Bab 15 – Botol Minum
Kinan terus
mengikuti David dengan manja bahkan untuk membaca ulang skrip bernuansa komedi
Kinan meminta untuk bergandengan dengan David. Sita juga terus menerus
memfasilitasi keinginan Kinan untuk terus berduaan dengan David. Entah dengan
menghalangi orang yang hendak mendekat atau sengaja menutup pintu agar David
dan Kinan bisa berduaan.
“Nanti
sekali take aja ya, aku dah ngantuk capek…” ucap Kinan pada David dengan
manja.
David hanya
diam sambil memperhatikan Stela yang merapikan ruangan usai makan-makan
sendirian. Memisahkan sisa makanan dan makanan yang bisa di makan lagi nanti
dan membungkusnya dengan rapi. Memisahkan antara peralatan makan yang masih
bersih dan kotor, lalu menumpang mencuci piring dikamar mandi. Stela
mengerjakan semua sendirian. Bahkan Stela juga menyapu dan mengelap lantai dari
tetesan kuah atau minyak agar nyaman dan bersih kembali.
“David…”
panggil Kinan sambil mengibaskan tangannya di muka David agar ia mendapat
perhatian David kembali.
“Iya,”
jawab David sekenanya.
“Apa coba?
Kok tiba-tiba bilang iya?” tanya Kinan menggoda David.
“Aku pengen
syutingnya cepet kelar,” jawab David sekenanya sekaligus mengalihkan
pembicaraan.
“Sama, aku
juga. Habis itu kita bisa mulai promosi sama jumpa fans,” ucap Kinan ceria.
David
kembali terdiam memperhatikan Stela yang duduk bersandar sambil menggenggam
ponselnya. Stela terlihat seperti sedang mengetik pesan, David langsung
mengambil ponselnya dan mengira jika Stela mengirim pesan padanya. Stela tampak
masih mengetik pesan namun tak satupun masuk ke ponselnya. David akhirnya
membuka grup keluarganya, Stela terakhir menanggapi kemarin, itupun hanya
dengan stiker animasi bunga yang tersenyum.
“Dek Stela,
ini…” ucap Anca yang masih saja terlihat maskulin sambil membawakan Stela boba.
“Wah
makasih Mas Anca!” seru Stela dengan ceria menerima pemberian Anca.
Setelah
Anca datang Stela tak lagi menyentuh ponselnya. David langsung menaruh curiga
pada Stela jika ia diam-diam sedari tadi berkirim pesan dengan Anca. Atau malah
sudah sejak lama ia berkirim pesan dengan Anca. Banyak kecurigaan muncul di
benak David.
“David!
Kinan! Yuk mulai!” teriak asisten sutradara yang sudah memanggil David dan
Kinan untuk segera bersiap.
Dengan
berat hati David mengalihkan pandangannya dari Stela yang mengobrol dengan
Anca. David berjalan menuju set pengambilan gambarnya bersama Kinan.
Stela sama sekali tak melihatnya, Stela terlalu fokus mendengarkan Anca yang
entah bicara apa sambil menyeruput bobanya.
***
“Mas David
keren ya aktingnya, kayak beneran. Padahal dia kalo dirumah pendiem, eh
perannya kocak gitu,” ucap Stela sambil melihat David yang sedang syuting di
kejauhan.
“Itu
namanya profesional!” ucap Anca menanggapi Stela.
Stela
tersenyum bangga mendengarnya. “Profesional…” lirih Stela mengulang perkataan
Anca.
“Anca!
Anca!” panggil asisten sutradara berteriak memanggil Anca yang duduk dan tak
membantu menyiapkan David.
Anca
langsung berlari mendekat lalu membantu membenarkan tatanan rambut David. Setelah
itu Anca duduk di sekitar tempat pengambilan gambar, berjaga-jaga jika
sewaktu-waktu dibutuhkan kembali.
“Kamu deket
sama David?” tanya Sita tiba-tiba duduk disamping Stela dan langsung
menanyainya dengan pertanyaan yang begitu personal.
Stela
menatap Sita dengan pandangan bingung. Baru kali ini ada orang yang tiba-tiba
menanyainya sesuatu yang dirasa cukup pribadi. “Kenapa?” Stela balik bertanya.
“Em…
gapapa, tanya doang. Kamu kan bukan artis, jadi biar kamu tau diri, gak
deket-deket sama David. Kan gak pantes,” ucap Sita mengintimidasi Stela. “Tuh
liat!” Sita menunjuk David yang sedang menarik tangan Kinan dalam aktingnya.
“Diliatnya pantes, bagus, cocok. Jadi kamu paham kan buat gak ke geeran deketin
David?”
Stela
mengerutkan keningnya begitu kesal dan marah dengan ucapan Sita yang begitu
jahat padanya. Namun Stela tak bisa berkata apa-apa, ia ingat David memintanya
merahasiakan hubungannya. Selain itu Stela juga tak mau marah-marah dan merusak
suasana dilokasi.
