BLANTERORBITv102

Bab 12 – Pindah

Minggu, 21 Juli 2024

Dalton pulang dengan perasaan yang begitu bercampur aduk. Ia senang bisa menghabiskan waktu dengan Lisa namun juga sedih secara tidak sengaja mengorek luka lama Lisa kembali. Meskipun pada akhirnya Lisa tetap menggunakan gelang pemberian Dalton dan terlihat senang, tapi bagi Dalton ia tetap merasa tidak nyaman.

Dalton merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya. Pikirannya melayang-layang masih teringat pada Lisa. Lisa yang sendirian di rumahnya yang besar dan sepi. Dalton menatap sekeliling kamarnya. Suasananya sangat nyaman, sayang Lisa tak bisa ia bawa kesana. Dalton memejamkan matanya membayangkan bila Lisa tinggal bersamanya.

Perlahan suasana hati Dalton menghangat. Ia begitu senang hanya dengan membayangkan bisa tinggal bersama Lisa. Membayangkan tubuh ringkih Lisa yang aman berada dalam dekapannya, saling menggenggam tangan lalu tidur sambil saling memeluk. Semakin Dalton bayangkan, semakin ia merindukan Lisa.

“Tuan, Tuan Besar ingin bicara…” panggil anak buah Dalton yang mengetuk pintu kamarnya.

Dalton beranjak dari tempat tidurnya lalu melangkah menemui ayahnya. Belum Dalton bicara menyampaikan laporannya Marco langsung menamparnya dengan buku dengan sampul hard cover melampiaskan emosinya karena Dalton menolak Salma lagi.

Dalton hanya diam pasrah tanpa perlawanan pada Ayahnya yang begitu marah dan terus memukulinya dengan segala benda yang bisa ia raih. Dalton hanya diam tanpa menjelaskan apapun. Usai Marco puas mengamuk dan melampiaskan semua emosinya Dalton langsung bangkit dan pergi meninggalkannya begitu saja. Dalton mengambil tas besar berisi uang tunai lalu ia juga langsung mengambil beberpa pakaiannya sebelum akhirnya ia pergi membawa salah satu mobilnya.

“Kabari aku jika terjadi sesuatu, aku hanya pergi menenangkan diri…” ucap Dalton pada anak buahnya lalu pergi begitu saja.

●●●

Dalton merebahkan tubuhnya di salah satu hotel yang malam ini jadi tempatnya bermalam. Dalton memejamkan matanya lalu memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa meyakinkan ayahnya jika pilihannya untuk mempertahankan Lisa dan hubungannya adalah yang terbaik.

Dalton ingin sesegera mungkin mengenalkan Lisa pada ayahnya, namun ia juga bingung bagaimana caranya. Dalton juga ingin segera menikahi Lisa agar ia semakin jelas memiliki Lisa secara utuh. Baik secara hukum maupun agama. Dalton memang posesif.

Tapi terlepas dari itu semua Dalton lebih suka memikirkan bagaimana besok ia akan mulai mengisi rumah Lisa dengan perabotan dan mungkin ia bisa mulai tinggal bersama juga di sana. Hanya membayangkannya saja Dalton sudah merasa bahagia dan tak sabar untuk segera merealisasikannya.

Hingga pagi menjelang, setelah sarapan di hotel sekaligus cek out dari sana. Dalton langsung pergi ke toko perabotan dan meminta untuk melakukan pengiriman saat itu juga. Dalton memilih kulkas, mesin cuci, lemari-lemari kecil, tempat tidur beserta kasur dan peralatan tidur lainnya.

Dalton tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya bisa membali banyak perabotan untuk Lisanya. Biasanya Dalton tidak menyukai hal ini, tapi karena ini ia lakukan untuk Lisa. Dalton jadi merasa sangat bahagia saat melakukannya.

“Semuanya 25.000.000 tunai atau debit?” tanya petugas kasir yang sudah bersiap menyiapkan pembayaran melalui debit.

“Cash,” jawab Dalton santai lalu memberikan beberapa gepok uangnya. “Hitung!” perintahnya dengan singkat.

Beberapa orang yang melihat Dalton dengan santainya menenteng begitu banyak uang cash cukup kaget, apa lagi uang itu tidak hanya yang dalton berikan ke petugas kasir tapi tas yang ia tenteng sedari tadi ternyata di penuhi uang cash.

Usai membayar semuanya dan bersiap datang dengan semua belanjaannya, Dalton langsung tancap gas ke rumah Lisa. Perjalanan terasa sangat menyenangkan apa lagi begitu Dalton datang Lisa sudah ada di depan rumah. Tapi rasa senang Dalton seketika langsung hilang saat melihat Lisa yang tersenyum dan terlihat sedang mengobrol dengan seorang pria.

