BLANTERORBITv102

Bab 06 – Pabrik Boneka

Minggu, 21 Juli 2024

“Ini di potong gaji soalnya garapanmu ada yang jelek!” ucap pemilik pabrik sambil memberikan selembar sepuluh ribuan pada Lisa yang sudah bekerja 9 jam untuknya.

Lisa ingin protes namun ia sudah terlalu lelah dan sudah ingin pulang untuk memasak dan membersihkan tubuhnya paling tidak. Pipinya masih terasa panas dan nyeri setelah di tampar tadi, itu juga yang membuat Lisa jadi sedikit pusing. Tapi Lisa tetap berusaha kuat dan ceria seperti biasanya agar kondisinya tidak makin buruk.

“Lisa!” seru Dalton yang menunggu Lisa datang di depan rumahnya.

Lisa langsung tersenyum sumringah dan berlari ke arah Dalton yang sudah menunggu di depan rumahnya dengan ceria. Dalton terlihat membawa tas dan beberapa berkas. Tentu saja hal itu membuat Lisa makin ceria dan senang.

“Ada apa wajahmu?” tanya Dalton yang kaget mendapati pipi Lisa yang memar dan sedikit bengkak.

“A-ah…i-ini aku tidak sengaja jatuh,” dusta Lisa lalu masuk kedalam bersama Dalton.

“Lisa jangan bohong, aku tidak suka di bohongi. Kamu kenapa?” tanya Dalton yang khawatir dengan keadaan Lisa yang baru ia tinggal 3 hari.

“Bagaimana apa kamu menemukan informasi?” tanya Lisa mengalihkan pembicaraan.

Dalton mengangguk dengan alis bertaut. “Ini, sertifikat kepemilikan lahanmu. Ternyata orang tuamu sudah melunasinya. Kamu tau pemilik bank syariah itu? Dia menipu keluargamu, jadi ini ku kembalikan,” ucap Dalton tak benar-benar jujur.

Lisa langsung bersujud dan memeluk Dalton dengan begitu erat sambil menangis haru. “Terimakasih…” lirih Lisa berulang kali mengucapkan terimakasih sambil menangis memeluk Dalton.

Dalton kaget tiba-tiba mendapat pelukan dari Lisa yang begitu erat di iringi ucapan terimakasih yang berulang-ulang kali ia ucapkan. Dalton merasa senang dan berbunga-bunga karena Lisa yang tampak begitu bahagia. Tapi saat Dalton hendak membalas pelukan Lisa, Lisa langsung melepaskan pelukannya dan menggenggam tangan Dalton.

“Maaf, aku terlalu bahagia,” ucap Lisa yang masih menangis haru. “Aku ingin memberimu sesuatu untuk berterimakasih, tapi aku tidak punya apa-apa selain ini,” sambung Lisa sambil menunjukkan dompetnya yang berisi uang receh dan selembaran uang pecah.

Dalton tersenyum. “Jawab saja wajahmu itu kenapa, lalu kita anggap impas,” ucap Dalton santai.

Lisa menggeleng. “Jangan bilang begitu, suatu saat aku pasti akan membalasmu kalau aku punya uang,” ucap Lisa yang tak mau mengambil keuntungan secara cuma-cuma dari Dalton.

Dalton mengangguk sambil tertawa kecil. Lisa ikut tertawa bersamanya lalu melepas genggaman tangannya dari Dalton.

“Aku akan menjawabnya, tapi ini bukan balasanmu,” ucap Lisa sambil menatap mata Dalton. “Tadi di pabrik aku di tampar bos, aku di tuduh teman kerjaku kalau aku tidak bejus memasang mata boneka. Tapi aku baik-baik saja, aku tetap di bayar jangan khawatir. Nanti lama-lama juga sembuh sendiri,” Lisa menceritakan apa yang ia lalui pada Dalton.

“Pabrik? Pabrik apa? Kamu kerja dimana?” tanya Dalton sedikit panik lalu mengelus pipi Lisa dengan berhati-hati.

“Pabrik boneka, yang gerbangnya di cat hijau itu loh. Aku kerja dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore. Biasanya aku dibayar 40 ribu. Karena kejadian tadi aku dibayar 10 ribu,” ucap Lisa sambil menunjukkan uangnya pada Dalton. “Baik ya, aku tetap boleh bekerja disana besok,” sambung Lisa sambil tersenyum sumringah.

Dalton kaget kenapa Lisa bisa sepolos dan sebaik ini menerima keadaannya. “Lisa, itu bayaran yang sangat sedikit. Kamu bekerja 9 jam dan hanya dibayar 10 ribu, 40 ribu. Itu sangat sedikit,” ucap Dalton miris.

