Dalton
mengantar Lisa pulang dari pasar malam setelah membelikannya beberapa permen
kapas dan mencoba banyak wahana di sana. Lisa sudah tampak begitu bahagia dan
ceria. Dalton juga membelikan gelang couple sebagai penanda bila mereka
sudah memiliki hubungan sekarang.
“Dalton,
apa besok kamu datang kesini lagi?” tanya Lisa pertanyaan yang benar-benar
hampir tak pernah Lisa tanyakan sebelumnya.
Dalton
mengangguk. “Aku berusaha datang kemari, tapi aku tidak bisa janji. Aku tidak
mau membuatmu menunggu,” jawab Dalton karena sadar ia bisa sewaktu-waktu
mendapat perintah sesuai kesalahan yang dilakukan bawahannya atau panggilan
yang lain.
Lisa
mengangguk patuh. “Aku akan selalu di rumah,” ucap Lisa lalu melepaskan
genggaman tangannya dari Dalton.
“Aku pulang
dulu,” pamit Dalton lalu melambaikan tangan. Sungguh Dalton ingin memeluk atau
mencium Lisa tapi Dalton merasa terlalu awal untuk melakukannya.
“Ada baiknya kamu mempertimbangkan perjodohan itu Dalton,” ucap Marco yang sudah dapat banyak laporan tentang gadis yang sudah mencuri hati Dalton.
“Ayah,
perseteruan ini karena Ayah lebih memilih Ibu daripada Melani, adik rivalmu
itu. Aku juga akan melakukan hal yang sama, aku ingin memperjuangkan cintaku,”
ucap Dalton berkeras menolak tawaran ayahnya yang kembali di tawarkan padanya.
“Tapi kamu
tau kalau Salma selalu mendekatimu kan?” tanya Marco mengingatkan Dalton yang
sudah lama di kejar-kejar anak dari rivalnya itu.
“Dia yang
menyukaiku, bukan aku yang menyukainya. Sejak kapan perasaan orang lain menjadi
tanggung jawabku?” saut Dalton yang masih berkeras tak mau berurusan dengan
rival gengnya itu.
Marco
menghela nafasnya. “Hanya kali ini, cobalah menjalin hubungan dengan Salma.
Sebentar saja, aku hanya ingin memenuhi permintaan rivalku sekali ini saja. Aku
ingin bisa beristirahat dalam damai, berdamai dengan semua musuhku,” ucap Marco
memaksa Dalton.
Dalton
menghela nafasnya lalu menurunkan sedikit egonya dan mengangguk. “Hanya sekali,
aku tidak akan menemuinya,” ucap Dalton mengalah lalu masuk ke kamarnya.
Dalton
melepaskan pakaiannya lalu mandi dan berendam dengan air hangat. Dalton
tersenyum senang melihat gelang yang ia pakai, sekarang ada Lisa di hatinya dan
ia memiliki hal baru yang menyenangkan untuk selalu ia kunjungi dan ia jaga.
Dalton merasa berbunga-bunga dan selalu berdebar membayangkan Lisa. Tapi senyum
Dalton perlahan menghilang saat ia teringat besok ia harus menemui Salma.
Dalton
menghela nafas lalu menyelesaikan mandinya dan kembali bersiap pergi lagi.
Dalton hanya di temani asistennya yang kali ini menjadi supirnya. Tak ada
kegiatan yang mengharuskan fisiknya bekerja dengan keras belakangan, jadi
pengamanan untuk Dalton juga tidak seketat biasanya.
“Tuan,
besok aku ingin mengambil cuti sehari,” ucap asisten Dalton.
Dalton
terdiam sejenak lalu melihat kalender di ponselnya. “Em…ya, besok ulang tahun
putrimu,” jawab Dalton memberi ijin.