Dalton langsung menatap tajam ke arah pria tersebut.

“Bawa masuk,” perintah Dalton pada petugas dari toko yang mengantar barang-barangnya.

“Dalton! Banyak sekali barang-barangmu!” seru Lisa yang langsung menghampiri Dalton di ikuti pria yang mengobrol dengannya tadi. “Oh iya, ini Dalton. Pacarku,” ucap Lisa memperkenalkan Dalton dengan bangga.

“Hai, aku Reno. Tetangga Lisa, aku sering melihatmu datang mengunjungi Lisa. Aku hanya penasaran jadi aku kemari untuk menanyakannya langsung,” ucap Reno memperkenalkan diri pada Dalton.

Dalton hanya mengangguk sambil menatap dengan pandangan merendahkan pada pria bertubuh gempal dan jauh lebih pendek darinya itu. “Pergilah kalau urusanmu sudah selesai,” usir Dalton lalu masuk ke rumah Lisa mengarahkan petugas toko yang ia bawa untuk menata barang-barangnya.

“Aku mau mengurus perabotan Dalton dulu ya, da…” seru Lisa lalu mengikuti Dalton sementara Reno mengangguk dan berjalan pergi dengan menaruh curiga setelah melihat Dalton.

Pria itu tidak asing, aku yakin pernah melihatnya sebelumnya tapi di mana… pikir Reno sambil berjalan pulang. Reno terus mengingat ingat siapa Dalton, karena ia merasa sudah pernah melihat pandangan dingin yang merendahkan itu sebelumnya. Pria tampan bertubuh atletis dengan pandangan yang begitu angkuh.

●●●

“Wah kalau begini aku bisa menyimpan banyak bahan makanan!” seru Lisa begitu senang melihat kulkas yang baru di pasang di dapurnya juga mesin cuci yang sedang di atur di belakang.

Dalton mengangguk sambil tersenyum senang melihat reaksi Lisa. “Aku boleh memakai kamar yang ini?” tanya Dalton memastikan.

Lisa langsung mengangguk lalu membukakan pintu untuk Dalton. “Aku akan membantumu merapikan barang-barangmu,” ucap Lisa dengan ceria.

“Letakkan di tengah,” ucap Dalton memberi instruksi pada petugas toko yang mengangkat tempat tidurnya. “Lemarinya di sana,” ucap Dalton lagi sambil menunjuk ke ujung kamar.

“Apa semua barangmu sudah di bawa?” tanya Lisa penasaran sambil mengikuti Dalton yang berjalan ke mobilnya.

Dalton menggeleng pelan. “Belum, masih ada beberapa yang belum ku bawa. Besok pelan-pelan aku akan memindahkannya kemari semua,” ucap Dalton lalu merangkul Lisa.

Lisa mengangguk paham. “Jadi kamu akan tinggal denganku?” tanya Lisa antusias sambil mendongakkan kepalanya untuk menatap Dalton.

Dalton mengangguk. “Aku ingin tinggal denganmu, dalam waktu yang sangat lama,” jawab Dalton yang sukses membuat Lisa mengembangkan senyumnya. “Kalau aku tinggal selamanya denganmu boleh?” tanya Dalton sambil mengeratkan rangkulannya di bahu Lisa.

Lisa langsung cemberut dan menggeleng. “Tidak boleh!” seru Lisa. “Aku hanya akan tinggal selamanya bersama suami dan anakku saja,” jelas Lisa.

“Hmm… jadi ini kode agar kita cepat menikah hmm?” goda Dalton sambil menaikkan sebelah alisnya yang sukses membuat Lisa tersipu malu.

“T-tidak!” seru Lisa yang langsung memalingkan wajahnya yang seketika memerah karena keceplosan mengkode Dalton.

“Benarkah hmm…” Dalton membungkukkan badannya agar sejajar dengan Lisa sambil menatap wajahnya yang memerah. “Jadi tidak mau menikah denganku?” tanya Dalton yang sengaja menggoda Lisa hingga ia makin salah tingkah dan sudah memanyunkan bibirnya.

“Em…ma-mak-maksudku…” belum Lisa menyampaikan alasannya untuk berkelit Dalton sudah mengecup bibirnya lalu tersenyum puas sudah menggoda Lisa.

Lisa membelalakkan matanya kaget karena Dalton mencuri ciuman pertamanya. “Dalton!” seru Lisa sambil memukul bahu Dalton sembari mendorongnya pelan.

Dalton tertawa terbahak-bahak melihat reaksinya. “Apa?” sautnya santai lalu kembali mencuri ciuman dari bibir Lisa dengan lembut lalu menatap matanya dengan tenang. “Ayo menikah…”




Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.