BLANTERORBITv102

Bab 08 – Pasar Malam

Minggu, 21 Juli 2024

 

Beberapa anak buah Dalton merasa senang melihat Dalton yang kembali tersenyum dan ceria kembali bersama Lisa. Lisa yang terlihat lusuh dan tak menarik perlahan juga merubah penilaian anak buah Dalton saat mereka bicara dengan Lisa dan melihat interaksi Lisa dengan Dalton. Lisa yang ramah dan penuh kehangatan juga tutur katanya yang lembut membuat orang-orang bisa paham kenapa Dalton menyukainya.

Dalton juga rajin menemui Lisa belakangan ini, entah mengajaknya jalan-jalan atau mengobrol santai di halaman sambil memandangi tanaman yang Lisa tanam. Kadang juga pergi ke pemakaman. Lisa tak tampak murung lagi, ia juga mulai bisa menghasilkan cukup uang dari hasil kebun dan telur-telur ayam yang ia hasilkan.

“Lisa, aku bawa ini,” seru Dalton menunjukkan sebuah selimut bulu yang baru ia beli untuk Lisa yang selalu menggunakan seprei sebagai selimutnya.

“Wah selimut!” seru Lisa melihat barang yang di tunjukkan Dalton dengan begitu ceria menyambut kedatangan Dalton.

“Lisa,” panggil Lani yang tiba-tiba berkunjung ke rumah Lisa begitu melihat ada Dalton yang baru saja sampai disana. “Ini aku membawakan sisa nasi untukmu,” ucap Lani sambil menyodorkan plastik berisi sisa-sisa nasinya yang seharusnya di buang tapi sengaja ia berikan pada Lisa.

“Terimakasih ya,” ucap Lisa lalu mencium bau nasi di dalam plastik yang di berikan Lani. “Ugh… ini cocok untuk kompos,” ucap Lisa lalu berjalan menuju tong tempatnya memfermentasi sampah-sampah rumah tangganya.

“Hai, aku Lani. Aku teman kerja Lisa di pabrik dulu,” ucap Lani mengajak Dalton berkenalan sambil mengulurkan tangannya.

Dalton tak menyaliminya Lani dan hanya mengabaikannya lalu memilih berjalan mengikuti Lisa.

“Lisa itu seleranya rendah…” ucap Lani pelan namun sudah cukup untuk menghentikan langkah Dalton dan membuatnya mau mendengarkan Lani sejenak. “Bukan cuma seleranya yang rendahan, harga dirinya juga rendahan, aku beberapa kali melihat orang-orang yang datang memberinya sisa sampah hanya untuk di buat kompos. Mana ada wanita terhormat yang mengotori tangannya untuk mengolah sampah, belum lagi bau badannya setiap selesai berkebun dan mengurus ternak. Ughhh… joroknya,” lanjut Lani bersemangat karena sadar Dalton mau menyemak ucapannya.

Dalton langsung mencengkram pipi Lani dalam sekali sautan tangan dengan cukup kuat. “Tutup mulut busukmu atau ku potong lidahmu,” bisik Dalton lalu menghempaskan Lani dan langsung berjalan menemui Lisa yang sedang mengaduk komposnya.

“Ini nanti semuanya kalo sudah di olah dengan baik bisa di gunakan kembali untuk pupuk, keluargaku selalu membuat kompos dulu. Tetanggaku kadang membagiku sampah basahnya dan meminta sedikit pupuk yang ku buat sebagai gantinya,” ucap Lisa pada Dalton menjelaskan pengelolaannya pada tiap lahan dan aset yang ia miliki.

“Kamu berbakat,” puji Dalton yang membuat Lisa tersipu.

“I-ini hanya karena aku sudah terbiasa melakukannya saja dulu,” ucap Lisa. “Eh! Lani…” panggil Lisa yang menyadari Lani langsung pulang dari rumahnya sambil berlari begitu saja.

“Biarkan saja,” ucap Dalton. “Oh iya aku tadi melihat ada pasar malam di lapangan, ayo kita kesana!” ajak Dalton mengalihkan perhatian Lisa.

Lisa langsung menganggukkan kepalanya. “Aku mandi dulu sebentar ya,” ucap Lisa lalu menutup tong komposnya dan berlari kedalam untuk mandi dan bersiap ke pasar malam bersama Dalton.

Dalton duduk menunggu Lisa sambil berkeliling rumah Lisa. Masih banyak ruangan yang kosong. Hanya kamar Lisa yang memiliki cukup banyak perabotan, tempat tidur dan lemari. Sisanya kosong meskipun sekarang sudah bersih dan catnya sudah diganti.

Dalton kembali duduk di dapur, hanya ada dua kursi dan satu meja makan, kompor, satu buah wajan dan panci, pisau, sendok, garpu, spatula, dan sendok sayur. Tak banyak bumbu dan bahan masakan juga di rumah Lisa. Tapi paling tidak air minum selalu ada.

