Indah
datang menjenguk Ahmad bersama suami dan anak bungsunya. Sementara Adit yang
tengah bertugas di RS dr. Soetarto tidak bisa ikut datang karena masih dalam
masa tugas dinas. Kemungkinan Adit baru akan datang saat David menikah, itupun
kalau jadi.
“Jadi
niatnya datang kali ini pertama untuk silaturahmi, kedua buat njenguk Bapak,
sama ini mau ngelamar Stela buat jadi istrinya David,” ucap Aryo yang
menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan keluarganya kali ini.
Stela dan Romi
cukup kaget mendengar lamaran dari keluarga David yang sangat mendadak itu.
Indah
tersenyum sambil mengangguk. “Tante sering liat Stela yang ngurus Bapak
sendirian, jadi Tante kepikiran buat jodohin sama David. Biar Stela ada yang
nemenin, kan mas Romi juga jarang di rumah masih harus balik Kairo lagi,” ucap
Indah menimpali.
Memang
keluarganya sedang terkendala biaya dan Stela yang sering mengurus semua
sendirian. Namun Romi tak merasa Stela perlu menikah hanya karena ia kesepian.
Stela perlu mengejar mimpinya juga dan mengembangkan potensinya.
“Tante,
tapi menikah kan bukan cuma masalah Stela kesepian aja. Menikah itu ibadah yang
panjang, di kerjakan seumur hidup. Gak bisa kalo cuma karena gitu aja. Lagian
Stela kan nemenin Abah, bukan 100% sendirian,” ucap Romi berusaha menolak dengan
halus tawaran Indah.
Stela
terdiam mendengar tawaran itu lalu menatap kakaknya yang terlihat lebih kurus
juga kondisi abahnya yang juga semakin memburuk dan makin sering bolak-balik ke
rumah sakit belakangan ini. Abahnya selalu mengkhawatirkan kondisi Stela tiap
kali kondisinya memburuk. Stela sering mendengar abahnya yang meminta
kelancaran jodoh untuknya pula belakangan ini.
Indah
tersenyum mendengar jawaban Romi atas niat baiknya. Sementara David tersenyum
lega tawaran maminya di tolak.
“Tante
kadang khawatir aja kalo nanti kondisi Abah makin memburuk terus gak sempat
liat Stela nikah, ya tapi Tante juga ngerti kalo Stela juga masih muda masih
pengen bebas,” ucap Indah sedikit kecewa dengan sambutan Romi.
Romi
tersenyum canggung. “Tapi kan itu balik lagi ke Stelanya, kalo Stela belum siap
ya kita gak bisa maksa,” ucap Romi akhirnya mengalah.
Stela masih
diam memandangi abahnya yang masih terlelap lalu memandang Indah yang selama
ini sering membantunya dan jadi tempat pelariannya yang pertama jika ia mengalami
kondisi darurat.
“K-kalo
Stela masih di ijinin ngerawat Abah. Gapapa Stela mau…” jawab Stela pelan
dengan mata berkaca-kaca.
Indah
langsung menggenggam tangan suaminya dengan begitu erat menyalurkan rasa
bahagianya. Sementara David yang semula tersenyum perlahan senyumnya mulai
memudar. Romi juga tampak kaget dengan keputusan Stela yang terasa begitu
gegabah dan mendadak ini, namun ia hanya bisa diam.
***
Pernikahan
sederhana langsung di laksanakan seminggu setelahnya. Tepat di ruang rawat inap
Ahmad yang semakin lemah. Tentu saja tak sempat mengadakan pesta dan walimahan
seperti yang semestinya. Selain karena David yang meminta untuk di rahasiakan
karena ia masih jadi artis pendatang baru. Keluarga Stela juga lebih fokus
dengan pengobatan abahnya. Meskipun akhirnya tetap dibuatkan acara syukuran
sederhana hanya membuat pengajian kecil di rumah David dan membagikan bingkisan
saja.
“Mas, Stela
gak bisa langsung tinggal di rumah Mas. Stela masih mau nemenin Abah dulu,”
ucap Stela meminta izin pada David dengan lembut.
David hanya
mengangguk dengan alis berkerut. Berulang kali ia mengumpat dalam hati karena
jadi menikahi Stela yang sama sekali tidak ia cintai ini. Sialnya lagi maminya
dan keluarga Stela tetap membuat acara syukuran juga. Karena hal itu pula David
jadi gagal ikut casting.
