0
Home  ›  Chapter  ›  Under The Rain

Bab 04 – Rumah Lisa

 

Bab 04 – Rumah Lisa-1

Lisa mengajak Dalton masuk dari salah satu pagar kayu yang rusak dari samping. Lubangnya hanya kecil dan hanya cukup untuk Lisa. Karena Dalton memaksa ikut masuk, ia tak sengaja menjebol lubangnya jadi lebih besar.

Dalton meringis canggung. Dalton tau sebagai gangster ia tak seharusnya merasa takut atau bersalah hanya karena merusak sedikit. Tapi ini berbeda, ia tak sedang menjadi gangster, ia sedang berpura-pura menjadi pria normal yang bekerja menjadi pegawai bank.

“Tidak apa-apa, aku bisa memperbaikinya nanti,” ucap Lisa sambil cekikikan melihat Dalton yang tak muat melewati jalan yang biasa ia lewati.

Dalton berjalan masuk mengikuti Lisa. Lisa hanya mengelola sedikit tanah, berkebun yang hanya cukup untuk dirinya. Ada beberapa ekor ayam petelur dan seekor ayam jantan disana yang Lisa rawat. Rumahnya berantakan lebih tepatnya karena Lisa tak berani merawat semua bagian.

“Aku takut di usir oleh pihak bank dan di habisi para gangster jika mereka tau aku masih tinggal disini,” ucap Lisa sambil menatap Dalton.

Dalton mengangguk paham. “Aku akan merahasiakannya,” ucap Dalton yang membuat senyum di bibir Lisa kembali merekah.

“Aku mengelola sedikit tanah, aku membuat kompos dan berkebun, aku juga di beri beberapa ekor anak ayam oleh tetanggaku. Mereka baik padaku,” ucap Lisa lalu mengajak Dalton masuk.

Dalton tak kunjung melangkah. Ia hanya diam menatap noda gosong bekas api yang mengotori tembok dan beberapa yang sudah membakar jendela dan pintu. Dalton merasa menyesal dan miris melihat Lisa yang masih berjuang untuk tinggal dan hidup di sana.

“Tidak usah khawatir, para gangster yang datang waktu itu tidak mengambil perabotan rumahku. Setidaknya mereka tidak mengambil kompor dan panciku. Pakaian-pakaianku juga masih ada,” ucap Lisa karena melihat Dalton yang murung menatap tempat tinggalnya.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

Dalton tersenyum lalu melangkah masuk. Hanya tinggal lemari berisi pakaian dan kasur juga sedikit peralatan masak. Dalton tak ingat anak buahnya menjarah peralatan rumah tangga seperti sofa, dipan, meja, tv atau perabotan lainnya.

“Hanya ini?” tanya Dalton, tapi Lisa tak ada disana. Dalton panik dan langsung menyisir keseluruh rumah sampai ia tiba di kamar tempatnya menemukan gadis kecil dulu. Dalton berjalan hati-hati kedalam namun tiba-tiba Lisa melompat dari dalam lemari untuk mengejutkannya.

“Ahahaha, kamu lucu waktu kaget!” ucap Lisa sambil tertawa terbahak-bahak melihat Dalton yang terkejut karenanya. “Aku bersembunyi disana, aku tidak ingat bagaimana aku bisa selamat. Aku hanya ingat untuk terus menghitung,” ucap Lisa kembali bercerita dan menutup lemarinya.

Dalton benar-benar merasa bersalah pada Lisa. Dalton bingung bagaimana harus mengatakan yang sejujurnya pada Lisa darimana. Dalton merasa senang bisa menghabiskan waktu bersama Lisa, meskipun mendatangi tempat tinggalnya terasa seperti melakukan uji nyali. Dalton tetap merasa senang bisa mengenal Lisa.

“Lalu kemana kamu pergi setelah itu?” tanya Dalton.

Lisa mengerutkan keningnya berusaha mengingat masalalunya. “Aku pergi ke dinas sosial. Aku lupa banyak hal, aku lupa segalanya, aku disana cukup lama sampai aku sadar dan ingat semuanya. Kata orang-orang aku mengalami trauma berat setelah kejadian itu. Setelah aku pulang perabotan di rumahku tinggal segini. Yasudah mau bagaimana lagi,” ucap Lisa santai lalu duduk di tempat tidurnya.

Dalton mengangguk ragu. Ia berusaha mencerna tiap cerita dari Lisa.

