Dalton
mengantar Salma pulang ke rumahnya. Salma tak mengijinkan Dalton untuk masuk
atau menemui ayahnya, ia langsung berlari masuk sementara Dalton juga memilih
langsung pulang saja. Dalton tidak langsung pulang untuk melapor seperti
biasanya. Kali ini ia langsung pergi menemui Lisa setelah mengambil bunga dan
sebuah gelang cartier yang sudah ia pesan kemarin.
Jika
biasanya ia hanya akan membawa bunga dan sedikit hadiah kecil kali ini berbeda,
Dalton pergi berbelanja kebutuhan dapur dan membeli dua buah cangkir untuknya
dan Lisa. Dalton ingin mengisi rumah Lisa secara perlahan seiring dengan
kedekatan hubungannya dengan Lisa.
Dalton
terlihat lebih ceria dan santai saat hendak mengunjungi Lisa. Beberapa kali
anak buahnya melihat Dalton membuka dan menutup kembali kotak perhiasannya
sambil tersenyum, dan entah sudah berapa kali Dalton menciumi bunganya.
“Turunkan
disini, nanti akan ku kabari lagi…” ucap Dalton lalu bersiap turun sambil
membawa belanjaan dan bunganya.
Anak buah
Dalton ikut turun untuk membantunya membawa belanjaan tapi Dalton langsung
menghindar. “Tidak usah, aku sendiri saja,” tolak Dalton lalu langsung berjalan
menuju rumah Lisa.
Dalton
terlihat sangat ceria dan begitu murah senyum sembari berjalan dan sesekali
menyapa orang yang berpapasan dengannya. Sampai akhirnya ia sampai di depan
rumah Lisa. Lisa tampak masih sibuk mengurus ayam-ayam ternaknya dan beberapa
itik yang ia besarkan.
“Lisa!”
seru Dalton yang masuk melalui pagar depan dan langsung menutupnya kembali.
“Dalton!”
seru Lisa dengan senyum sumringahnya yang selalu membekas di hati Dalton.
“Tunggu sebentar,” ucap Lisa lalu menyelesaikan urusannya dengan
unggas-unggasnya sebelum membersihkan tangannya yang kotor untuk menemui
Dalton.
“Ini,
kemarin aku merasa malu tidak menyatakan perasaanku dengan baik,” ucap Dalton
lalu memberikan bunganya pada Lisa.
Lisa
menganga begitu kaget menerima buket bunga yang begitu indah. Lisa refleks
menutup mulutnya lalu menerima buket bunga pertamanya itu dengan tangan
bergetar. “Cantik sekali, terimakasih…” ucap Lisa begitu lembut sambil menatap
Dalton.
Dalton
mengangguk sambil tersenyum menatap Lisa yang begitu menyukai bunga
pemberiannya. Dalton langsung merangkul Lisa dan menggiringnya masuk. “Aku beli
mi instan,” ucap Dalton lalu menatap awan mendung yang mulai menutupi langit.
Lisa
mengangguk. “Aku punya telur dan wortel,” ucap Lisa sambil tersenyum dan
berjalan masuk kedalam rumahnya bersama Dalton.
Dalton
mengeluarkan barang belanjaannya bersama Lisa. Lisa tampak sangat antusias dan
bersemangat melihat barang-barang yang di beli Dalton. Ada banyak sekali
makanan beku dan makanan instan, teh, kopi, sabun, juga cangkir.
“Dalton,
banyak sekali. Aku tidak punya kulkas untuk menyimpannya. Nanti semuanya akan
cepat basi,” ucap Lisa sambil menatap belanjaan Dalton.
Dalton
menghela nafas. Ia baru ingat rumah Lisa masih minim perabotan, ia juga terlalu
semangat untuk memberikan kehidupan layak dan banyak makanan untuk Lisa jadi
terlalu banyak belanja.
“Yasudah
tidak apa-apa, aku akan menanyakan tetanggaku apa aku bisa menitipkan bahan
makanan ini di kulkasnya,” ucap Lisa lalu bangkit bersiap pergi ke rumah
tetangganya.
Dalton
langsung meraih tangan Lisa dan menahannya agar tidak pergi. “A-aku punya
kulkas kecil yang kosong d-di kosku…” ucap Dalton yang tak terbiasa berbohong
itu dengan sedikit kaku. “B-besok… em… a-apa boleh aku membawa kulkasku kemari?
K-kamu bisa pakai kulkasku…” ucap Dalton yang bingung bagaimana caranya tetap
berpura-pura menjadi pegawai bank biasa dan bisa membelikan perabotan untuk
Lisa.
Lisa
tersenyum lalu kembali duduk berhadapan dengan Dalton. “Lalu bagaimana dengan
kosmu?” tanya Lisa khawatir.
