BLANTERORBITv102

Bab 07 – Renofasi

Minggu, 21 Juli 2024

 


Lisa begitu ketakutan mendengar suara sirine pemadam kebakaran dan ambulance yang bersautan mengevakuasi dan berusaha memadamkan api di pabrik boneka tempatnya bekerja. Lisa yang sempat bertanya pada warga yang berlarian untuk membantu memadamkan api dan berkerumun ke lokasi tak memiliki keberanian untuk datang kesana.

Lisa hanya bisa diam di kamarnya sambil meringkuk ketakutan di dekat lilin yang ia nyalakan sebagai satu-satunya penerangan di rumahnya. Lisa sudah tak takut gelap dan hantu lagi sejak kejadian mengerikan yang menimpanya. Dulu memang awalnya Lisa takut, tapi sejak kejadian itu satu-satunya hal yang harusnya Lisa takuti adalah manusia bukan hantu apalagi kegelapan. Hanya manusia yang tega melukainya dan melakukan hal-hal jahat lainnya.

Hingga pagi menjelang Lisa baru bangun. Setelah matahari terbit, Lisa baru berani datang mendekat ke pabriknya yang sudah habis di lahap sang jago merah. Lisa melihat sekeliling, semalam hujan tidak turun padahal ini masih musim penghujan. Lisa menatap bosnya yang masih bisa selamat bahkan memarahi anak buahnya.

Lisa perlahan mundur menjauh dan kembali pulang. Lisa yang semula iba dan merasa senasip dengan bosnya seketika merasa apa yang menimpa pabrik tempatnya bekerja adalah hal wajar. Soal hujan yang selalu melindunginya juga ternyata tak datang pada bosnya. Mungkin hujan juga tau siapa yang harus ia lindungi, pikir Lisa sambil berjalan pulang dengan perasaan lega karena bosnya sudah terkena karmanya sendiri.

Lisa pergi ke pasar, membeli beberapa sayuran dan bumbu-bumbu. Lisa ingat nanti ada Dalton yang akan mengajak tukang listrik, karena Dalton bilang ia akan membantu Lisa membereskan rumahnya. Lisa jadi berpikir untuk memasak dan memberi sedikit makanan karena sudah membantunya mengurus rumah.

Lisa ingin menyuguhkan yang terbaik yang ia bisa. Lisa ingin memberikan makanan yang lezat dan sehat, ia sempat terpikir untuk membeli daging ayam tapi terlalu mahal, ingin memotong salah satu ayamnya tapi Lisa merasa sayang jika ayamnya di potong utuh satu ekor sementara masih bisa bertelur. Jadi ia hanya membeli bahan masakan yang sederhana dan semampunya saja.

“Dalton! Pagi sekali!” seru Lisa begitu ceria melihat Dalton yang berjalan menuju rumahnya sambil menenteng ranselnya.

Dalton tersenyum ceria lalu berlari pelan menghampiri Lisa. “Aku mengajak temanku,” ucap Dalton menunjukkan anak buahnya yang akan ikut membantu.

“Aku baru saja belanja, aku tidak tau kalau ada banyak yang akan membantu,” ucap Lisa yang kaget melihat banyaknya orang yang di ajak Dalton.

“Tidak apa-apa tidak usah repot memasak,” ucap Dalton ceria sementara anak buahnya yang biasa melihat Dalton dingin dan kejam serta hanya bicara seperlunya saja kaget melihat Dalton bisa begitu ceria dan tampak hangat saat bersama Lisa.

Lisa mengangguk lalu tersenyum. “Aku tidak kerepotan, aku suka memasak juga,” ucap Lisa lalu masuk melalui celah pagar samping sementara anak buah Dalton sedang mencoba membuka rantai di pintu depan dan langsung bergerak untuk membersihkan halaman juga tiap celah disana.

“Kalau banyak yang mengerjakan pasti cepat selesai,” ucap Lisa ceria sambil berjalan ke dapur.

Dalton mengangguk lalu memperhatikan Lisa yang sibuk dengan belanjaannya dari pasar. Mulai mencuci, mengupas hingga memotong dan memulai memasak bahan-bahan yang sudah ia beli. Sesekali Dalton terlihat berpura-pura ikut membersihkan bersama yang lain, tapi tetap saja Dalton lebih senang menemani Lisa sambil mengobrol.

“Mungkin setelah ini aku akan kembali berkebun, menanam sayuran, memelihara ayam, lalu menjual hasilnya di pasar,” ucap Lisa ceria menceritakan planningnya kedepan.

Dalton mengangguk sambil tersenyum ceria. “Aku akan mendukungmu,” ucap Dalton sambil mengacungkan jempolnya.

“Oh iya, kamu sudah dengar kabar kalau pabrik boneka tempatku bekerja kemarin terbakar?” tanya Lisa yang langsung di angguki Dalton. Seketika Dalton juga langsung serius mendengarkan apa yang akan Lisa katakan. “Semalam aku sangat ketakutan, jadi aku tidak berani kesana membantu memadamkan api. Tadi pagi aku kesana melihat bagaimana kondisinya. Tapi aku malah melihat bosku sedang marah-marah. Awalnya aku iba, eh… dia malah seperti itu. Yasudah mungkin memang karmanya, selain itu hujan juga tidak mau melindunginya. Aku sedih tapi juga senang,” ucap Lisa bercerita.

