David cukup
kaget dengan kematian mertuanya yang begitu mendadak. Perasaannya begitu
berkecamuk dan bingung sekarang. Besok ia harus mulai mempersiapkan diri dan
latihan dengan pemeran lainnya. Sementara disisi lain juga ia merasa
bertanggung jawab terhadap Stela.
David yang
semula ingin bebas seketika merasa terjerat akan kehadiran Stela yang menjadi
beban serta tanggungannya. David masih ingin bebas dan melebarkan sayap
keartisannya. Memang stela tidak menuntutnya apapun bahkan sejauh ini setelah
pernikahannya, ia dan Stela masih belum sempat bicara dari hati ke hati.
Sepanjang
acara pemakaman sampai selesai. David hanya diam sesekali ia keluar untuk
bergabung dengan yang lain namun tak selang lama ia kembali lagi ke kamarnya
dan kembali mengurung diri disana. Daripada ikut mengaji dan menguatkan
istrinya, David lebih memilih membaca skripnya dan bersiap pergi kembali ke
kantor agensinya agar bisa lebih fokus.
“Aku nanti
langsung balik ke tempat kerja, terserah kamu mau ngapain,” ucap David begitu
melihat Stela yang ikut pulang ke rumahnya bersama Maminya.
Stela
menatap David dengan matanya yang sembab setelah menangis tanpa bisa
berkata-kata.
“Ini…”
David memberikan segepok uang lima juta pada Stela. “Gak usah ganggu aku
sebulan kedepan!” ucap David lalu kembali pergi.
Stela
terdiam menerima uang dari David lalu berjalan masuk ke kamar David. Stela
menutup pintunya lalu duduk di ujung tempat tidur dengan perasaan begitu
bercampur aduk. Ia masih sedih dan tengah berkabung, sekarang ia juga harus di
hadapkan pada suami yang begitu dingin dan cuek padanya. Beruntung mertuanya
begitu baik dan menyayanginya, mungkin kalau tidak ia sudah benar-benar hancur
sekarang.
Sejenak
Stela menganggap jika uang yang di berikan David adalah uang bela sungkawa
seperti yang lain. Perasaanya begitu campur aduk sekarang dan ia jelas tak bisa
berpikir dengan jernih atas kondisinya saat ini. Stela memang tidak menuntut
David untuk ada bersamanya. Tapi sikap dingin David tadi cukup membuat Stela
sedih.
“Stela…”
panggil Indah yang masuk ke kamar David.
Stela
langsung meletakkan uang pemberian David di bawah bantal dan buru-buru menyeka
airmatanya. Indah langsung paham apa penyebab Stela yang sudah sempat berhenti
menangis itu kembali menangis lagi.
“Omongannya
David jangan terlalu dipikirin ya, David emang gitu kalo lagi pendalaman
peran,” ucap Indah berusaha membesarkan hati Stela sambil memeluknya.
Stela
mengangguk sambil tersenyum. “Tadi Mas David kasih ini,” ucap Stela menunjukkan
uang pemberian David.
“Ah, itu
uang jajan buat Stela,” ucap Indah karena tau David pasti memberikannya dengan
cara tidak enak.
Stela
kembali mengangguk. “Mi…kayaknya aku mau pulang ke rumahku dulu sementara.
Mumpung masih ada Abang,” ucap Stela.
“Nanti ya,
makan dulu Stelanya ya,” bujuk Indah yang ingin membuat Stela betah di
rumahnya. “Mami liat di internet orang-orang suka makan makanan manis kalo lagi
sedih. Mami udah bikinin makanan manis buat Stela. Nanti kita balik ke rumah
Stela habis makan sekalian bawain Abang makan juga ya,” lanjut Indah membujuk
menantunya yang baru seminggu di nikahi putranya itu.
***
David
memulai reading dan pendalaman karakternya begitu ia sampai di lokasi.
Biasanya ia hanya kebagian peran-peran kecil saat mulai reading juga tak
perlu seribet ini. Begitu berbeda dengan peran yang sekarang. Bahkan sutradara
juga menyarankan untuk sering melakukan kontak fisik dengan Kinan sebagai lawan
mainnya untuk membangun kemistri.
“Gapapa Vid
pegangan aja,” ucap Kinan karena melihat David begitu canggung dan ragu untuk menggenggam
tangannya.
“Ah!
I-iya…” jawab David begitu gugup.
Kinan yang
merasakan tangan David yang gugup dan terasa begitu basah juga dingin tertawa
terbahak-bahak di tengah sesi reading. “Si David gugup banget, tangannya
loh dingin banget!” ucap Kinan sambil mengangkat tangan David yang ia genggam.
David
menarik tangannya lalu tersenyum malu mendengar ucapan Kinan.
“David ini
kayak ga pernah pegang cewek aja!” seru Toni, sutradara yang akan menangani
proyek series kali ini.