Lisa memakai handuk besarnya untuk menutupi tubuh kecilnya lalu berlari menuju kamarnya setelah sempat meringis melihat Dalton yang menunggunya. Tak lama Lisa bersiap-siap. Rambutnya masih basah tapi sudah di sisir rapi, ia kembali menggunakan pakaian yang sama seperti saat ia bertemu dengan Dalton dulu.

“Ayo pergi!” ajak Lisa pada Dalton dengan senyum yang selalu menghiasi bibirnya.

“Kamu cantik pakek baju itu, aku suka,” puji Dalton sambil berjalan menuju pasar malam yang membuat Lisa tersipu.

“A-aku akan sering menggunakan ini kalau begitu,” ucap Lisa sambil memalingkan wajahnya menghindari tatapan Dalton.

Dalton ikut memalingkan wajahnya untuk menutupi senyumnya yang terpesona pada Lisa.

“Ah iya, seharusnya aku mengajak Lani. Dia pernah memintaku untuk mengenalkannya padamu, kurasa kalian cocok…” ucap Lisa yang terdengar sedikit sedih.

Dalton menaikkan sebelah alisnya lalu memesan dua buah jagung bakar dan duduk bersama Lisa. “Kenapa kamu berpikir begitu?” tanya Dalton.

“Entahlah, banyak yang bilang aku bau dan jorok. Jadi ku rasa kamu akan lebih cocok dengan wanita yang lebih baik daripada aku,” jawab Lisa sambil tersenyum meskipun tetap terlihat sedih. “M-maksudku, a-aku menyukaimu, kamu baik dan pengertian juga selalu ada untukku. A-aku hanya merasa…aku…ak-aku…”

“Lisa, ayo menghabiskan tiap sore bersama, mengobrol dan saling menguatkan. Aku ingin terus memandangmu,” potong Dalton sebelum Lisa makin kebingungan mencari pembenaran.

Lisa terdiam bingung dan senang mendengar ucapan Dalton lalu mengangguk dan tersenyum dengan sumringah.

“Aku tidak datang menemuimu karena kamu terlihat cantik saja, aku tidak menemuimu karena kamu pintar bersolek. Aku menemuimu dan memilihmu karena kamu Lisa,” ucap Dalton lalu menggenggam tangan Lisa.

Lisa menatap tangan besar Dalton yang dingin perlahan terasa hangat saat menggenggamnya. Bukan saja hangat karena genggamannya saja, tapi perasaan Lisa yang sebelumnya gundah juga jadi tenang. Ini kali pertamanya berpacaran dan mengenal laki-laki, mengenal Dalton dan merasakan segala kenyamanan darinya membuat Lisa merasa aman dan ingin terus bersama Dalton.

“Ini pesanannya…” sela tukang jagung bakar yang memberikan pesanan Dalton.

Dalton dan Lisa menerimanya lalu pelan-pelan memakannya dalam diam. Dalton yang memikirkan cara untuk menyatakan perasaannya lebih jelas lagi pada Lisa dan Lisa yang merasa tak perlu menanyakan bagaimana perasaan Dalton padanya lagi.

“Dalton, apa kamu punya pasangan?” tanya Lisa sebelum mulai menghabiskan jagungnya.

“Kamu, kamu pasanganku kan?” ucap Dalton yang malah balik tanya.

Lisa langsung tersenyum dan tersipu mendengar ucapan Dalton lalu refleks menyenggolnya dengan sikutnya.

Dalton tersenyum lalu tertawa kecil dan menghela nafas lalu membuang jagung bakarnya yang sudah habi ke tempat sampah. “Lisa mau jadi kekasihku?” tanya Dalton. Sungguh sebenarnya Dalton merencanakan sesuatu yang lebih gentleman dan romantis dari ini.

Lisa langsung mengangguk dan ikut membuang jagung bakarnya yang sudah habis ke tempat sampah.

Dalton kembali mengulurkan tangannya yang langsung di sambut oleh Lisa. Lisa terlihat canggung namun juga senang untuk pertama kalinya berjalan dengan Dalton sambil bergandengan tangan. Rasanya Lisa seperti ingin menangis teringat ayahnya yang dulu biasa menggandengnya saat bepergian dulu. Tangan besar yang selalu menjaganya dengan sepenuh hati.

“Tanganmu basah,” ucap Dalton yang menggenggam tangan Lisa. Lisa langsung menarik tangannya namun Dalton menahannya dengan mengeratkan genggamannya. “Tidak apa-apa, jangan gugup,” lanjut Dalton sambil menatap Lisa dengan lembut.

Lisa mengangguk lalu mengeratkan genggamannya dengan Dalton. Hari dimana Lisa dan Dalton resmi berpacaran adalah hari terbaiknya. Sialnya mereka jadian disamping pedangang jagung bakar dan di pasar malam keliling yang di dirikan mendadak di lapangan. Jauh dari kata romantis, tapi paling tidak Dalton dan Lisa sudah mengetahui perasaan satu sama lain sekarang.




Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.