BLANTERORBITv102

Bab 09 – Hadiah

Minggu, 21 Juli 2024

 


Dalton mengantar Lisa pulang dari pasar malam setelah membelikannya beberapa permen kapas dan mencoba banyak wahana di sana. Lisa sudah tampak begitu bahagia dan ceria. Dalton juga membelikan gelang couple sebagai penanda bila mereka sudah memiliki hubungan sekarang.

“Dalton, apa besok kamu datang kesini lagi?” tanya Lisa pertanyaan yang benar-benar hampir tak pernah Lisa tanyakan sebelumnya.

Dalton mengangguk. “Aku berusaha datang kemari, tapi aku tidak bisa janji. Aku tidak mau membuatmu menunggu,” jawab Dalton karena sadar ia bisa sewaktu-waktu mendapat perintah sesuai kesalahan yang dilakukan bawahannya atau panggilan yang lain.

Lisa mengangguk patuh. “Aku akan selalu di rumah,” ucap Lisa lalu melepaskan genggaman tangannya dari Dalton.

“Aku pulang dulu,” pamit Dalton lalu melambaikan tangan. Sungguh Dalton ingin memeluk atau mencium Lisa tapi Dalton merasa terlalu awal untuk melakukannya.

“Ada baiknya kamu mempertimbangkan perjodohan itu Dalton,” ucap Marco yang sudah dapat banyak laporan tentang gadis yang sudah mencuri hati Dalton.

“Ayah, perseteruan ini karena Ayah lebih memilih Ibu daripada Melani, adik rivalmu itu. Aku juga akan melakukan hal yang sama, aku ingin memperjuangkan cintaku,” ucap Dalton berkeras menolak tawaran ayahnya yang kembali di tawarkan padanya.

“Tapi kamu tau kalau Salma selalu mendekatimu kan?” tanya Marco mengingatkan Dalton yang sudah lama di kejar-kejar anak dari rivalnya itu.

“Dia yang menyukaiku, bukan aku yang menyukainya. Sejak kapan perasaan orang lain menjadi tanggung jawabku?” saut Dalton yang masih berkeras tak mau berurusan dengan rival gengnya itu.

Marco menghela nafasnya. “Hanya kali ini, cobalah menjalin hubungan dengan Salma. Sebentar saja, aku hanya ingin memenuhi permintaan rivalku sekali ini saja. Aku ingin bisa beristirahat dalam damai, berdamai dengan semua musuhku,” ucap Marco memaksa Dalton.

Dalton menghela nafasnya lalu menurunkan sedikit egonya dan mengangguk. “Hanya sekali, aku tidak akan menemuinya,” ucap Dalton mengalah lalu masuk ke kamarnya.

Dalton melepaskan pakaiannya lalu mandi dan berendam dengan air hangat. Dalton tersenyum senang melihat gelang yang ia pakai, sekarang ada Lisa di hatinya dan ia memiliki hal baru yang menyenangkan untuk selalu ia kunjungi dan ia jaga. Dalton merasa berbunga-bunga dan selalu berdebar membayangkan Lisa. Tapi senyum Dalton perlahan menghilang saat ia teringat besok ia harus menemui Salma.

Dalton menghela nafas lalu menyelesaikan mandinya dan kembali bersiap pergi lagi. Dalton hanya di temani asistennya yang kali ini menjadi supirnya. Tak ada kegiatan yang mengharuskan fisiknya bekerja dengan keras belakangan, jadi pengamanan untuk Dalton juga tidak seketat biasanya.

“Tuan, besok aku ingin mengambil cuti sehari,” ucap asisten Dalton.

Dalton terdiam sejenak lalu melihat kalender di ponselnya. “Em…ya, besok ulang tahun putrimu,” jawab Dalton memberi ijin.

