Sulit
sekali rasanya untuk terlihat ceria dan baik-baik saja saat sarapan bersama
David yang sudah berkata begitu tajam pada Stela. Stela tak pernah menerima
perlakuan buruk sebelumnya. Meskipun hanya ia perempuan di keluarganya, tapi
keluarga Stela hampir tidak pernah mengeluarkan kata-kata yang terdengar jahat.
Bahkan saat marah sekalipun Abahnya juga tak pernah berkata sepedas ucapan
David.
Stela
sebenarnya cengeng, rapuh dan manja. Kondisinya terus membuatnya terpaksa kuat
dan mandiri selama ini. Sekarang selain ia harus kuat secara fisik saja, ia
juga harus kuat hatinya juga karena suaminya yang tidak mencintainya.
“Nanti Mami
mau masak-masak sama Stela…”
“Gak usah
Mi, aku pulang malem kalo gak besok. Gak usah repot masak, nanti gak ada yang
makan,” ucap David seambil menyelesaikan sarapannya.
“Papi mau
makan masakan Mami, emangnya Mami cuma masak buat kamu!” saut Aryo membela
istrinya.
David
mendengus pelan sambil menatap Stela yang duduk berhadapan dengannya, dengan
tatapan dingin dan masih terlihat kesal. Stela ingin menangis namun langsung
berusaha ia tahan sekuat tenaga agar David tidak makin membencinya.
Suasana
sarapan jadi terasa canggung. Namun Indah dan suaminya tetap mesra seperti
biasanya. Indah mengantar suaminya
kedepan sebelum berangkat. Sementara David juga langsung pergi setelah
berpamitan pada Maminya, tanpa berkata apapun lagi pada Stela apa lagi
berpamitan dengannya.
“Yuk ke
pasar!” ajak Indah semangat.
***
“Loh Bang
Hasan ikut?” tanya David yang melihat Anca datang bersama pacarnya.
“Ikut
nganterin doang, aku sama Ayang mau ke dokter nanti,” ucap Anca yang sudah
punya daftar kegiatannya sendiri.
“Jadi mau
suntik hormon?” tanya David memastikan yang langsung di angguki Anca dengan
sumringah.
David hanya
geleng-geleng kepala melihat kenekatan manajernya itu.
“Tenang
aja, katanya Kinan di temenin asistennya juga kok,” ucap Anca lalu bangun dan
berjalan masuk untuk mengurus sedikit pekerjaannya terkait laporan pajak
artis-artisnya yang ia tangani sebelum akhirnya berangkat bersama David menuju
rumah Kinan.
David hanya
diam selama di mobil. Ia duduk di belakang sendirian, sementara Anca dan Hasan
terlihat begitu mesra di depan. Jujur David sebenarnya jiik tiap kali melihat
Anca yang bertindak menyalahi kodratnya seperti itu. Namun apa daya dari semua
manajer yang pernah menanganinya, hanya Anca yang paling cocok dengannya.
“Tenang aja
Vid, aku masih mau konsultasi kok. Belom langsung berubah jadi wanita
seutuhnya,” ucap Anca yang menyadari David yang sedari tadi diam.
David
meringis lalu tertawa pelan. “Aku gak mikirin itu, aku gugup ketemu Kinan. Aku
gak pernah kayak gini sebelumnya,” ucap David.
“Oh iya
udah ngabarin Mamimu belum kalo mau bikin gimmic sama si Kinan?” tanya Anca.
David
mengangguk. “Mami gak setuju-setuju banget. Tapi Mami juga gak pernah liat
gosip-gosip di sosmed. Paling di cuekin. Gak masalah sih, asal jangan di
keluarin bulan ini aja gosipnya. Aku mau bujuk Mami lagi,” jawab David
menjelaskan kondisinya.
Tak berapa
lama David sudah sampai di rumah Kinan yang tidak jauh dari kantor agensinya.
Anca dan David langsung di sambut Sita dan seorang pembantu yang langsung
menawari minum pada Anca dan David.
“Enggak,
aku mau langsung. Masih ada acara. David doang yang disini,” ucap Anca sembari
menunggu sampai Kinan muncul.
“Hai!” sapa
Kinan ramah yang akhirnya muncul sambil membawa ponsel dan naskah miliknya.
“Maaf ya baru kelar mandi,” ucap Kinan ceria. “Loh kok minumnya cuma satu, Mas
Anca mau minum apa?” tawar Kinan pada Anca.
“Enggak,
aku cuma ngenterin David. Aku masih ada urusan,” jawab Anca tak berselang lama
ia sudah dapat telfon dan langsung terburu-buru pergi. “Titip David ya,” ucap
Anca sambil berjalan keluar dan menerima telfonnya.
