Dalton
datang menaiki mobil alphard menemui Salma, lebih tepatnya menjemput Salma dari
kliniknya untuk makan siang bersama. Dalton langsung memberikan bunga mawar
berwarna kuning untuk Salma tanpa berkata apapun selain sedikit tersenyum lalu
kembali menatap jalanan dengan bosan menuju retoran yang sudah ia pesan untuk
makan siang kali ini.
“Ehm…”
Salma berdeham untuk mencuri perhatian Dalton. “Aku lebih suka mawar merah,”
ucap Salma.
“Aku lebih
suka memberimu yang kuning,” jawab Dalton sedikit ketus dan dingin.
Salma
tersenyum lalu mengangguk. Salma diam-diam menghitung jumlah kata yang Dalton
ucapkan barusan. “6 kata, apa ini artinya kamu udah mulai suka aku?” tanya
Salma dengan ceria dan tanpa rasa lelah mengejar cinta Dalton.
Dalton
menaikkan sebelah alisnya. Salma bukan tipenya, Dalton tidak takut di cari
orang, tapi di kejar-kejar perempuan yang terobsesi dengannya…em…Dalton tetap
merasa ngeri dan merinding. Dalton menggeleng pelan.
“Tidak
apa-apa, tidak masalah. Aku bisa belajar membuatmu nyaman, aku bisa merubah
diriku agar kamu bisa suka. Cepat atau lambat kita akan jadi pasangan, iya
kan?” ucap Salma dengan ceria dan rasa percaya diri yang tinggi.
Dalton menatap
Salma lalu kembali menatap keluar jendela. Bila kemarin Dalton hanya berpikir
untuk makan siang bersama dan mengatakan jika ia dan Salma lebih cocok menjalin
persahabatan, kali ini Dalton berpikir bagaimana caranya menolak Salma agar ia
tidak tersinggung dan menyudahi pengejaran cintanya.
Sesampainya
di restoran Salma tanpa ragu langsung mengampit lengan Dalton layaknya pasangan.
Bahkan Salma tanpa malu sengaja menempelkan payudaranya pada lengan Dalton agar
Dalton tertarik padanya. Tapi Dalton langsung menarik tangannya dan menolak
untuk apapun itu yang Salma lakukan padanya.
Salma yang
melihat tangan Dalton yang terangkat karena menghindari ampitannya malah
langsung merangkul dan memeluk pinggang Dalton. Dalton hanya melotot karena
kaget dan tidak suka dengan Salma yang seenaknya merangkulnya.
“Salma,
lepaskan…” geram Dalton pelan.
Salma hanya
cengar-cengir lalu melepaskan pelukannya dari pinggang Dalton. Anak buah Dalton
yang melihatnya hanya bisa melotot kaget dan sudah bersiap mengamankan Salma
dari Dalton karena melihat interaksinya yang begitu agresif.
“Ini alasan
kenapa Tuan Andreas bisa menggantikan bos,” ucap salah satu anak buah Dalton
yang di angguki anak buah lainnya setelah melihat Dalton cukup terkendali dan
bisa menangani Salma yang agresif dan bisa sewaktu-waktu memberikan serangan
cinta untuknya.
●●●
Dalton
mencoba untuk tetap makan bersama Salma yang rasanya ingin terus menyuapinya
setelah Dalton mau menerima sekali suapan darinya.
“Andreas,
kapan aku bisa bertemu ayahmu?” tanya Salma yang membuat Dalton hampir
tersedak.
Dalton
berdeham pelan lalu meminum minumannya sebelum menjawab pertanyaan Salma.
“Ayahku sedang kurang sehat belakangan ini, mungkin kapan-kapan,” jawab Dalton
yang enggan memberi kepastian.
Salma
tersenyum sambil mengangguk, Salma sebenarnya hanya memancing Dalton yang pelit
bicara itu untuk mengeluarkan suaranya. “Ngomong-ngomong, kamu pakek gelang couple
kan?” tanya Salma yang hanya di angguki Dalton.
