Bab 13 – Lokasi Syuting
Aryo dan
Indah membantu memindahkan beberapa barang-barang yang dirasa berharga dan
memiliki banyak kenangan bagi Stela ke kamar tamu di rumahnya yang hampir tak
pernah di pakai. Ruangannya cukup besar untuk menampung barang-barang Stela.
Lemari-lemari di rumah Stela juga Stela ijinkan untuk di pakai dipabrik tempat
usaha mertuanya. Sementara barang-barang lain yang tidak di gunakan lagi
seperti meja makan dan meja tamu juga perabotan dapur lainnya di bagikan ke
tetangganya yang membutuhkan dan membiarkan mereka mengambil sendiri.
Belum ada
yang mengabari David terkait hal ini. Indah dan Aryo yang langsung mengurus
semuanya agar Stela yang kembali mendapat cobaan itu bisa menenangkan diri
terlebih dahulu. Indah sudah memberikan nomor telfon David pada Stela, namun
Stela rasanya masih belum sempat memberitaunya.
“Stela
takut bilang sama Mas David,” ucap Stela saat makan malam bersama mertuanya.
“Mas lagi kerja, aku ngabarin hal buruk terus. Kayak aku tu dateng bawa sial
buat Mas,” lanjut Stela yang begitu takut dan malu akan kondisinya yang terus
memburuk.
“Enggak
Stela, jangan mikir gitu. David gak mungkin mikir gitu. Lagian David kan
suaminya Stela, jadi gapapa kalo Stela terbuka sama David,” ucap Indah yang di
angguki Aryo.
“Besok
samperin aja ke lokasi, ngomongnya waktu ketemu langsung aja,” saran Aryo.
Stela
terdiam lalu menatap mertuanya bergantian. Indah langsung tersenyum sambil
mengangguk meyakinkan Stela jika semua akan baik-baik saja.
“Besok kita
kesana sambil bawain masakan kesukaan David, jadi ngobrolnya bisa enak,” saran
Indah yang semangat menghibur Stela.
“Makasih
Mi, Pi…kalo gak ada Mami sama Papi Stela gak tau harus minta tolong sama siapa
lagi,” ucap Stela lalu menyeka airmatanya sebelum berlinangan di pipinya.
***
Anca masih
sakit tubuhnya masih demam namun ia tetap memaksakan diri pergi ke lokasi
syuting. Suntik hormon yang ketiga kalinya ini tak kunjung membuatnya terbiasa.
Beberapa pil pereda rasa nyeri sudah ia minum namun rasa sakitnya akan kembali
muncul tak lama setelahnya. Beruntung lokasi syutingnya cukup dekat dan tempat istirahat juga ada.
Anca
memperhatikan David sebagai artisnya. Melihat David yang terus di dekati oleh
Kinan dengan banyak perhatian, seperti tawaran memesan makanan yang sama bahkan
tawaran untuk meminjam bantal atau selimutnya. Kinan terlihat perhatian dan
menunjukkan betapa sukanya ia pada David. Begitu berbeda dengan tanggapan David
yang seperlunya saja.
Anca
sedikit miris melihat bagaimana usaha Kinan untuk merebut hati David. David
terlalu kaku untuk di dekati, terlalu menjaga diri meskipun ia seorang aktor
dan mantan anggota boyband. Meskipun saat dikamera David bisa berakting
dengan lancar dan terlihat natural, tapi tetap saja begitu kamera berhenti
David kembali ke setelan pabriknya, pendiam dan dingin. Mengingatkan Anca pada
awal ketertarikannya pada Hasan, pendiam, dingin, namun perhatian.
“Mas Anca
masih demam?” tanya Kinan yang memberikan perhatian pada Anca.
Anca
tersenyum lalu mengangguk. “Gapapa santai aja,” jawab Anca.
Anca tau
Kinan bukan ingin memperhatikannya, ia hanya mencoba terlihat ramah dan
penyayang di depan David. Kinan yang Anca rasa akan terlihat spesial ternyata
tidak jauh beda dari kebanyakan perempuan lainnya juga. Bukan Anca cemburu pada
Kinan yang mendekati David, tapi cara Kinan membuat Anca muak melihatnya.
David
menghela nafas lega melihat beritanya yang muncul di akun sosmed Lambe Turah
kembali. Kabar baru yang mengklarifikasi semuanya dan meluruskan spekulasi
masyarakat sebelum menjodoh-jodohkannya dengan Kinan.
“Mas Anca,
nanti Mami mau kesini,” ucap David mengabari Anca.
“Wah enak
ya David masih bisa ketemu Maminya…” saut Kinan dengan suaranya yang berusaha
terdengar begitu imut.
David hanya
meringis lalu mengangguk. “Iya,” jawab David singkat.