Tapi belum
selesai umpatannya dan segala kekesalan David terlampiaskan tiba-tiba ia
mendapat pesan dari tim manajemennya. Kekesalannya seketika berubah jadi senyum
sumringah begitu ia mendapat kabar kalau ia kembali mendapat tawaran menjadi
pemeran utama dalam sebuah seris remake dari tahun 2000an.
“Wah gila
sih lawan mainnya Kinan,” ucap David makin senang ketika tau lawan mainnya juga
seorang aktris ternama.
David
langsung bersiap mengemasi beberapa barang-barangnya dan langsung bersiap pergi
ke kantor agensinya. Tanpa peduli pada mertuanya yang sedang sekarat.
“Mau
kemana?” tanya Indah yang bersiap pergi ke rumah besannya setelah mendengar
kabar jika kondisinya makin memburuk.
“Ke kantor,
dapet job lagi aku. Jadi Lupus, Lupus tulisannya almarhum Hilman itu loh
Mi. Kesukaannya Mami,” jawab David lalu menyalimi maminya dan langsung bergegas
pergi.
Indah
menghela nafas dengan begitu berat. Indah berharap bisa menahan David agar mau
menemani Stela sementara waktu. Tapi rasanya itu sulit karena David yang memang
tak menaruh hati pada istrinya itu.
“David mana
Tante?” tanya Romi begitu melihat mertua adiknya datang.
“Ah, itu
David lagi ada kerjaan. Tadi dia langsung berangkat begitu ada callingan…”
jawab Indah sungkan.
“Mi…”
panggil Adit yang tiba-tiba menyusul maminya.
“Ada apa
Mas? Udah mau pulang?” tanya Indah yang begitu tak enak hati karena keluarganya
tak bisa menemani Stela.
Adit
mengangguk pelan. “RS kekurangan dokter. Adit harus balik,” ucap Adit yang
harus kembali ke tempat dinasnya dengan berat hati.
Romi
tersenyum melihat Adit lalu kembali masuk ke kamar abahnya menemani Stela.
“Nanti kalo
Mami ada apa-apa kabarin Adit ya, Adit coba bantuin semampunya,” ucap Adit yang
jauh lebih lembut dan hangat daripada David pada maminya.
“Iya Mas,
hati-hati ya…” ucap Indah lalu memeluk putranya dengan erat. “Mami gak bisa
anterin, maaf ya…” sambung Indah sambil menciumi putranya itu.
“Gapapa Mi,
Adit di anter Papi,” jawab Adit lalu menyalimi Maminya sebelum pergi.
Indah
melihat Stela yang terus mengaji di samping abahnya yang terus bersolawat
dengan lemah. Romi juga terlihat baru menutup Al-Qur’annya dan tengah ikut
membantu ayahnya bersolawat dan berulangkali membaca kalimat syahadat. Beberapa
tetangga mulai berdatangan dengan membawa beberapa makanan juga buku yasin.
Bertepatan
dengan kumandang adzan Maghrib suara tangis dari Romi dan Stela yang akhirnya
di tinggal abahnya sendirian terdengar begitu histeris.
***
David
tersenyum ceria begitu ia sampai dan melihat skrip yang sudah ada di kantor
agensinya. Tak berselang lama Kinan juga datang bersama manajernya untuk
membahas soal perannya nanti. Seris yang akan di buat sebanyak 16 episode ini
benar-benar langkah awal pembuka karir yang lebih cemerlang bagi David.
Ponsel
David yang terus bergetar menerima pesan dan panggilan juga langsung ia matikan
karena ingin fokus dengan pekerjaannya ini. David jauh lebih antusias
menanggapi Kinan dan saran-saran akting yang ia sampaikan daripada menjawab
panggilan telfon dari maminya. David yang sempat kehilangan peran dan potensi
tak mau mengulang kesalahan yang sama. Apapun yang terjadi David tak peduli dan
akan tetap mengambil peran ini, apapun caranya.
“Gak mau
angkat telfon dulu? Siapa tau penting loh…” ucap Kinan yang melihat David
mematikan ponselnya.
“Ah gapapa,
paling hp mami di pakek ponakan. Gak masalah,” ucap David lalu menggeser tempat
duduknya agar lebih dekat dengan Kinan lagi.
Kinan
mengangguk lalu kembali menonton series sebelumnya dan mencoba menyesuaikan
dengan skrip dan cara membacanya bersama David. [Next]
0 comments