“Stela!
Ambilin minum!” teriak Anca.
Dengan
sigap Stela langsung mengambilkan botol air mineral dan berlari ke arah Anca.
Namun disaat bersamaan seorang crew cameramen menarik kabel yang membuat
Stela tersandung dan jatuh. Botol minum yang di bawa Stela ikut terlempar dari
tangannya dan langsung pecah begitu menghantam tanah. Semua orang menatap
Stela. Beberapa menatap Stela dengan kesal, beberapa yang lain menatapnya iba,
dan tak sedikit yang menertawakannya termasuk Kinan dan Sita.
“Kamu ini
gimana sih?! Cuma ambilin minum pakek kesandung segala, kalo gak bisa bantu
balik ke rumah sana! Gak usah kesini!” bentak David pada Stela yang berusaha
bangun dan mengambil kembali botol yang sudah jatuh itu didepan semua orang.
Stela
sedikit tersentak lalu langsung menundukkan kepalanya begitu ketakutan.
“Vid…” ucap
Toni mencoba meredakan emosi David karena tak mau David meluapkan kekesalannya
pada orang lain dan mengira David semarah itu karena terus take
berulang-ulang pada adegan yang sama.
“Udah
gapapa,” ucap Anca yang langsung merangkul Stela kembali ke ruang transit para crew.
David
begitu kaget melihat Stela yang ada berada dalam rangkulan Anca pergi kembali
ke ruang transitnya. Stela canggung saat bersentuhan dengannya dulu, bagaimana
bisa sekarang dia mau bersentuhan dengan pria lain. Apalagi Anca sedang tidak
memakai pakaiannya yang kemayu.
“Istirahat
sebentar, 15 menit lagi kita take lagi!” ucap Toni yang memberi waktu
istirahat untuk semua orang karena David sempat marah.
“David…”
“Aku mau
minum,” ucap David dingin lalu langsung pergi mengejar Anca dan Stela sebelum
Kinan mendekat dan kembali mengekangnya.
Stela duduk
dilantai sambil bersandar pada tembok. Wajahnya masih tertunduk ketakutan dan
sedih setelah David membentaknya. Stela ingin menangis tapi terlalu banyak
orang disana, Stela juga tak mau jika David semakin marah padanya jika ia
menangis.
“Maafin
David ya, jangan dimasukin hati omongannya tadi,” hibur Anca lalu bangun untuk
memberikan botol air mineral pada David.
Air mata
Stela sudah begitu sulit untuk di bendung, namun Stela langsung mengangguk dan
tersenyum sambil menghela nafasnya.
David
menatap Stela dengan rasa bersalah. Tapi ia masih kesal karena Stela ternyata
mudah sekali akrab dengan pria lain.
“Maaf ya Mas,
lain kali aku lebih hati-hati,” ucap Stela berlapang dada.
David hanya
diam dengan tatapan dinginnya sementara Anca tersenyum memaklumi Stela, selain
karena memang ia penyebab Stela berlari mengambilkan minum. Anca juga melihat
betapa tulusnya Stela yang hanya ingin membantu itu.
“Kakimu
sakit gak?” tanya Anca yang kembali menaruh perhatiannya pada Stela.
Stela
terdiam lalu mengelus lututnya yang tertutup gamis. “Shh…aw…em…gapapa Mas,”
jawab Stela yang tak bisa menyembunyikan lukanya.
“Ku ambilin
obat ya,” ucap Anca yang langsung sigap mengurus Stela.
David
kembali kesal melihat perhatian yang Stela terima dari Anca. David jua kesal
pada Anca yang tiba-tiba sok-sokan terlihat maco didepan Stela.
“Kamu ada
perlu apa sih sebenernya?” ketus David pada Stela.
“M-mau
ngomong sama Mas…” lirih Stela begitu takut menjawab peryanyaan David.
“Apa gak
bisa ngomongnya lewat telfon atau chat aja? Apa sepenting itu sampe kamu
harus nyamperin aku?” ketus David lagi yang membuat Stela semakin ciut. “Mau
ngomong apa?!” tanya David lagi.
Stela
langsung menggeleng. “Gak jadi Mas, enggak penting kayaknya…” lirih Stela
mengurungkan niatnya untuk menyampaikan kabar soal rumahnya yang disita pihak
bank pada David.
“Kalo gak
sepenting itu gak usah nyamperin!” kesal David lagi.
Kinan dan
Sita tersenyum senang melihat David memarahi Stela. Stela yang sebelumnya
terlihat begitu disayang oleh Maminya David terlihat begitu di buang dan
disia-siakan oleh David. Tentu saja hal itu membuat Kinan senang, terlebih ia
sedang berusaha mendekati David.
Stela
langsung bangun dan beranjak pergi dari David. Ia sudah tak kuat menahan
airmatanya lagi.
“Mau
kemana?!” tanya David ketus.
“Solat,” jawab Stela sekenanya dan memang ia belum sempat solat sebelumnya. [Next]