Kinan
langsung berinisiatif untuk mendekat dan curhat soal keluarganya, namun disaat
bersamaan David di panggil asisten sutradara untuk kembali take. Anca
yang melihatnya hanya pura-pura tak melihat kejadian barusan sambil mengecek
ponselnya.
“Kinan liat
deh!” seru Sita sambil menunjukkan postingan terbaru dari Lambe Turah.
Kinan
mengerutkan alisnya terlihat jelas ia tidak suka dengan kabar baru soal syuting
yang ia jalani bersama David. Anca terus memperhatikannya hingga Kinan
menyadari jika Anca memperhatikannya. Kinan langsung tersenyum dan mengangguk
dengan ceria.
“Syukurlah
jadi gak banyak yang ngejodoh-jodohin,” ucap Kinan sebelum Anca menghakiminya.
Anca hanya
diam lalu mengangkat telfon dari Indah yang mengatakan jika ia tak bisa masuk
karena masih take pengambilan gambar. Anca segera berlari keluar menemui
Indah. Beruntung ia masih memakai pakaian yang terlihat maskulin, jadi ia tak
perlu meminjam pakaian yang di bawa David. Maklum Indah tidak suka pria ngondek
karena takut membawa pengaruh buruk pada putranya.
Tapi saat
Anca sampai di tempat parkir ia malah teralihkan pada seorang gadis yang di
ajak Maminya David. Seorang gadis berpenampilan syari’ dan tertutup dengan
kulit putih dan wajah yang polos tanpa polsean make up. Anca begitu tertegun dan terpesona melihatnya.
“Anca!”
panggil Indah sambil melambaikan tangannya memanggil Anca.
Anca
langsung tersadar dan berlari mendekat ke arah Indah. “Sama siapa Tante?” tanya
Anca to the poin begitu penasaran pada gadis manis yang diajak Maminya
David.
Indah
tersenyum sumringah mendengar pertanyaan Anca. “Ini Stela, anaknya Tante
sekarang,” jawab Indah.
Anca
seketika teringat pada cerita David soal anak mendiang ustadz yang mengajar di
pengajian Maminya yang menjadi yatim piatu. Anca langsung mengangguk lalu
tersenyun. “Anca, manajernya David,” ucap Anca memperkenalkan diri pada Stela
tanpa menjabat tangannya.
“Stela,”
jawab Stela lembut.
Bagai di
lempar kembali kemasa lalu, setelah Anca mendengar suara lembut Stela ia
langsung teringat pada Mbak Azizah. Guru ngaji di kampungnya sekaligus
perempuan pertama yang membuatnya ingin terus berangkat ke TPA meskipun ia tak
punya teman dan terus di bully.
“Ajik! Gak
boleh jahat sama Anjas!” omel Mbak Azizah yang berusaha terlihat garang dan
marah pada anak-anak nakal yang mengganggu Anca.
“Wlek!
Biarin aja! Anak ronggeng haram gak pantes ngaji! Najis dia! Kayak anjing!”
teriak Ajik menghina Anca kecil yang masih duduk di kelas 3 SD.
“Astaghfirullah
hal adzim!” geram Mbak Azizah, lalu kembali memfokuskan diri mengajari Anca
mengaji dengan sabar dan lembut.
Dari semua
orang yang Anca temui hanya Mbak Azizah yang baik padanya. Jarak umurnya 11
tahun dengan Anca. Mbak Azizah juga hanya datang untuk pengabdian disana selama
dua tahun saja. Mbak Azizah memperlakukan Anca dengan baik, sabar, dan lembut.
Anca selalu mendapat pujian dari Mbak Azizah, pujian sederhana seperti anak
pintar, hebat, keren yang tak pernah Anca terima dari oranglain sebelumnya.
“Anjas pinter
ngajinya, hebat!” puji Mbak Azizah sambil mengelus punggung Anca dan
mengantarnya keluar sampai gerbang masjid.
Pertama
kali dalam hidup Anca ia merasa dihargai dan jadi begitu menyayangi orang lain.
Pertama kalinya juga Anca ingin menyampaikan perasaannya jika ia jatuh cinta
pada guru ngajinya itu. Anca belum paham cinta, tapi saat itu hari-hari ia
mengaji dan merasa di sayangi. Ia ingin mengatakan terimakasih dan sayang pada
guru ngajinya, itu saja mungkin.
Tapi sayang niatan sesederhana itu yang Anca tunda-tunda membuatnya kehilangan kesempatan menyatakan perasaannya pada Mbak Azizah. Mbak Azizah mati terbunuh di kebun dekat tempat wudhu masjid. Mbak Azizah mati setelah diperkosa, tapi tak ada kejelasan setelahnya. Setelah itu pula Anca tak pernah lagi kemasjid dan memilih untuk ikut ibunya pindah ke ibukota untuk menjadi penari sekaligus melacur. [Next]