Dalton pulang dengan perasaan yang begitu bercampur aduk. Ia senang bisa menghabiskan waktu dengan Lisa namun juga sedih secara tidak sengaja mengorek luka lama Lisa kembali. Meskipun pada akhirnya Lisa tetap menggunakan gelang pemberian Dalton dan terlihat senang, tapi bagi Dalton ia tetap merasa tidak nyaman.
Dalton
merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya. Pikirannya melayang-layang masih
teringat pada Lisa. Lisa yang sendirian di rumahnya yang besar dan sepi. Dalton
menatap sekeliling kamarnya. Suasananya sangat nyaman, sayang Lisa tak bisa ia
bawa kesana. Dalton memejamkan matanya membayangkan bila Lisa tinggal
bersamanya.
Perlahan
suasana hati Dalton menghangat. Ia begitu senang hanya dengan membayangkan bisa
tinggal bersama Lisa. Membayangkan tubuh ringkih Lisa yang aman berada dalam
dekapannya, saling menggenggam tangan lalu tidur sambil saling memeluk. Semakin
Dalton bayangkan, semakin ia merindukan Lisa.
“Tuan, Tuan
Besar ingin bicara…” panggil anak buah Dalton yang mengetuk pintu kamarnya.
Dalton beranjak
dari tempat tidurnya lalu melangkah menemui ayahnya. Belum Dalton bicara
menyampaikan laporannya Marco langsung menamparnya dengan buku dengan sampul hard
cover melampiaskan emosinya karena Dalton menolak Salma lagi.
Dalton
hanya diam pasrah tanpa perlawanan pada Ayahnya yang begitu marah dan terus
memukulinya dengan segala benda yang bisa ia raih. Dalton hanya diam tanpa
menjelaskan apapun. Usai Marco puas mengamuk dan melampiaskan semua emosinya
Dalton langsung bangkit dan pergi meninggalkannya begitu saja. Dalton mengambil
tas besar berisi uang tunai lalu ia juga langsung mengambil beberpa pakaiannya
sebelum akhirnya ia pergi membawa salah satu mobilnya.
“Kabari aku
jika terjadi sesuatu, aku hanya pergi menenangkan diri…” ucap Dalton pada anak buahnya
lalu pergi begitu saja.
●●●
Dalton
merebahkan tubuhnya di salah satu hotel yang malam ini jadi tempatnya bermalam.
Dalton memejamkan matanya lalu memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa
meyakinkan ayahnya jika pilihannya untuk mempertahankan Lisa dan hubungannya
adalah yang terbaik.
Dalton
ingin sesegera mungkin mengenalkan Lisa pada ayahnya, namun ia juga bingung
bagaimana caranya. Dalton juga ingin segera menikahi Lisa agar ia semakin jelas
memiliki Lisa secara utuh. Baik secara hukum maupun agama. Dalton memang
posesif.
Tapi
terlepas dari itu semua Dalton lebih suka memikirkan bagaimana besok ia akan
mulai mengisi rumah Lisa dengan perabotan dan mungkin ia bisa mulai tinggal
bersama juga di sana. Hanya membayangkannya saja Dalton sudah merasa bahagia
dan tak sabar untuk segera merealisasikannya.
Hingga pagi
menjelang, setelah sarapan di hotel sekaligus cek out dari sana. Dalton
langsung pergi ke toko perabotan dan meminta untuk melakukan pengiriman saat
itu juga. Dalton memilih kulkas, mesin cuci, lemari-lemari kecil, tempat tidur
beserta kasur dan peralatan tidur lainnya.
Dalton tak
bisa menyembunyikan kebahagiaannya bisa membali banyak perabotan untuk Lisanya.
Biasanya Dalton tidak menyukai hal ini, tapi karena ini ia lakukan untuk Lisa.
Dalton jadi merasa sangat bahagia saat melakukannya.
“Semuanya
25.000.000 tunai atau debit?” tanya petugas kasir yang sudah bersiap menyiapkan
pembayaran melalui debit.
“Cash,”
jawab Dalton santai lalu memberikan beberapa gepok uangnya. “Hitung!”
perintahnya dengan singkat.
Beberapa
orang yang melihat Dalton dengan santainya menenteng begitu banyak uang cash
cukup kaget, apa lagi uang itu tidak hanya yang dalton berikan ke petugas kasir
tapi tas yang ia tenteng sedari tadi ternyata di penuhi uang cash.
Usai
membayar semuanya dan bersiap datang dengan semua belanjaannya, Dalton langsung
tancap gas ke rumah Lisa. Perjalanan terasa sangat menyenangkan apa lagi begitu
Dalton datang Lisa sudah ada di depan rumah. Tapi rasa senang Dalton seketika
langsung hilang saat melihat Lisa yang tersenyum dan terlihat sedang mengobrol
dengan seorang pria.