Asisten Dalton tersenyum, ia senang bosnya ingat ulang tahun putri kecilnya meskipun baru bertemu dua kali. Meskipun sebenarnya Dalton tidak hanya mengingat ulang tahun putrinya saja, tapi hampir semua anak buahnya, terutama yang bersinggungan langsung dengan Dalton. Tapi tetap saja rasanya di perhatikan langsung oleh Dalton yang dingin dan jarang bicara terasa sangat terhormat.

Mobil berhenti di depan sebuah toko bunga, Dalton turun sejenak lalu kembali naik sambil membawa setangkai bunga calendula berwarna kuning. Perjalanan kembali berlanjut Dalton masuk kedalam sebuah galeri perhiasan mewah, tak selang lama Dalton juga langsung kembali kedalam mobil sambil membawa sebuah kotak perhiasan berwarna biru.

Perjalanan kembali berlanjut. Dalton sama sekali tak bicara selama di mobil. Pikirannya melayang-layang membayangkan bagaimana bahagianya Lisa besok saat menerima hadiah darinya. Dalton juga tengah memikirkan hadiah yang tepat untuk di berikan pada gadis kecil anak asistennya.

“Berhenti disini sebentar,” ucap Dalton yang melihat toko mainan.

Dalton turun lalu masuk kedalam toko mainan itu. Memilih mainan ternyata lebih sulit daripada memilih perhiasan dan hadiah lain untuk dua wanita dewasa yang akan ia temui besok. Dalton berkeliling cukup lama sambil menimbang-nimbang hadiah apa yang biasanya di sukai anak umur 6 tahun. Sampai akhirnya pilihan Dalton berakhir pada satu set mainan masak-masakan dan satu set peralatan minum teh.

“…Selamat ulang tahun anak cantik, Paman Andreas D…” tulis Dalton lalu menyematkan bunganya bersama kartu ucapan dan kadonya yang sudah di bungkus rapi.

Dalton kembali masuk ke mobilnya dan memberikan hadiahnya pada asistennya. “Aku tidak bisa hadir ke pesta ulangtahun anakmu,” ucap Dalton singkat lalu kembali duduk di kursi belakang dengan tatapan datar dan dinginnya seperti biasa.

Asisten Dalton terus tersenyum dengan begitu sumringah. Wajahnya yang terlihat sangar dengan bekas jahitan di pipinya itu seketika terlihat begitu ceria dan kehilangan kesangarannya setelah menerima hadiah dari Dalton. Asisten Dalton selalu tau jika Dalton tak sedingin sikap dan penampilannya, tetap ada sisi hangat dalam hatinya dan itu yang membuatnya setia pada Dalton.

“Berhenti di halte, pulanglah lebih awal,” ucap Dalton yang melihat halte yang biasanya menjadi tempat pemberhentian bus untuk anak-anak buahnya pulang.

●●●

“Cia sudah tidur,” bisik Linda pada Paul, asisten Dalton, yang baru pulang.

Paul mengangguk sambil tersenyum sumringah menunjukkan oleh-oleh yang ia bawa. “Tuan Andreas yang memilihkannya sendiri,” ucap Paul pada Linda dengan ceria.

Linda berjingkat sambil bertepuk tangan kecil begitu senang melihat oleh-oleh yang di bawa suaminya. “Besok kita jadi ke kebun binatang kan?” tanya Linda yang langsung di angguki Paul.

“Aku ingin melihat Cia dulu,” ucap Paul sambil merangkul istrinya masuk.

“Aku akan memanaskan makan malammu, cepat mandi,” ucap Linda lalu berjalan ke dapur.

Paul melihat putri kecilnya yang terlelap di kamarnya dan masih menggunakan tiaranya, sudah jelas Cia sedang berpura-pura menjadi putri. Paul juga melihat boneka-boneka Cia yang ditata dan di jajarkan di depan tempat tidurnya seperti sekumpulan masyarakat yang berkumpul. Entah apa yang ada di imajinasi putrinya yang jelas Cia sudah tumbuh dengan baik.




Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.