0
Home  ›  Chapter  ›  The Aktor

Bab 10 – Sepiring Nasi

Bab 10 – Sepiring Nasi-1

Stela bangun dari tempat tidur David dengan perasaan yang begitu bercampur aduk. Ia langsung mandi sambil menangis, membasuh tubuhnya yang tiba-tiba di jamah oleh David. Membasuh tiap jengkal tubuhnya yang terus ia gosok dengan sabun berulang-ulang kali dengan frustasi.

David yang semula hendak berlama-lama di kamarnya langsung mengurungkan niatnya setelah mendengar suara tangisan Stela di kamar mandinya. David kembali mengambil barang-barangnya dan langsung berkemas dalam kopernya lalu memutuskan untuk pergi sejenak dari rumahnya. Membiarkan Stela disana agar lebih tenang sementara ia menyelesaikan kekacauan yang sudah ia perbuat.

Ada rasa penyesalan di hati David. Terutama pada Stela yang menjadi sasaran kemarahannya tadi. Stela benar-benar sesuci dan sepolos itu. Semakin David mengingat bagaimana reaksi Stela saat ia tiba-tiba menggaulinya semakin David merasa terpojokkan. David memilih pergi dari rumah untuk menginap di kantor agensinya sembari menunggu hari esok saat ia bisa segera syuting.

Sementara Stela setelah selesai mandi dan merasa lebih tenang ia langsung menggunakan pakaian beberapa lapis lalu langsung solat dan mengadukan semua yang sudah ia alami selama ini sambil kembali menangis. Stela hanya bisa menangis dan berdoa. Ia tak punya orang untuk menjadi tempatnya kabur atau tempatnya mencari perlindungan sekarang. Keluarganya tinggal Romi, itupun masih sulit di hubungi hingga saat ini.

“Stela…” panggil Indah yang berinisiatif untuk mengecek keadaan menantunya.

Stela tertidur di atas sajadahnya setelah menangis. Indah mengurungkan niatnya untuk mengajak bicara Stela dan memilih untuk memberinya waktu agar bisa menenangkan dirinya sendiri terlebih dahulu.

“Stela gak subuh bareng?” tanya Aryo begitu melihat istrinya keluar sendirian dari kamar David.

“Biar Stela tenangin dirinya dulu Pi,” ucap Indah lalu menghela nafas.

Stela meringkuk sambil mendekap erat-erat tubuhnya. Stela tau ini sudah tugasnya, memuaskan David bukan hal tabu seharusnya bagi Stela yang sudah resmi menjadi istri. Namun cara David menjamahnya kemarin benar-benar membuat Stela takut dan sedikit trauma. Selangkangannya juga terasa sangat nyeri setelah kejadian itu, Stela benar-benar tak menyangka memuaskan suami yang katanya terasa nikmat dan jadi sumber pahala bagi istri bisa semengerikan itu.

Stela terus beristighfar sambil terus menguatkan dirinya. Meyakinkan dirinya sendiri jika apa yang ia lakukan bersama David bukan hal haram yang salah. Mereka sudah menikah dan wajar jika bercinta. Tapi di tengah-tengah istighfarnya Stela malah melihat makanan di atas laci.

Stela tersenyum kecil. Mungkin David belum bisa memperlakukannya dengan baik, namun ada mertuanya yang sangat menyayanginya. Stela berusaha memfokuskan dirinya untuk melihat hal-hal yang membahagiakannya saja.

“Alhamdulillah aku punya suami yang ganteng…Alhamdulillah aku punya mertua yang sayang aku…Alhamdulillah aku punya keluarga baru yang sayang aku…Alhamdulillah aku sudah menikah…Alhamdulillah aku…aku…Ya Allah, kuatkan hambamu ini…” tangis Stela yang akhirnya tetap menangis sambil menyuapkan makanan kedalam mulutnya sambil terus berusaha bersyukur atas apa yang ia miliki.

“Stela…” panggil Indah dengan lembut sambil membuka pintu kamar Stela mengambilkannya sarapan. “Oh udah ambil makan…” ucap Indah lalu tersenyum.

Stela menggeleng. “Udah ada disitu dari tadi…” jawab Stela pelan sambil menunjuk laci yang sudah ada apel dan segelas airputih juga.

“David yang ambilin berarti,” ucap Indah lalu masuk dan ikut duduk di lantai bersama Stela. “Maafin David ya, David sebenernya baik kok…” Indah terdiam tak bisa melanjutkan kata-katanya lalu meletakkan piringnya di lantai lalu langsung memeluk Stela dengan erat. “Stela jangan ninggalin David ya Nak. Jangan marah sama David ya, tolong di maafin kelakuannya David,” ucap Indah sambil menangis memeluk erat Stela.

Stela yang semula sudah diam kembali menangis lagi. Ia ingin menolak semua yang di minta mertuanya itu. Namun seketika Stela sadar posisinya, ia langsung mengangguk sambil mengelus punggung mertuanya. Kedua perempuan itu saling menguatkan satu sama lain.

***

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

David mulai syutingnya bersama aktor-aktor lain, bersama segala tim produksi yang terlibat. Sementara Stela di rumah menjalani kehidupannya seperti biasa. Memasak, membersihkan rumah, sesekali pulang ke rumahnya untuk mengambil beberapa barang-barangnya dan memindahkan ke rumah David.

