BLANTERORBITv102

Bab 11 – Cartier

Minggu, 21 Juli 2024

Dalton mengantar Salma pulang ke rumahnya. Salma tak mengijinkan Dalton untuk masuk atau menemui ayahnya, ia langsung berlari masuk sementara Dalton juga memilih langsung pulang saja. Dalton tidak langsung pulang untuk melapor seperti biasanya. Kali ini ia langsung pergi menemui Lisa setelah mengambil bunga dan sebuah gelang cartier yang sudah ia pesan kemarin.

Jika biasanya ia hanya akan membawa bunga dan sedikit hadiah kecil kali ini berbeda, Dalton pergi berbelanja kebutuhan dapur dan membeli dua buah cangkir untuknya dan Lisa. Dalton ingin mengisi rumah Lisa secara perlahan seiring dengan kedekatan hubungannya dengan Lisa.

Dalton terlihat lebih ceria dan santai saat hendak mengunjungi Lisa. Beberapa kali anak buahnya melihat Dalton membuka dan menutup kembali kotak perhiasannya sambil tersenyum, dan entah sudah berapa kali Dalton menciumi bunganya.

“Turunkan disini, nanti akan ku kabari lagi…” ucap Dalton lalu bersiap turun sambil membawa belanjaan dan bunganya.

Anak buah Dalton ikut turun untuk membantunya membawa belanjaan tapi Dalton langsung menghindar. “Tidak usah, aku sendiri saja,” tolak Dalton lalu langsung berjalan menuju rumah Lisa.

Dalton terlihat sangat ceria dan begitu murah senyum sembari berjalan dan sesekali menyapa orang yang berpapasan dengannya. Sampai akhirnya ia sampai di depan rumah Lisa. Lisa tampak masih sibuk mengurus ayam-ayam ternaknya dan beberapa itik yang ia besarkan.

“Lisa!” seru Dalton yang masuk melalui pagar depan dan langsung menutupnya kembali.

“Dalton!” seru Lisa dengan senyum sumringahnya yang selalu membekas di hati Dalton. “Tunggu sebentar,” ucap Lisa lalu menyelesaikan urusannya dengan unggas-unggasnya sebelum membersihkan tangannya yang kotor untuk menemui Dalton.

“Ini, kemarin aku merasa malu tidak menyatakan perasaanku dengan baik,” ucap Dalton lalu memberikan bunganya pada Lisa.

Lisa menganga begitu kaget menerima buket bunga yang begitu indah. Lisa refleks menutup mulutnya lalu menerima buket bunga pertamanya itu dengan tangan bergetar. “Cantik sekali, terimakasih…” ucap Lisa begitu lembut sambil menatap Dalton.

Dalton mengangguk sambil tersenyum menatap Lisa yang begitu menyukai bunga pemberiannya. Dalton langsung merangkul Lisa dan menggiringnya masuk. “Aku beli mi instan,” ucap Dalton lalu menatap awan mendung yang mulai menutupi langit.

Lisa mengangguk. “Aku punya telur dan wortel,” ucap Lisa sambil tersenyum dan berjalan masuk kedalam rumahnya bersama Dalton.

Dalton mengeluarkan barang belanjaannya bersama Lisa. Lisa tampak sangat antusias dan bersemangat melihat barang-barang yang di beli Dalton. Ada banyak sekali makanan beku dan makanan instan, teh, kopi, sabun, juga cangkir.

“Dalton, banyak sekali. Aku tidak punya kulkas untuk menyimpannya. Nanti semuanya akan cepat basi,” ucap Lisa sambil menatap belanjaan Dalton.

Dalton menghela nafas. Ia baru ingat rumah Lisa masih minim perabotan, ia juga terlalu semangat untuk memberikan kehidupan layak dan banyak makanan untuk Lisa jadi terlalu banyak belanja.

“Yasudah tidak apa-apa, aku akan menanyakan tetanggaku apa aku bisa menitipkan bahan makanan ini di kulkasnya,” ucap Lisa lalu bangkit bersiap pergi ke rumah tetangganya.

Dalton langsung meraih tangan Lisa dan menahannya agar tidak pergi. “A-aku punya kulkas kecil yang kosong d-di kosku…” ucap Dalton yang tak terbiasa berbohong itu dengan sedikit kaku. “B-besok… em… a-apa boleh aku membawa kulkasku kemari? K-kamu bisa pakai kulkasku…” ucap Dalton yang bingung bagaimana caranya tetap berpura-pura menjadi pegawai bank biasa dan bisa membelikan perabotan untuk Lisa.

Lisa tersenyum lalu kembali duduk berhadapan dengan Dalton. “Lalu bagaimana dengan kosmu?” tanya Lisa khawatir.

