Bab 14 – Masakan Stela
“Mas Anca!”
panggil David yang melihat Anca ada di dekat mobil Maminya sambil memperhatikan
Stela. David sudah khawatir jika Stela berkata macam-macam pada Anca. Namun
saat ia datang ia malah melihat Stela yang sedang mengaji sambil disemak oleh
Maminya sementara Anca diam memperhatikan saja.
“Eh! Vid,
ini ternyata Mamimu punya anak lagi,” ucap Anca kaget melihat kedatangan David
yang baru selesai take.
David
meringis lalu mengangguk canggung, sementara Stela menutup Qur’annya dan
meletakkannya di kantung kursi mobil.
“Ini Mami
bawain baju ganti sama makanan buat kamu,” ucap Indah sambil memeluk David.
Stela hanya
tersenyum simpul lalu membawa keluar wadah makanan yang di bawa mertuanya.
“Biar ku
bantu,” ucap Anca yang langsung sigap membantu Stela dan mengarahkannya untuk
membawa masuk kedalam.
David dan
Maminya juga ikut membantu membawa barang-barang. Semua orang yang sebelumnya
pernah bekerja sama dengan David dan mengenal Indah langsung datang untuk
menyapa. Semua sudah hafal jika Indah datang pasti membawa makanan, minimal
cemilan untuk para crew juga.
“Halo
Tante, saya Kinan,” sapa Kinan sambil memperkenalkan diri.
Indah
menyaliminya sambil tersenyum. “Indah, Maminya David,” ucap Indah ikut
memperkenalkan diri.
David senang
bisa melihat Stela, jujur ia sedikit berdebar-debar saat melihat Stela yang
ikut datang ke lokasi bersama Maminya. Sudah lama David merindukan wajah Stela
yang polos dan suaranya yang lembut saat bicara. Meskipun disaat bersamaan juga
ia merasa takut dan deg-degan jika Stela atau Maminya keceplosan soal
pernikahannya.
“Om gak
ikut Tan?” tanya Kinan basa-basi.
“Enggak,
Papi lagi ngurus pabrik,” jawab Indah lalu duduk dan ikut bersama Stela
membantu menyajikan makanan yang ia bawa dari rumah. “Dicoba, ini bikinnya
bareng sama Stela loh,” ucap Indah bangga sambil menatap Stela yang tersipu
malu di sampingnya.
Anca ikut
tersenyum melihat Stela yang tersipu. Stela cantik dan kalem, Anca sangat
terpesona dengannya meskipun Stela tidak pecicilan dan banyak omong. David
duduk di samping Stela dengan perasaan gugup, takut jika terlalu dekat dengan
Stela akan di curigai namun jika ia banyak tingkah akan semakin mengundang
tanya.
“Kamu
kenapa ikut?” tanya David pelan.
“Ada yang
mau diomongin langsung sama Mas,” jawab Stela lalu meletakkan mangkuk plastik
berisi sup matahari untuk David.
David
menghela nafas pelan ia melihat sekeliling. Tak ada celah untuknya agar bisa
mengobrol berdua dengan Stela. Tak mungkin juga mengobrol di kamarmandi.
“Kalo cepet
dua hari lagi aku pulang sebenernya,” ucap David disela makannya.
Stela
mengangguk lalu tersenyum. Anca kembali tertegun dengan cara Stela menanggapi
David dengan begitu kalem.
“Mas Anca
mau juga?” tawar Stela. “Ini aku yang bikin, agak berantakan gak kayak bikinan
Mami tapi,” lanjut Stela yang langsung di angguki Anca. “Maaf ya, gak rapi…”
ucap Stela memberikan semangkuk sup matahari untuk Anca.
Biasanya
Anca yang melayani orang-orang di lokasi. Kali ini ada perempuan yang
melayaninya.
“Ini gapapa
kok, enak juga…” ucap Anca berusaha terlihat maskulin didepan Stela.
Stela
tersenyum mendengar jawaban Anca lalu mengambilkan onigiri untuknya juga. “Mas
David mau juga?” tawar Stela.
Ponsel
Indah berbunyi cukup nyaring. “Assalamualaikum…” saut Indah lalu bangun dari
duduknya dan berjalan keluar untuk bicara dengan orang yang menelfonnya.
Stela dan
yang lain hanya memperhatikan Indah sekilas lalu membiarkannya keluar agar bisa
bicara lebih nyaman.
“Masakanmu
enak, aku suka,” puji Anca tiba-tiba.
David
menaikkan sebelah alisnya. Ia tau Anca tidak suka sayuran, baru kali ini juga
David mendengar Anca memuji makanan. Namun tak berhenti sampai disitu David
yang heran itu tiba-tiba jadi kesal karena Stela yang tersenyum sumringah
mendengar pujian Anca.