Asisten
Dalton tersenyum, ia senang bosnya ingat ulang tahun putri kecilnya meskipun
baru bertemu dua kali. Meskipun sebenarnya Dalton tidak hanya mengingat ulang
tahun putrinya saja, tapi hampir semua anak buahnya, terutama yang
bersinggungan langsung dengan Dalton. Tapi tetap saja rasanya di perhatikan
langsung oleh Dalton yang dingin dan jarang bicara terasa sangat terhormat.
Mobil
berhenti di depan sebuah toko bunga, Dalton turun sejenak lalu kembali naik
sambil membawa setangkai bunga calendula berwarna kuning.
Perjalanan kembali berlanjut Dalton masuk kedalam sebuah galeri perhiasan
mewah, tak selang lama Dalton juga langsung kembali kedalam mobil sambil membawa
sebuah kotak perhiasan berwarna biru.
Perjalanan kembali berlanjut. Dalton sama sekali tak bicara selama di
mobil. Pikirannya melayang-layang membayangkan bagaimana bahagianya Lisa besok
saat menerima hadiah darinya. Dalton juga tengah memikirkan hadiah yang tepat
untuk di berikan pada gadis kecil anak asistennya.
“Berhenti disini sebentar,” ucap Dalton yang melihat toko mainan.
Dalton turun lalu masuk kedalam toko mainan itu. Memilih mainan ternyata
lebih sulit daripada memilih perhiasan dan hadiah lain untuk dua wanita dewasa
yang akan ia temui besok. Dalton berkeliling cukup lama sambil
menimbang-nimbang hadiah apa yang biasanya di sukai anak umur 6 tahun. Sampai
akhirnya pilihan Dalton berakhir pada satu set mainan masak-masakan dan satu
set peralatan minum teh.
“…Selamat ulang tahun anak cantik, Paman Andreas D…” tulis Dalton
lalu menyematkan bunganya bersama kartu ucapan dan kadonya yang sudah di
bungkus rapi.
Dalton kembali masuk ke mobilnya dan memberikan hadiahnya pada
asistennya. “Aku tidak bisa hadir ke pesta ulangtahun anakmu,” ucap Dalton
singkat lalu kembali duduk di kursi belakang dengan tatapan datar dan dinginnya
seperti biasa.
Asisten Dalton terus tersenyum dengan begitu sumringah. Wajahnya yang
terlihat sangar dengan bekas jahitan di pipinya itu seketika terlihat begitu
ceria dan kehilangan kesangarannya setelah menerima hadiah dari Dalton. Asisten
Dalton selalu tau jika Dalton tak sedingin sikap dan penampilannya, tetap ada
sisi hangat dalam hatinya dan itu yang membuatnya setia pada Dalton.
“Berhenti di halte, pulanglah lebih awal,” ucap Dalton yang melihat
halte yang biasanya menjadi tempat pemberhentian bus untuk anak-anak buahnya
pulang.
●●●
“Cia sudah tidur,” bisik Linda pada Paul, asisten Dalton, yang baru
pulang.
Paul mengangguk sambil tersenyum sumringah menunjukkan oleh-oleh yang ia
bawa. “Tuan Andreas yang memilihkannya sendiri,” ucap Paul pada Linda dengan
ceria.
Linda berjingkat sambil bertepuk tangan kecil begitu senang melihat
oleh-oleh yang di bawa suaminya. “Besok kita jadi ke kebun binatang kan?” tanya
Linda yang langsung di angguki Paul.
“Aku ingin melihat Cia dulu,” ucap Paul sambil merangkul istrinya masuk.
“Aku akan memanaskan makan malammu, cepat mandi,” ucap Linda lalu
berjalan ke dapur.
Paul melihat putri kecilnya yang terlelap di kamarnya dan masih
menggunakan tiaranya, sudah jelas Cia sedang berpura-pura menjadi putri. Paul
juga melihat boneka-boneka Cia yang ditata dan di jajarkan di depan tempat
tidurnya seperti sekumpulan masyarakat yang berkumpul. Entah apa yang ada di
imajinasi putrinya yang jelas Cia sudah tumbuh dengan baik.
0 comments