Dalton
langsung menatap tajam ke arah pria tersebut.
“Bawa
masuk,” perintah Dalton pada petugas dari toko yang mengantar barang-barangnya.
“Dalton!
Banyak sekali barang-barangmu!” seru Lisa yang langsung menghampiri Dalton di
ikuti pria yang mengobrol dengannya tadi. “Oh iya, ini Dalton. Pacarku,” ucap
Lisa memperkenalkan Dalton dengan bangga.
“Hai, aku
Reno. Tetangga Lisa, aku sering melihatmu datang mengunjungi Lisa. Aku hanya
penasaran jadi aku kemari untuk menanyakannya langsung,” ucap Reno
memperkenalkan diri pada Dalton.
Dalton
hanya mengangguk sambil menatap dengan pandangan merendahkan pada pria bertubuh
gempal dan jauh lebih pendek darinya itu. “Pergilah kalau urusanmu sudah
selesai,” usir Dalton lalu masuk ke rumah Lisa mengarahkan petugas toko yang ia
bawa untuk menata barang-barangnya.
“Aku mau
mengurus perabotan Dalton dulu ya, da…” seru Lisa lalu mengikuti Dalton
sementara Reno mengangguk dan berjalan pergi dengan menaruh curiga setelah
melihat Dalton.
Pria itu
tidak asing, aku yakin pernah melihatnya sebelumnya tapi di mana… pikir Reno
sambil berjalan pulang. Reno terus mengingat ingat siapa Dalton, karena ia
merasa sudah pernah melihat pandangan dingin yang merendahkan itu sebelumnya.
Pria tampan bertubuh atletis dengan pandangan yang begitu angkuh.
●●●
“Wah kalau
begini aku bisa menyimpan banyak bahan makanan!” seru Lisa begitu senang
melihat kulkas yang baru di pasang di dapurnya juga mesin cuci yang sedang di
atur di belakang.
Dalton
mengangguk sambil tersenyum senang melihat reaksi Lisa. “Aku boleh memakai
kamar yang ini?” tanya Dalton memastikan.
Lisa
langsung mengangguk lalu membukakan pintu untuk Dalton. “Aku akan membantumu
merapikan barang-barangmu,” ucap Lisa dengan ceria.
“Letakkan
di tengah,” ucap Dalton memberi instruksi pada petugas toko yang mengangkat
tempat tidurnya. “Lemarinya di sana,” ucap Dalton lagi sambil menunjuk ke ujung
kamar.
“Apa semua
barangmu sudah di bawa?” tanya Lisa penasaran sambil mengikuti Dalton yang
berjalan ke mobilnya.
Dalton
menggeleng pelan. “Belum, masih ada beberapa yang belum ku bawa. Besok
pelan-pelan aku akan memindahkannya kemari semua,” ucap Dalton lalu merangkul
Lisa.
Lisa
mengangguk paham. “Jadi kamu akan tinggal denganku?” tanya Lisa antusias sambil
mendongakkan kepalanya untuk menatap Dalton.
Dalton
mengangguk. “Aku ingin tinggal denganmu, dalam waktu yang sangat lama,” jawab
Dalton yang sukses membuat Lisa mengembangkan senyumnya. “Kalau aku tinggal
selamanya denganmu boleh?” tanya Dalton sambil mengeratkan rangkulannya di bahu
Lisa.
Lisa
langsung cemberut dan menggeleng. “Tidak boleh!” seru Lisa. “Aku hanya akan
tinggal selamanya bersama suami dan anakku saja,” jelas Lisa.
“Hmm… jadi
ini kode agar kita cepat menikah hmm?” goda Dalton sambil menaikkan sebelah
alisnya yang sukses membuat Lisa tersipu malu.
“T-tidak!”
seru Lisa yang langsung memalingkan wajahnya yang seketika memerah karena
keceplosan mengkode Dalton.
“Benarkah
hmm…” Dalton membungkukkan badannya agar sejajar dengan Lisa sambil menatap
wajahnya yang memerah. “Jadi tidak mau menikah denganku?” tanya Dalton yang
sengaja menggoda Lisa hingga ia makin salah tingkah dan sudah memanyunkan
bibirnya.
“Em…ma-mak-maksudku…”
belum Lisa menyampaikan alasannya untuk berkelit Dalton sudah mengecup bibirnya
lalu tersenyum puas sudah menggoda Lisa.
Lisa
membelalakkan matanya kaget karena Dalton mencuri ciuman pertamanya. “Dalton!”
seru Lisa sambil memukul bahu Dalton sembari mendorongnya pelan.
Dalton
tertawa terbahak-bahak melihat reaksinya. “Apa?” sautnya santai lalu kembali
mencuri ciuman dari bibir Lisa dengan lembut lalu menatap matanya dengan tenang.
“Ayo menikah…”
0 comments