“Sedih? Senang? Kenapa?” tanya Dalton.

“Ya sedih, banyak orang yang bekerja di sana dan sekarang jadi menganggur. Tapi senang karena dia sering memarahiku sekarang sudah tidak punya apa-apa lagi. Ahh… sudahlah, aku merasa beberapa waktu ini seperti memiliki malaikat pelindung,” ucap Lisa lalu menatap Dalton sambil tersenyum lega.

Dalton ikut tersenyum bangga. Dalton makin merasa yakin untuk melindungi Lisa dengan sepenuh hati. Apalagi ia juga mendengar Lisa yang mengatakan jika ia merasa memiliki malaikat pelindung, Dalton makin merasa ingin memenuhi permintaan Lisa untuk selalu melindunginya.

“Lisa…”

“Permisi, mau benerin listrik,” ucap petugas yang datang untuk mengurus listrik di rumah Lisa.

Dalton hanya mengangguk dan mengurungkan niatnya untuk menanyai Lisa karena ia langsung sibuk mengarahkan petugas untuk mengecek listrik dan memasang lampu di rumah Lisa. Anak buah Dalton juga sibuk mengurus kebersihan halaman, mulai mencabut rumput-rumput liar, sampai mengecat ulang rumah Lisa agar terlihat layak huni kembali. Beberapa juga ada yang memperbaiki pagar dan kandang juga.

Lisa berusaha menyediakan makanan ringan seperti gorengan juga es untuk orang-orang yang membantunya mengurus rumah.


“Pantesan rasanya kayak gak asing sama tempat ini, ternyata kita pernah kesini,” gumam anak buah Dalton sambil terus bekerja membereskan pekarangan.

“Menurutmu apa Tuan Andreas jatuh cinta sama gadis miskin itu?”

“Tentu saja! Sudah jelas sekali terlihat!”

“Tapi sejak kapan hubungan mereka ya?”

“Itu tidak penting, yang penting kita mengerjakan tugas ini dengan baik dan berhenti memanggil Tuan Andreas dengan nama itu, biasakan memanggilnya Dalton saat ia disini sebelum kita pulang hanya sisa nama saja!”

“Hah iya ya…benar juga…”

Semua orang sibuk bergosip dan membicarakan Dalton yang sedang kasmaran dengan Lisa. Hingga menjelang sore semuanya sudah selesai. Semua tampak rapi kembali dan sudah siap huni seperti semula. Meskipun penataan bagian dalamnya masih belum bisa karena Lisa bilang ia akan merapikannya sendiri. Tapi yang jelas semua sudah selesai.

Anak buah Dalton juga langsung pulang, sementara Dalton masih tinggal untuk menumpang mandi dan makan malam berdua dengan Lisa.

“Lisa, apa boleh aku masih datang menemuimu setelah ini?” tanya Dalton meminta izin pada Lisa.

Lisa langsung mengangguk dengan sumringah. “Tentu, aku akan selalu menunggu kedatanganmu. Kapanpun datanglah, aku akan selalu menerimamu dan membukakan pintu untukmu,” ucap Lisa dengan ceria.

“Benarkah?” tanya Dalton sedikit ragu.

Lisa langsung mengangguk sambil mengacungkan kelingkingnya untuk mengikat janji bersama Dalton.

Dalton menautkan kelingkingnya dengan Lisa sambil tertawa kecil.

“Selama itu Dalton dan bukan gangster aku akan selalu menerimanya,” ucap Lisa lalu melepaskan tautan kelingkingnya sambil tersenyum.

Senyum Dalton perlahan luntur. Ia sadar ia adalah pemimpin kelompok gangster, cepat atau lambat Lisa pasti akan mengetahuinya.

“Kenapa begitu?” tanya Dalton penasaran berharap jawaban Lisa akan menyejukkan hatinya.

“Aku benci gangster, sangat membencinya. Mereka hanya bisa menghancurkan dan merenggut keluargaku. Meskipun mereka berbuat baik, pasti akan tetap berbuat jahat suatu saat lagi dan sangat berbahaya. Gangster selalu haus darah. Aku benci gangster,” jawab Lisa yang tampak sangat membenci gangster, bahkan keceriaan dan senyum manisnya juga langsung hilang, kehangatan yang selalu ia pancarkan seketika jadi sedingin es.

Dalton langsung menggeleng. “A-aku bukan gangster,” Dalton meutuskan menutupi jatidirinya daripada berpisah dengan Lisa. Toh dari awal ia juga mengaku sebagai pegawai bank, meskipun sebelumnya ia berniat untuk jujur dan menunjukkan siapa ia yang sebenarnya pada Lisa. Tapi mendengar jawaban Lisa, Dalton merasa terlalu takut untuk jujur padanya. Dalton belum siap kehilangan kebahagiaannya.




Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.