Dalton langsung bernafas lega saat Lisa mengkhawatirkannya dan merasa bisa menguasai suasana. “Kemungkinan aku akan di pindahkan ke tempat yang lebih dekat dengan rumahmu. Sewa kosku sebentar lagi juga sudah mau habis, jadi aku bingung akan menitipkan barang-barangku di mana,” jawab Dalton dengan alasan tersempurna yang ia dapatkan.

Lisa langsung tersenyum dan mengangguk. “Kamu bisa titipkan di rumahku, rumahku cukup besar mungkin bisa menampung semua barang-barangmu,” ucap Lisa mempersilahkan Dalton tanpa pikir panjang dan tanpa curiga sedikitpun.

Dalton tersenyum lalu mengangguk. “Aku akan mulai memindahkan barang-barangku ke sini besok,” ucap Dalton sambil tersenyum sumringah.

Lisa bangun untuk mengambil toples besar dan meletakkan semua bahan makanan beku kedalam toples. “Aku tidak mau membaginya dengan tikus-tikus di rumah,” ucap Lisa yang membuat Dalton tersenyum senang.

Suara rintik hujan yang perlahan menjadi deras terdengar. Dalton masih asik memasak bersama Lisa. Membuat mi instan dengan telur, wortel, dan beberapa potong sosis. Dalton belum pernah memasak lagi setelah ibunya meninggal dulu, dan ini kali pertamanya kembali memasak bersama Lisa.

Sebenarnya Dalton tidak benar-benar memasak, ia hanya membantu memotong saja dan mencicipi masakan yang Lisa buat. Sisanya di urus Lisa yang begitu terampil di dapur. 

“Oh iya Lisa, aku ingin memberimu ini…”

“Cartier…” ucap Lisa lalu diam mematung menatap kotak perhiasan yang bahkan belum Dalton buka untuknya.

“Lisa…” panggil Dalton yang kaget dengan reaksi Lisa. Dalton berharap Lisa akan seceria dan sesemangat saat menerima bunga tadi bukan diam termenung seperti itu memaku menatap kotak perhiasannya.

Lisa mengerjapkan matanya lalu tersenyum menatap Dalton. “I-ibuku pernah punya ini…” ucap Lisa lalu duduk berhadapan dengan Dalton dan membuka kotak perhiasannya, air matanya mengalir begitu saja. “Ini mahal, ibu pernah menjual gelangnya lalu uang itu yang di gunakan untuk melunasi hutang waktu itu…” sambung Lisa yang terlihat murung meskipun berusaha tersenyum. “A-aku mau mandi dulu, kamu bisa makan duluan,” ucap Lisa pada Dalton lalu berjalan ke kamar mandi.

Dalton memejamkan matanya sambil mengusap wajahnya. Ia tak bermaksud mengorek luka lama Lisa. Dalton hanya berusaha membuatnya bahagia dan kembali ceria seperti sebelumnya. Dalton tak menyangka ia bisa merasakan kesedihan Lisa seperti halnya ia sendiri yang terluka.

“Lisa…” panggil Dalton sambil mengetuk pintu kamar mandi Lisa karena sudah hampir setengah jam di sana. Lisa tak menyahut, ia memilih melanjutkan mandinya sementara Dalton kembali duduk diam menunggu Lisa selesai mandi.

Tak lama Lisa keluar dari kamar mandinya. Lisa berjalan menuju kamarnya dan memakai pakiannya, dress bunga-bunga kesukaan Dalton.

“Lisa, kalau ada sesuatu yang membuatmu sedih, katakan saja padaku. Aku kan sekarang sudah jadi kekasihmu, jangan menyembunyikan apapun dariku. Kamu tidak sendirian lagi,” ucap Dalton sambil menatap Lisa.

Lisa mengangguk lalu tersenyum. “Aku hanya tidak mau terlihat merepotkan, ku kira kamu bakal pergi…”

“Tidak, jangan berpikir begitu,” potong Dalton lalu menarik Lisa dalam dekapannya. Dalton ingin mengaku semuanya pada Lisa lalu meminta maaf padanya tapi Dalton juga terlalu takut dengan apapun reaksi Lisa. Dalton takut Lisa akan marah padanya dan mengusirnya. Dalton terlalu takut untuk kehilangan Lisa. “Aku akan terus bersamamu Lisa, aku janji…” bisik Dalton sambil mengelus bahu dan punggung Lisa yang mulai menangis dalam dekapannya.

Lisa tersenyum lalu mengangguk. “Dalton… terimakasih,” bisik Lisa yang hampir selalu berterimakasih pada Dalton.




Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.