Dalton
langsung bernafas lega saat Lisa mengkhawatirkannya dan merasa bisa menguasai
suasana. “Kemungkinan aku akan di pindahkan ke tempat yang lebih dekat dengan
rumahmu. Sewa kosku sebentar lagi juga sudah mau habis, jadi aku bingung akan
menitipkan barang-barangku di mana,” jawab Dalton dengan alasan tersempurna
yang ia dapatkan.
Lisa
langsung tersenyum dan mengangguk. “Kamu bisa titipkan di rumahku, rumahku
cukup besar mungkin bisa menampung semua barang-barangmu,” ucap Lisa
mempersilahkan Dalton tanpa pikir panjang dan tanpa curiga sedikitpun.
Dalton
tersenyum lalu mengangguk. “Aku akan mulai memindahkan barang-barangku ke sini
besok,” ucap Dalton sambil tersenyum sumringah.
Lisa bangun
untuk mengambil toples besar dan meletakkan semua bahan makanan beku kedalam
toples. “Aku tidak mau membaginya dengan tikus-tikus di rumah,” ucap Lisa yang
membuat Dalton tersenyum senang.
Suara
rintik hujan yang perlahan menjadi deras terdengar. Dalton masih asik memasak
bersama Lisa. Membuat mi instan dengan telur, wortel, dan beberapa potong
sosis. Dalton belum pernah memasak lagi setelah ibunya meninggal dulu, dan ini
kali pertamanya kembali memasak bersama Lisa.
Sebenarnya
Dalton tidak benar-benar memasak, ia hanya membantu memotong saja dan mencicipi
masakan yang Lisa buat. Sisanya di urus Lisa yang begitu terampil di
dapur.
“Oh iya
Lisa, aku ingin memberimu ini…”
“Cartier…”
ucap Lisa lalu diam mematung menatap kotak perhiasan yang bahkan belum Dalton
buka untuknya.
“Lisa…”
panggil Dalton yang kaget dengan reaksi Lisa. Dalton berharap Lisa akan seceria
dan sesemangat saat menerima bunga tadi bukan diam termenung seperti itu memaku
menatap kotak perhiasannya.
Lisa
mengerjapkan matanya lalu tersenyum menatap Dalton. “I-ibuku pernah punya ini…”
ucap Lisa lalu duduk berhadapan dengan Dalton dan membuka kotak perhiasannya,
air matanya mengalir begitu saja. “Ini mahal, ibu pernah menjual gelangnya lalu
uang itu yang di gunakan untuk melunasi hutang waktu itu…” sambung Lisa yang
terlihat murung meskipun berusaha tersenyum. “A-aku mau mandi dulu, kamu bisa
makan duluan,” ucap Lisa pada Dalton lalu berjalan ke kamar mandi.
Dalton
memejamkan matanya sambil mengusap wajahnya. Ia tak bermaksud mengorek luka
lama Lisa. Dalton hanya berusaha membuatnya bahagia dan kembali ceria seperti
sebelumnya. Dalton tak menyangka ia bisa merasakan kesedihan Lisa seperti
halnya ia sendiri yang terluka.
“Lisa…”
panggil Dalton sambil mengetuk pintu kamar mandi Lisa karena sudah hampir
setengah jam di sana. Lisa tak menyahut, ia memilih melanjutkan mandinya
sementara Dalton kembali duduk diam menunggu Lisa selesai mandi.
Tak lama
Lisa keluar dari kamar mandinya. Lisa berjalan menuju kamarnya dan memakai
pakiannya, dress bunga-bunga kesukaan Dalton.
“Lisa, kalau
ada sesuatu yang membuatmu sedih, katakan saja padaku. Aku kan sekarang sudah
jadi kekasihmu, jangan menyembunyikan apapun dariku. Kamu tidak sendirian
lagi,” ucap Dalton sambil menatap Lisa.
Lisa
mengangguk lalu tersenyum. “Aku hanya tidak mau terlihat merepotkan, ku kira
kamu bakal pergi…”
“Tidak,
jangan berpikir begitu,” potong Dalton lalu menarik Lisa dalam dekapannya.
Dalton ingin mengaku semuanya pada Lisa lalu meminta maaf padanya tapi Dalton
juga terlalu takut dengan apapun reaksi Lisa. Dalton takut Lisa akan marah
padanya dan mengusirnya. Dalton terlalu takut untuk kehilangan Lisa. “Aku akan
terus bersamamu Lisa, aku janji…” bisik Dalton sambil mengelus bahu dan
punggung Lisa yang mulai menangis dalam dekapannya.
Lisa
tersenyum lalu mengangguk. “Dalton… terimakasih,” bisik Lisa yang hampir selalu
berterimakasih pada Dalton.
0 comments