14. Perhatian
Deraz,
perusahaan baliho milik keluarga Ica yang akhirnya menjadi tempat magang Arman.
Selain tempatnya yang dekat Arman juga memilih tempat itu karena merasa
memiliki kenalan orang dalam yang membantunya. Arman juga berharap jika ia bisa
pulang cepat jika magang di tempat Ica.
Tapi keberadaan
Arman di perusahaan milik keluarga Ica ini jelas di anggap berbeda oleh Ica.
Ica yang tak bisa mendapatkan hati Beni ini mencoba mencari perhatian Arman. Mulai
sengaja berdandan dan memilih pakaian yang sexy saat ke kantor atau membeli
makanan di luar dan memindahkannya ke piring di rumah agar ia bisa merebut
perhatian Arman.
Awalnya
memang Arman menolak, tapi lama kelamaan Arman luluh juga. Terlebih saat Aya dan
Aska sakit Sofia semakin sibuk dan hampir sama sekali tidak memperdulikannya. Begitu
berbeda dengan Ica yang akan selalu memperhatikannya dengan segala perhatiannya.
“Makan dulu
aja, aku bikin nasi daun jeruk sama ayam,” ucap Ica yang sudah memindah tempat
makanan yang ia beli dari Dapur Arman.
Arman
mengerutkan keningnya ketika melihat masakan yang di bawakan Ica untuknya dan
terlihat sangat familiar.
“A-aku
bikin sendiri,” ucap Ica gugup khawatir jika Arman tau akan kebohongannya.
Arman
tersenyum lalu duduk untuk mencicipi masakan buatan Ica.
“Emh! Mirip
masakan istriku!” seru Arman sepontan.
“Hah?!”
kaget Ica yang langsung di angguki Arman. “I-istri? K-kamu udah punya istri?”
tanya Ica kaget bukan main.
Arman
mengangguk dengan santai lalu menunjukkan foto Sofia bersama kedua buah hatinya
yang ia jadikan sebagai wallpaper ponselnya. Arman kembali menyuapkan
masakan yang Ica berikan padanya lalu mengunyahnya perlahan. Arman perlahan
jadi merindukan Sofia kembali.
“A-aku mau
pulang,” ucap Arman yang langsung buru-buru keluar dari kantor dan terburu-buru
pulang.
Perasaannya
begitu berantakan. Ia merasa sudah salah sampai sejauh ini dan ia juga
menyadari jika apa yang ia rasakan selama ini saat bersama Ica hanya kesenangan
yang semu. Ia tiba-tiba teringat perjuangannya untuk mendapatkan Sofia,
teringat usahanya dan Sofia agar bisa jadi seperti saat ini. Arman merasa jahat
sudah mengabaikan Sofia dan malah mencari kesenangannya sendiri dari Ica.
“Sofia!”
seru Arman begitu ia masuk rumah.
Namun rumah
terlihat begitu sepi. Lampunya memang menyala, tapi Sofia dan si kembar sudah
tidak ada di rumah. Sampai tiba-tiba Arman mendengar suara mobil yang berhenti
di depan rumahnya. Sofia turun di bantu Beni yang menggendong Aska.
Penyesalan Arman
yang ia rasakan sepanjang perjalanan seketika hilang. Ia merasa Sofia juga sedang
mencari kesenangan lain sepertinya. Penyesalannya yang tadi seketika berubah
menjadi rasa pembenaran terlebih saat melihat Beni yang menggendong Aska dan
membawanya masuk kerumah.
“A-aku cuma
bantuin aja, Sofia bilang Aya kejang. Jadi aku langsung bantu kesini,” ucap
Beni sebelum pulang dan Arman hanya mengangguk tanpa ada niatan untuk bicara
lagi dengan Beni.
“Kamu
kemana sih? Kenapa susah sekali dihubungi?” tanya Sofia lalu menghela nafas dan
tampak begitu kesal pada Arman.
“Aku
perjalanan pulang tadi,” jelas Arman.
Sofia hanya
menghela nafas lalu masuk kedalam kamar untuk mengurus buah hatinya. Ia terlalu
kesal pada Arman yang belakangan ini sibuk sendiri. Tempat magangnya yang dekat
dengan rumah juga tetap membuatnya pulang sore bahkan kadang sampai malam.
Arman bahkan jadi berkali-kali lipat lebih sibuk daripada sebelumnya karena magang
kali ini.
Jika memang
magang dan urusan kampus, Sofia bisa paham dan mengerti. Namun kesulitannya
menghubungi Arman disaat genting membuatnya benar-benar kesal. Bahkan Beni yang
tak pernah di hubungi Sofia sekalipun bisa dengan mudah ia hubungi. Beni yang
jelas tak meletakkan Sofia dan anaknya sebagai prioritas utamanya saja mau
dengan senang hati mengantar bahkan menemani sampai selesai berobat. Sedangkan Arman
hanya belakangan jadi sulit di hubungi.
Kling! Sebuah
pesan masuk ke ponsel Arman. Arman yang semula berencana untuk membantu Sofia
setelah mandi jadi teralihkan. Pesan dari Ica mengalihkan perhatian yang
harusnya ia curahkan pada istri dan anak-anaknya.
Sofia yang keluar dari kamar untuk membuat baluran minyak telon dan bawang merah untuk bayinya hanya melihat suaminya sekilas dengan jengah. Sofia tau kuliah dan masih mengurus anak juga bekerja itu melelahkan. Ia juga lelah, tapi ia tak bisa mengabaikan anak-anaknya sekedar untuk berdebat dengan Arman saat ini. Sofia merasa ia harus benar-benar fokus pada buah hatinya daripada larut pada pesmasalahannya dengan Arman saat ini.
“Astaghfirullah
hal adzim, sabar…sabar…” gumam Sofia menguatkan hatinya. “Kakak Aya masih sakit
Nak?” tanya Sofia lembut pada Aya setelah minum obat.
Aya hanya
menggeleng lemas, lalu mendekat pada Aska dan kembali berpegangan tangan
setelah sama-sama di baluri minyak telon dan bawang merah.
“Kakak sama
Abang cepet sembuh ya Nak, Bunda khawatir kalo Anak Bunda sakit gini,” ucap Sofia
sembari mengecup kening Aya dan Aska.