“Mas tadi
aku bikin ini, rapi. Tapi kecil, Mami yang ajarin,” ucap Stela menunjukkan
onigiri buatannya untuk David.
“Buatanmu
jelek, bentuknya gak enak. Apa bisa di telen ini?” cibir David yang melihat
hiasan pada onigirinya yang terlihat imut dan malah membuatnya salah tingkah.
“Ah begitu
ya, besok lagi aku belajar bikin yang bener,” ucap Stela berusaha menutupi
kesedihannya atas cibiran David yang begitu menusuk sambil mengambil kembali
onigirinya.
“Buat aku
aja, aku laper banget,” ucap Anca tiba-tiba menawarkan diri.
Bila
melihat Kinan caper David sudah biasa belakangan ini, tapi melihat Anca yang
tiba-tiba semangat dan ceria untuk mendapat perhatian Stela ini terasa begitu
aneh. David tau Anca seorang gay, David juga tau bila Anca sudah mulai menjalani
treatment suntik hormon. Untuk apa Anca mencari perhatian Stela? Pikir
David bingung.
“Gak usah
Mas Anca, Stela aja yang makan,” ucap Stela sambil tersenyum merasa langsung
senang dan terhibur karena Anca yang begitu ramah dan baik padanya.
“Yang
dibikin Stela yang mana lagi?” tanya Anca antusias.
“Emm…ini…ini…sama
ini juga…” ucap Stela sambil menunjuk ayam goreng, kremesan dan sambal. “Mami
bilang itu kesukaannya Mas David, jadi aku bikin. Tapi kayaknya Mas David gak
suka masakanku,” sambung Stela sambil meringis.
David
merasa terpojok begitu mendengar ucapan Stela meskipun pelan dan lembut itu.
“Ayam
goreng kremesnya mantep banget, sambelnya juga! Jos lah!” puji Toni yang
tiba-tiba datang untuk mengembalikan piringnya.
Anca
tersenyum begitu pula dengan Stela. “David ma emang gitu Dek Stela, emang suka
pilih-pilih makanan,” ucap Anca yang tiba-tiba begitu asik dan akrab dengan
Stela.
David kaget
mendengar Anca yang tiba-tiba memanggil Stela dengan tambahan Dek. Anca
tak pernah seperti itu sebelumnya, Anca selalu kemayu dengan suaranya yang
sengaja dibuat-buat halus. Baru ini Anca terlihat maskulin dan normal. David
benar-benar heran apa yang membuat Anca berubah 180⁰ seperti ini.
Apa hanya karena ada Maminya? Tapi rasanya spekulasi itu yang paling masuk akal.
“Mami
pulang duluan sebentar ya, nanti Mami balik lagi. Mas Adit sama istrinya
tiba-tiba pulang,” ucap Indah buru-buru. “Titip Stela sebentar ya,” pamit Indah
yang langsung pulang bersama supirnya yang dibayar untuk bekerja hari ini saja.
Seketika Stela
langsung panik melihat mertuanya yang langsung pergi meninggalkannya sendirian.
Anca dan David juga yang lain langsung menatap Stela dengan pandangan yang
canggung.
“Dia siapa
sih Vid?” tanya Kinan sedikit jutek sambil menatap Stela kesal.
Stela dan David
saling bertukar pandang, keduanya sama-sama bingung harus berkata apa.
“Stela,
anak baru maminya David. Anak nemu gede,” jawab Anca mewakili Stela dan David.
“Anak nemu
gede?” tanya Sita heran.
Anca
mengangguk. “Ustadz guru ngaji Maminya David kan meninggal, nah kebetulan Stela
ini deket sama Maminya David, terus kayak diadobsi gitu,” jelas Anca dengan
bahasa yang lebih lembut untuk di dengar, terutama oleh Stela.
Stela dan
David kemopak menganggu setuju, setidaknya jawaban itu lebih aman daripada mereka
sendiri yang menjawab dan akan menjadi boomerang.
“Oh anak
pungut…” ucap Kinan sambil menganggukkan kepalanya paham sekaligus memandang
Stela lebih rendah lagi.
David
sedikit tidak nyaman dengan cara Kinan memandang rendah Stela karena
menganggapnya hanya sebagai anak pungut keluarganya.
“David
nanti latian bareng ya, abis ini kan kita take,” ucap Kinan dengan
suaranya yang langsung terdengar imut seperti anak-anak.
David
menatap Stela seolah meminta ijin padanya. Stela hanya tersenyum simpul lalu
kembali makan seolah tak mendengar apapun.
“Kamu disini aja, nemenin Mas Anca,” ucap David lalu menyelesaikan makannya sebelum kembali bersiap untuk take kembali. [Next]