Lisa tersenyum lalu menggenggam kedua tangan Dalton dan mengangguk. “Iya aku tau itu sedikit, aku tau. Tapi aku hanya lulusan SMP, aku tidak punya keahlian apapun, aku tidak spesial. Memang harus di bayar berapa orang yang hanya bisa menjahit mata boneka Pooh?” jawab Lisa yang membuat Dalton tak dapat berkata-kata.

Dalton diam cukup lama dan hanya memandangi wajah Lisa yang memar. “Besok aku akan membantumu memasang listrik dan merapikan rumahmu agar layak di pakai lagi,” ucap Dalton sambil menghela nafas.

“Tidak usah, aku tidak punya uang untuk membayarnya,” tolak Lisa langsung.

“Itu konpensasi,” dusta Dalton yang sebenarnya ingin melunasi rasa bersalahnya saja.

Lisa tersenyum lalu mengangguk. “Kalau begitu terimakasih lagi ya,” ucap Lisa.

Dalton mengangguk lalu ikut tersenyum. Sungguh Dalton merasakan hatinya yang benar-benar merasa nyaman dan hangat saat bersama Lisa. Lisa mudah sekali tersenyum dan memandang dunia dengan cara yang berbeda. Lisa begitu unik dan istimewa bagi Dalton, meskipun Lisa mengatakan ia hanya tamatan SMP dan tak memiliki keahlian. Tapi bagi Dalton, Lisa sudah memiliki segalanya. Paling tidak memiliki segala aspek untuk mencuri hati Dalton seutuhnya.

“Mau makan?” tawar Dalton yang langsung di jawab Lisa dengan gelengan kepalanya. “Tidak lapar? Kamu kan baru pulang kerja,” ucap Dalton sedikit memaksa.

“Lapar, tapi aku mau memasak saja. Aku merasa bersalah merepotkanmu terus,” ucap Lisa sungkan.

Dalton tersenyum lalu menggeleng. “Ayo makan, aku suka makan bersamamu,” ucap Dalton lalu memasukkan berkas-berkas Lisa kedalam tasnya lagi dan meletakkannya di bawah tempat tidur sebelum membawa Lisa pergi makan berdua dengannya.

Dalton menikmati tiap menit yang ia habiskan bersama Lisa. Mulai dari obrolan sederhananya, caranya makan di tengah kelaparan setelah seharian bekerja, cara Lisa meminta bantuannya untuk membukakan botol minum dan beberapa hal lain, cara Lisa berterimakasih dan terlihat sangat bahagia saat Dalton membelikannya bahan makanan, semua tentang Lisa Dalton suka.

Hal yang paling membuat Dalton bahagia adalah setiap waktu yang ia habiskan bersama Lisa. Titik, tidak ada yang lain. Meskipun hubungannya dengan Lisa masih belum jelas, tapi bisa berinteraksi dengan Lisa adalah hal yang membuat Dalton selalu berdebar-debar. Sensasi yang tak pernah ia rasakan sebelumnya juga.

“Besok tidak usah bekerja, kita akan membereskan rumahmu oke,” ucap Dalton sebelum pulang yang di angguki Lisa yang mengantarnya pulang hingga depan.

Lisa mengangguk lalu melambaikan tangannya sebelum akhirnya masuk kedalam rumahnya dan membersihkan tubuhnya dalam keadaan bahagia.

“Bereskan pabrik boneka sialan itu!” perintah Dalton pada anak buahnya yang sudah siap menyerbu pabrik boneka tempat Lisa bekerja tanpa ampun.

Entah dorongan darimana hingga Dalton senekat ini, tapi yang jelas Dalton benci ada orang yang menyakiti Lisa. Bahkan tanpa Lisa minta sekalipun Dalton akan tetap bergerak melindunginya dari semua orang yang berbuat buruk pada Lisa bagai malaikat pelindungnya.

Kalau dunia memihak padaku dan tidak memihak pada Lisa, aku akan berada di pihak Lisa dan menghancurkan semua yang tak mau berpihak padanya, perinsip baru Dalton yang mantap menetapkan hatinya pada Lisa sambil mengingat wajah mulus Lisa yang tirus dan sedikit pucat tadi, yang ternoda oleh memar dan bengkak karena di tampar.

“Habisi sampai benar-benar habis,” ucap Dalton dingin sambil mengawasi dari dalam mobilnya menyaksikan para warga dan buruh yang bekerja di pabrik kewalahan memadamkan api.




Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.