Salma
langsung menaikkan sebelah alisnya. Ia sudah mengejar Dalton sekian lama dan
terus mengamatinya. Tapi kenapa Salma baru tau kalau Dalton memakai gelang itu
dan sejak kapan Dalton punya pasangan? Pertanyaan demi pertanyaan berseliweran
di kepalanya sampai akirnya ia menebak jika Dalton akan memberikan gelang yang
sama untuknya.
Tapi
sepanjang acara makan Dalton tak menunjukkan gelagat akan memberi hadiah pada
Salma atau hal romantis lainnya. Sampai semua makanan sudah sampai pada bagian
makanan penutup. Salma mulai ragu pada keyakinannya jika Dalton akan memberinya
hadiah gelang couple tapi seketika saat itu juga Dalton tiba-tiba
menyodorkan sebuah kotak perhiasan untuk Salma.
“Salma, aku
tidak bisa menerima perasaanmu. Aku tidak bisa mengatur kemana hatiku akan
berlabuh, apa lagi hati milik orang lain. Aku merasa lebih nyaman ketika kita
menjadi teman dan sahabat biasa. Menydahi rivalitas kelompok kita dan hidup
dalam damai,” ucap Dalton lalu perlahan menggenggam tangan Salma agar ia tidak
sedih atau menangis.
“Oh…j-jadi
kamu mau kita punya kisah cinta yang perlahan? Gak papa aku bisa ngerti kok,
kita bsa jadi teman lalu sahabat, kamu bisa cerita banyak hal ke aku. Aku bisa
dateng ke tempatmu kapanpun…”
“Salma…”
Dalton menggeleng kan kepalanya. “Hanya teman, sahabat. Tidak lebih,” potong
Dalton.
“T-tapi
Andreas, kamu tau kan alasan aku suka kamu…”
Dalton
menghela nafasnya lalu mengangguk. “Salma, hanya karena aku bersikap kaku dan
mengabaikanmu bukan berarti aku ayahmu. Aku bukan figur laki-laki yang kamu
cari. Kamu harusnya mencari pria yang bisa memahamimu dan menerimamu, bukan
pria yang terus mengabaikanmu seperti aku,” ucap Dalton mencoba menjelaskan
kondisinya saat ini.
“Andreas…
tapi aku merasa…”
“Hanya kamu
yang merasakan itu, tidak denganku. Aku sudah memiliki pasangan,” potong
Dalton.
Salma mulai
menangis mendengar ucapan Dalton. Dalton menggenggam tangannya lalu mengelus
jemarinya dengan lembut berharap Salma akan segera tenang dan berhenti
menangis.
“Sejak
kapan kamu punya pasangan?!” bentak Salma tak terima.
“Em… baru
kemarin jadian,” jawab Dalton sambil mengelus tengkuknya.
“Apakah dia
lebih cantik dariku? Apa dia lebih pintar? Kenapa kamu pilih dia bukan aku?”
Dalton
mengambil nafas lalu menyilangkan kakinya. “Dia hanya orang biasa, tidak lulus
SMA, mungkin dia juga tidak lebih cantik dari kamu, dia hanya wanita biasa yang
mengelola kebun dan binatang ternak di desa kecil. Tapi dia selalu tersenyum
dengan ceria dan menyambutku ketika aku datang, dia makan dengan lahap dan
menyukai hujan, dia pekerja keras dan berusaha mandiri meskipun semakin dia
berusaha semakin terlihat lemah, tubuhnya kurus, kadang dia bau seperti tanah
dan peternakan, tapi berusaha terlihat baik dan membuatku nyaman…”
“Aku bisa
jadi seperti itu!” sela Salma yang begitu benci melihat Dalton yang bisa banyak
bicara dan terlihat begitu berbinar-binar saat membicarakan pasangannya.
Dalton
menggeleng. “Jangan, kehidupannya berat. Salma, berhentilah mengejarku. Begitu
banyak pilihan untukmu, begitu banyak pria yang siap membahagiakanmu. Pergilah
kesana, karena aku bukan pria yang tepat untukmu,” ucap Dalton kembali menolak
Salma.
0 comments