“Dalton, aku ingin tau sesuatu…” ucap Lisa lalu bangun untuk mengangkat kasurnya dan mengambil beberapa berkas yang ia simpan. “Ini,” Lisa memberikan beberapa surat dari bank pada Dalton.

Dalton duduk di tempat tidur Lisa dan membaca beberapa berkasnya.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

“Aku tidak ingat dengan jelas kapan kejadian itu, tapi yang ku ingat sampai saat ini. Sebelum kejadian itu orang tuaku hanya telat mencicil hutangnya sekali…” ucap Lisa pelan dan ragu dengan alis berkerut. “A-apa kamu bisa cek ini? A-aku cuma mau tau apa kalau telat sekali sudah sefatal itu, itu saja…” sambung Lisa dengan mata yang berkaca-kaca.

Dalton menatap Lisa lalu menggenggam tangannya. “Aku akan mencaritau semuanya,” ucap Dalton lalu mengambil ponsel di sakunya dan mengirim SMS pada supirnya untuk datang menjemput.

Lisa tersenyum dengan matanya yang berkaca-kaca. Dalton langsung bangun hendak pergi memenuhi permintaan Lisa untuk menyelidiki berkasnya. Lisa juga bangun untuk mengantar Dalton keluar dari rumahnya.

“Dalton…” panggil Lisa begitu Dalton keluar dari pagar yang sudah ia jebol tadi. Dalton menahan langkahnya dan menatap Lisa. “Terimakasih, kamu orang terbaik yang ku kenal selain tetanggaku. Maaf selalu merepotkanmu,” ucap Lisa begitu tulus sebelum Dalton pergi.

Dalton tak bisa bereaksi apapun. Perasaannya semakin bercampuraduk antara menyesal, sedih, senang, dan berbunga-bunga. Dalton bingung pada apa yang ia rasakan sekarang.

“Aku janji akan segera kembali secepatnya,” ucap Dalton lalu mengambil dompetnya dan menyerahkan semua uang yang ia bawa pada Lisa.

“Oh! Banyak sekali!” seru Lisa lalu mengikuti Dalton untuk mengembalikan uang yang Dalton beri padanya. “Jangan, jangan memberikan semua uangmu padaku,” tolak Lisa.

“Kamu tinggal sendirian, tidak punya uang. Aku tidak bisa meninggalkanmu begitu saja,” ucap Dalton yang rasanya ingin mengatakan diam dan terima saja, gunakan untuk kebutuhanmu, aku kaya dan punya banyak uang tapi tentu Dalton tak bisa mengatakan itu.

“Aku masih punya uang, kehidupan di kota pasti mahal. Kamu lebih membutuhkan uangnya daripada aku,” ucap Lisa lembut.

Dalton menghela nafasnya, rasanya Lisa benar-benar menolaknya. Entah karena sungkan sudah meminta tolong atau karena jumlahnya yang terlalu banyak. “Ini, gunakan saja untuk kebutuhanmu besok, sudah jangan di tolak!” Dalton akhirnya mengalah dan hanya memberi selembar uang seratus ribu pada Lisa.

Lisa mengangguk dan tersenyum. “Aku akan berhati-hati menggunakannya,” ucap Lisa lembut lalu membiarkan Dalton pergi berlalu membawa payungnya sendiri di iringi rintik hujan yang mulai turun.

Dalton menoleh ke belakang melihat Lisa yang mendongakkan kepalanya ke atas melihat rintik-rintik hujan yang membasahinya dengan senyum sumringahnya. Tak lama setelah itu Lisa masuk kerumahnya yang gelap dan sudah tak memiliki aliran listrik lagi.

‘Apa dia akan baik-baik saja…’ batin Dalton yang terus memikirkan Lisa dan khawatir pada gadis bertubuh kurus itu tapi tak berselang lama supirnya datang menjemput. Dalton pulang kembali ke rumahnya sambil membaca berkas-berkas yang Lisa berikan padanya.

Dalton mengerutkan keningnya lalu menghela nafas. Seharusnya ia tak terlibat lagi dengan orang-orang yang pernah menjadi korban maupun targetnya. Tapi pertemuannya dengan Lisa dan segala interaksinya, Dalton merasa Lisa adalah orang yang paling bisa membuatnya merasa menjadi pribadi yang hangat.

 

Bab 04 – Rumah Lisa-2

12
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share