga dingin tertawa terbahak-bahak di tengah sesi reading. “Si David gugup banget, tangannya loh dingin banget!” ucap Kinan sambil mengangkat tangan David yang ia genggam.

David menarik tangannya lalu tersenyum malu mendengar ucapan Kinan.

“David ini kayak ga pernah pegang cewek aja!” seru Toni, sutradara yang akan menangani proyek series kali ini.

Suasana begitu menyenangkan dan hangat. David juga terus berpegangan tangan dengan Kinan hampir selama 4 jam sesi reading kali ini. David berusaha profesional dalam mendalami perannya kali ini. Terlebih selama sesi reading kali ini sutradara atau tim kreatif lainnya juga tak menambahkan adegan tambahan atau melakukan revisi lainnya.

“Gak ada tambahan adegan…” lirih David lalu melepaskan genggaman tangannya dari Kinan.

Kinan mengangguk lalu tersenyum. “Biasanya kalo series romance bakal sering improvisasi. Mungkin kita perlu improviasasi. Besok mau jalan gak?”

David terdiam mendengar tawaran Kinan. Besok rumahnya ada persiapan untuk pengajian mertuanya. David tidak ingin menghadiri pengajian, tapi ia juga tak ingin pergi dengan Kinan. David lebih ingin memperdalam karakternya bersama coach yang ada di kantor agensinya.

“Kita bisa pergi ngobrol biar bisa ngebangun kemistri, ke kafe mungkin. Gimana menurutmu?” tawar Kinan sekali lagi.

David mempertimbangkannya kembali lalu mengangguk dengan ragu. “Kabarin aja, biar aku sesuaiin sama jadwalku. Kebetulan besok di rumah ada pengajian juga,” ucap David lalu tersenyum.

“Wah, apa aku perlu dateng ke rumahmu buat ikut pengajiannya?” Kinan menawarkan diri dengan ramah dan hangat seperti biasa.

David langsung menggeleng dengan panik. “Tidak usah!” ucapnya sedikit berteriak dengan panik.

Kinan kembali terbahak-bahak mendengar jawaban David yang masih kaku berinteraksi dengannya. “Vid, kita harus bisa akrab. Bisa deket. Biar projek kita lancar ya, jangan canggung terus,” nasehat Kinan yang selama ini terbiasa berakting untuk serial-serial romantis dan sering juga terlibat cinlok karena pendalaman karakter yang ia lakukan bersama lawan mainnya.

“I-iya, aku berusaha. Ini peran pertamaku jadi tokoh utama…”

“Oh! Kalo gitu mungkin kita bisa menginap sambil latihan. Aku punya vila, viewnya keren banget. Kalo kamu mau sih tapi, sebelumnya aku juga gitu sama Jeden,” tawar Kinan antusias.

David langsung meringis mendengar tawaran Kinan. Kalau saja ia lajang mungkin ia akan langsung bilang iya sekarang ini.

“Pengennya aku bilang iya, tapi aku ada beberapa urusan di rumah. Maaf ya,” tolak David dengan halus.

Kinan mengangguk lalu tersenyum. “Gak masalah, santai aja.”

David menghela nafas begitu Kinan pergi bersama asistennya. David merasa kesal dan menyesal dengan keputusannya menikah dengan Stela, meskipun sampai sekarang ia tetap belum menjamahnya. Kinan begitu baik dan ramah. Kedekatannya juga bagus untuk karirnya kedepan. Sangat berbeda dengan Stela. Tapi semua sudah terlanjur, David tak bisa berbuat banyak.

“Cie di deketin Kinan,” bisik Anca menggoda David.

David mendelik mendengar ucapan Anca. “Apaan sih Mas Anca, biasa aja. cuma di tawarin pendalaman karakter bareng aja,” ucap David sebelum manajer yang kerap merangkap menjadi asistennya juga itu tidak membuat gosip.

“Iya deh iya,” jawab Anca sambil memasukkan barang-barang David kedalam totebagnya. “Mau aja kalo di ajak mah… itung-itung biar di gosipin, nanti kan nama kamu makin naik,” saran Anca.

David terdiam. Ia memang ingin cepat terkenal, masuk Lambe Turah juga tidak masalah sebenarnya. Tapi David mempertimbangkan acara 3 harian mertuanya nanti. Selain itu ia juga belum menjelaskan skenario gimmik ini pada maminya juga.

“Di rumah mau ada acara yasinan Mas, sama mau ngasih tau mami dulu biar gak kaget. Nanti aku pertimbangin juga kok buat latihan sama Kinan,” ucap David lalu mengambil totebag di tangan Anca.

“Btw[1] kamu jadi di jodohin?” tanya Anca yang tiba-tiba teringat soal curhatan David sebelumnya.

David terdiam bingung harus menjawab apa. Beruntung tak selang lama Anca mendapat telfon dari pacarnya.

“Kamu duluan aja, aku mau kencan sama lelakiku!” usir Anca pada David dengan gayanya yang langsung kemayu ketika dapat telfon dari pacar gaynya.

David mengangguk sambil meringis lalu langsung beranjak sebelum Anca kembali menanyainya soal perjodohannya. David belum siap jujur pada Anca. [Next]


[1] By The Way : omong-omong



Author

Mbak Dyah