“Ah itu gimmik, Mas David lagi ngerjain series. Mas David gak ada aneh-aneh, buat nunjang kerjaannya aja itu. Biar pada penasaran nanti waktu seriesnya tayang jadi bisa viral deh,” jawab Stela menjelaskan gosip terkait suaminya dengan tenang dan penuh senyum.

Sejak Stela tau ada sedikit perhatian David padanya Stela langsung mengesampingkan semua perlakuan buruk dan ketus David padanya. Stela mulai mencoba mencintai David sebagaimana mestinya.

“Tidak usah khawatir, Mas David setia kok,” ucap Stela yang tengah mengemasi barang-barangnya dari rumahnya dulu bertepatan dengan mobil David yang baru pulang setelah tiga hari syuting.

“Wah suaminya pulang yaudah Ibuk jalan dulu, ini buat Stela,” ucap tetangga Stela yang tiba-tiba memberinya sebungkus toge. “Nanti di bikin soto enak, biar cepet punya anak!” lanjutnya lalu beranjak sambil menggoes sepedanya lanjut berjualan sayur.

“Wah! Terimakasih!” ucap Stela senang.

Namun tak selang lama tiba-tiba muncul seoang dua orang pria pegawai bank yang menghampiri Stela.

“Maaf Mbak, mau tanya ini bener rumahnya Pak Romi?” tanya pria itu.

Stela mengangguk dengan alis bertaut.

“Ini dari bank mau ngecek luas tanah sama bangunannya,” ucap pria itu lalu mengeluarkan meteran dari tasnya.

“Loh, ada apa? Rumahku gak papa, kenapa harus di cek-cek segala?” tanya Stela cukup syok.

Pegawai bank itu saling tukar pandang bingung dengan reaksi Stela. “Anu Mbak, saya cuma petugas lapangan. Ini surat perintahnya, Pak Romi jadiin rumahnya ini buat jaminan pinjaman,” ucap pria itu sambil menunjukkan surat tugasnya.

“Astaghfirullah hal adzim…” pekik Stela pelan sambil menutup mulutnya sendiri dengan ujung jemarinya.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

“S-saya cuma petugas lapangan Mbak, ini surat tugas saya mungkin bisa di bawa sampean[1] bawa Mbak. Rumahnya nanti di sita kalo sebulan gak di lunasi,” ucap pegawai bank itu menjelaskan prosedurnya.

Stela langsung lemas mendengarnya. “B-berapa pinjamannya Pak Romi?” tanya Stela berusaha sebisa mungkin untuk tenang.

“Wah itu kurang tau Mbak, nanti bisa di tanyakan langsung saja sama petugas di kantor,” jawab pria itu lalu melanjutkan tugasnya sementara Stela terus memperhatikannya hingga selesai.

“Sudah Mbak, mari…”

Stela hanya diam lalu berjalan pulang ke rumah David dengan linglung.

“Anak ceweknya Mami udah pulang!” sambut Indah dengan ceria.

Stela tersenyum lalu mengangguk dan lanjut berjalan masuk ke kamar David dengan pandangan kosong yang membuat David sedikit khawatir. Khawatir jika Stela jadi begitu karena kejadian beberapa waktu lalu.

“Stel…” panggil David yang mengikuti Stela masuk ke kamarnya.

Stela yang terduduk di lantai dengan lemas hanya diam melamun, senyumannya yang biasa terukir secara cuma-cuma di bibir manisnya itu seketika hilang. Matanya yang selalu menunjukkan keceriaannya yang menenangkan seketika pudar hilang entah kemana.

“Stela,” panggil David lebih tegas.

“Ah! I-iya Mas…” saut Stela sedikit panik tangannya juga langsung menggenggam erat tas yang ia bawa.

“Kamu kenapa?” tanya David yang terasa begitu bodoh. David bahkan merutuki mulutnya yang seharusnya meminta maaf itu dan malah dengan bodohnya bertanya Stela kenapa.

Stela menggeleng pelan. “A-aku di kasih ini sama Bu Ning yang jualan sayur,” ucap Stela tidak nyambung.

David terdiam lalu ikut duduk di lantai bersama Stela. “Maaf, aku gak maksud bikin kamu sakit. Aku gak maksud bikin kamu takut, bikin kamu trauma. Maaf ya…” ucap David yang tak berani menatap Stela.

Stela langsung mengangguk sambil tersenyum dengan airmatanya yang langsung berlinangan. “Iya Mas, gapapa…” ucap Stela sambil menangis dengan senyuman yang tak cukup kuat membendung air matanya.

David refleks menarik Stela kedalam pelukannya yang malah membuat Stela makin menangis lagi.

Indah yang tak melihat David dan Stela langsung mengecek di kamar dan mendapati Stela yang menangis dalam pelukan David. Indah langsung menutup kembali pintu kamar David lalu tersenyum sumringah melihat David dan Stela yang sudah begitu akur.

“Kalo kayak gini terus aku bisa cepet dapet cucu!” gumam Indah begitu senang. [Next]

Bab 10 – Sepiring Nasi-2


[1] Kamu




15
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share