“Sorry…aku
gak tau Mas Anca sesibuk itu hari ini,” ucap David canggung.
“It’s
okey! Kamu bukan anak TK lagi yang harus di temenin pengasuh kemana-mana,”
gurau Kinan lalu tertawa bersama dengan David.
Tak selang
lama Sita tiba-tiba minta ijin untuk keluar juga. Tak hanya itu asisten rumah
tangga di rumah Kinan juga ijin pergi dengan alasan belanja kebutuhan dapur. Hingga
tinggal Kinan dan David berdua disana.
“Kamu punya
pacar?” tanya Kinan tiba-tiba di sela-sela reading.
David
menggeleng dengan ragu. Secara harfiah ia memang tidak punya pacar, namun jika
menyebut dirinya lajang dan jomblo juga tidak bisa karena ada Stela yang sudah
menjadi istrinya.
“Berarti
gak ada yang cemburu dong kalo kita berpelukan?” tanya Kinan lagi.
David
terdiam, ia benar-benar bingung harus menjawab apa.
“Cuma buat
bangun kemistri aja kok,” ucap Kinan lalu menggandeng tangan David untuk pergi
ke kamarnya.
***
Stela
begitu sibuk di dapur untuk memasak bersama mertuanya. Karena rumah tidak
memakai ART[1]
Stela dan Indah jadi bisa lebih dekat. Meskipun dapur jadi berantakan tiapkali
memasak, Indah tetap senang karena ada Stela yang senantiasa membantunya di
rumah.
“Bantuin
potong ayamnya ya, Mami angkat telfon bentar,” ucap Indah begitu ponselnya
berdering.
Stela
mengangguk lalu menjalankan apa yang di perintah mertuanya dengan senang hati.
Sementara Indah mengangkat telfonnya.
“Iya dong!
Kan ada mantu di rumah. Ini aku lagi masak sama Stela. Iya, lagi belajar masak
makanan kesukaan David,” ucap Indah begitu senang membanggakan Stela dan segala
aktivitasnya sejak Stela menjadi istri David dan mulai tinggal di rumahnya.
“Alhamdulillah
ya, menantuku baik. Di rumah sekarang kalo pagi yang ngaji gak cuma aku doang.
Adem deh liatnya. Menantuku juga gak pernah aneh-aneh, seharian diem di rumah
juga betah dia, gak pecicilan anaknya,” lanjut Indah yang terus
menceritakan soal Stela.
“Mi…udah…”
lirih Stela melapor pada mertuanya agar tidak mengganggu saat sedang bertelfon.
“Udah ya
Jeng, aku mau lanjut masak dulu,” ucap Indah lalu menyudahi telfonnya.
“Nah habis
ini bumbunya di tumis dulu sampe wangi…” lanjut Indah memberi instruksi
mengajari menantunya memasak.
***
David
melepaskan pelukannya dari Kinan setelah hampir 15 menit memeluknya. Bukan
David yang memeluk sebenarnya, namun Kinan yang memaksanya untuk memeluknya. David
merasa apa yang di lakukannya dengan Kinan terasa terlalu berlebihan. Memang ia
jadi bisa akrab dan merasa tidak secanggung sebelumnya. Namun untuk memerankan
series komedi romantis yang lebih banyak komedinya. David merasa apa yang di
lakukannya dengan Kinan ini terlalu berlebihan.
“M-maaf
kalo aku peluk terlalu kuat…” ucap David sungkan lalu mengambil jarak dari
Kinan.
Kinan tak
menjawab dan malah langsung meraih dagu David dan mencium bibirnya duluan.
David
melotot lalu mendorong Kinan dan langsung menutupi bibirnya dengan tangannya.
“Kinan!” bentak David yang tak suka dengan cara Kinan memperlakukannya.
“Hahaha
baru pertama ya? Kamu bakal terbiasa kok nanti…” ucap Kinan yang kikuk dan
bingung harus mencairkan suasana seperti apa dengan reaksi David setelah Kinan
menciumnya secara paksa.
David
langsung menggeleng pelan dan buru-buru keluar dari kamar Kinan. David langsung
merapikan barang-barangnya dan pergi dari rumah Kinan dengan perasaan bercampur
aduk. Antara keget, takut, dan kecewa. David takut membuat Maminya kecewa
setelah ia berciuman dengan sembarang orang. David juga kecewa pada dirinya
sendiri yang tak bisa memberikan batasan hingga jadi seperti ini.
David berlari keluar dari rumah Kinan dengan begitu terburu-buru. Ia tak membawa mobil sendiri dan Anca jelas belum menjemputnya. David terus berlari sejauh yang ia bisa dari rumah Kinan. David benar-benar kesal dan marah. Perasaannya begitu bercampur aduk. [Next]
[1] Asisten Rumah Tangga
0 comments