Suasana
begitu menyenangkan dan hangat. David juga terus berpegangan tangan dengan
Kinan hampir selama 4 jam sesi reading kali ini. David berusaha profesional
dalam mendalami perannya kali ini. Terlebih selama sesi reading kali ini
sutradara atau tim kreatif lainnya juga tak menambahkan adegan tambahan atau
melakukan revisi lainnya.
“Gak ada
tambahan adegan…” lirih David lalu melepaskan genggaman tangannya dari Kinan.
Kinan
mengangguk lalu tersenyum. “Biasanya kalo series romance bakal sering
improvisasi. Mungkin kita perlu improviasasi. Besok mau jalan gak?”
David
terdiam mendengar tawaran Kinan. Besok rumahnya ada persiapan untuk pengajian
mertuanya. David tidak ingin menghadiri pengajian, tapi ia juga tak ingin pergi
dengan Kinan. David lebih ingin memperdalam karakternya bersama coach
yang ada di kantor agensinya.
“Kita bisa
pergi ngobrol biar bisa ngebangun kemistri, ke kafe mungkin. Gimana menurutmu?”
tawar Kinan sekali lagi.
David
mempertimbangkannya kembali lalu mengangguk dengan ragu. “Kabarin aja, biar aku
sesuaiin sama jadwalku. Kebetulan besok di rumah ada pengajian juga,” ucap
David lalu tersenyum.
“Wah, apa
aku perlu dateng ke rumahmu buat ikut pengajiannya?” Kinan menawarkan diri
dengan ramah dan hangat seperti biasa.
David
langsung menggeleng dengan panik. “Tidak usah!” ucapnya sedikit berteriak
dengan panik.
Kinan
kembali terbahak-bahak mendengar jawaban David yang masih kaku berinteraksi
dengannya. “Vid, kita harus bisa akrab. Bisa deket. Biar projek kita lancar ya,
jangan canggung terus,” nasehat Kinan yang selama ini terbiasa berakting untuk
serial-serial romantis dan sering juga terlibat cinlok karena pendalaman
karakter yang ia lakukan bersama lawan mainnya.
“I-iya, aku
berusaha. Ini peran pertamaku jadi tokoh utama…”
“Oh! Kalo
gitu mungkin kita bisa menginap sambil latihan. Aku punya vila, viewnya keren
banget. Kalo kamu mau sih tapi, sebelumnya aku juga gitu sama Jeden,” tawar
Kinan antusias.
David
langsung meringis mendengar tawaran Kinan. Kalau saja ia lajang mungkin ia akan
langsung bilang iya sekarang ini.
“Pengennya
aku bilang iya, tapi aku ada beberapa urusan di rumah. Maaf ya,” tolak David
dengan halus.
Kinan
mengangguk lalu tersenyum. “Gak masalah, santai aja.”
David
menghela nafas begitu Kinan pergi bersama asistennya. David merasa kesal dan
menyesal dengan keputusannya menikah dengan Stela, meskipun sampai sekarang ia
tetap belum menjamahnya. Kinan begitu baik dan ramah. Kedekatannya juga bagus
untuk karirnya kedepan. Sangat berbeda dengan Stela. Tapi semua sudah
terlanjur, David tak bisa berbuat banyak.
“Cie di
deketin Kinan,” bisik Anca menggoda David.
David
mendelik mendengar ucapan Anca. “Apaan sih Mas Anca, biasa aja. cuma di tawarin
pendalaman karakter bareng aja,” ucap David sebelum manajer yang kerap
merangkap menjadi asistennya juga itu tidak membuat gosip.
“Iya deh
iya,” jawab Anca sambil memasukkan barang-barang David kedalam totebagnya. “Mau
aja kalo di ajak mah… itung-itung biar di gosipin, nanti kan nama kamu makin
naik,” saran Anca.
David
terdiam. Ia memang ingin cepat terkenal, masuk Lambe Turah juga tidak masalah
sebenarnya. Tapi David mempertimbangkan acara 3 harian mertuanya nanti. Selain
itu ia juga belum menjelaskan skenario gimmik ini pada maminya juga.
“Di rumah
mau ada acara yasinan Mas, sama mau ngasih tau mami dulu biar gak kaget. Nanti
aku pertimbangin juga kok buat latihan sama Kinan,” ucap David lalu mengambil
totebag di tangan Anca.
“Btw[1] kamu jadi di
jodohin?” tanya Anca yang tiba-tiba teringat soal curhatan David sebelumnya.
David
terdiam bingung harus menjawab apa. Beruntung tak selang lama Anca mendapat
telfon dari pacarnya.
“Kamu
duluan aja, aku mau kencan sama lelakiku!” usir Anca pada David dengan gayanya
yang langsung kemayu ketika dapat telfon dari pacar gaynya.
David mengangguk sambil meringis lalu langsung beranjak sebelum Anca kembali menanyainya soal perjodohannya. David belum siap jujur pada Anca. [Next]
[1] By The Way : omong-omong
0 comments