0
Home  ›  Chapter  ›  Diplomatic Marriage

Bab 03 – Berjabat Tangan

Bab 03 – Berjabat Tangan-1


Pagi ini terasa begitu indah bagi Evander. Baru membuka mata ia sudah melihat istrinya meringkuk di bawah ketiaknya sembari memeluknya seolah sedang meminta perlindungan. Wajah Avena terlihat begitu damai. Dunia terasa tentram jika Evander ada di sebelah Avena.

“Avena…” panggil Evander pelan coba membangunkan istrinya karena nanti mereka akan berkunjung ke istana.

“Emhhh…” Avena mengerang pelan.

“Kita ada janji dengan raja,” ucap Evander mengingatkan Avena yang sukses membuat gadis itu terlonjak kaget.

Evander tersenyum melihat Avena yang langsung terkesiap. Avena langsung terburu-buru keluar dari kamar Evander. Tapi tak berselang lama Avena kembali ke kamar Evander, Evander yang baru turun dari tempat tidur sempat mengira jika ada barang yang tertinggal hingga istrinya kembali lagi. Betapa terkejutnya Sang Jendral ketika Avena memeluknya dan berjinjit dengan susah payah untuk menciumnya lalu kembali berlari keluar.

Evander dibuat tersipu oleh tingkah menggemaskan Avena yang sukses membuatnya berbunga-bunga pagi ini. Sementara Avena merasa bodoh sudah bermanja dengan Evander barusan. Meskipun disisi lain ia juga yakin Evander tak akan marah dengan apa yang ia lakukan barusan dan sama berbunga-bunganya dengan Avena.

Avena bersiap di kamarnya. Mematut beberapa gaun yang ada di lemarinya, baik yang ia bawa dari kerajaannya sendiri maupun yang sudah di siapkan Evander. Avena juga merias dan menata rambutnya, Margot juga ikut membantunya.

“Cantik. Terimakasih…” ucap Avena yang terpana dengan hasil penataan rambutnya dari Margot.

Margot hanya diam mencoba menjaga jarak dari Avena, meskipun pujian tadi juga membuatnya senang.

Avena lanjut menikmati sarapannya bersama Evander sebelum akhirnya berangkat ke kerajaan dengan mobil. Ini kali pertama Avena tau jika di kerajaan besar tak hanya raja yang bisa menggunakan mobil, tapi jendral perangnya juga bisa.

“Suka?” tanya Evander yang melihat Avena terpana dengan kendaraannya.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

Avena mengangguk dengan senyum manisnya yang selalu sukses melelehkan hatinya. “Aku sedikit gugup,” ucap Avena bersamaan dengan senyumnya yang memudar.

“Kenapa?” tanya Evander sembari menatap Avena sekilas.

“Ya… rasanya ini kali pertamaku pergi ke kerajaan lain…kau paham…em…rasanya seperti…ah…aku jadi takut, takut salah bicara, salah bersikap, salah bertindak. Nanti aku jadi tidak sengaja menyebabkan perang,” jawab Avena yang terdengar begitu polos dan penuh pertimbangan.

Evander tertawa mendengar ucapan istrinya. Baru kali ini ia mendengar pertimbangan sematang ini dari seorang wanita. “Aku kan suamimu, aku tidak akan menyerang kerajaanmu Tuan Putri Avena.”

Avena tersipu mendengar ucapan Evander lalu ikut tertawa bersamanya. Avena dan Evander begitu menikmati perjalanannya. Beberapa masyarakat juga menatap mereka, beberapa bahkan sampai menghentikan aktivitasnya sejenak begitu mendengar suara mobil milik Evander akan melintas.

“Aku akan banyak diam,” ucap Avena sembari mengepalkan tangannya dengan penuh keyakinan.

Evander tersenyum mendengar ucapan Avena. Senyuman yang jarang terlihat bahkan rakyatnya sendiripun jarang melihatnya. Evander yang jarang tersenyum terlihat begitu menawan, berkali lipat dari biasanya karena senyumnya begitu lepas. Berbeda dengan biasanya yang hanya tersenyum untuk basa-basi semata.

“Aku jadi banyak tertawa saat bersamamu…”

“Lihat! Ikan!” seru Avena yang malah fokus pada nelayan yang baru tiba dipasar saat berpapasan dijalan. “Pasti enak jika di buat sup.” Lanjutnya dengan polos yang mengabaikan ucapan Evander namun tetap membuatnya senang.

Evander suka dengan cara Avena mengungkapkan perasaan dan pikirannya dengan begitu polos dan apa adanya. Rasanya seperti memiliki adik kecil yang harus ia jaga, sekaligus pasangan yang membuatnya bangga disaat bersamaan. Evander begitu menikmati waktunya hingga mereka sampai di istana.

Avena sempat ikut masuk, membungkuk memberi hormat pada Raja Hannes lalu duduk dihadapannya bersama Evander yang akan mengambil liburannya untuk bulan madu. Tentu bukan hal sulit untuk sekedar memberikan jatah liburan. Tapi setelahnya Evander dan Raja Hannes larut pada obrolan mereka yang begitu asik. Sadar mungkin Avena akan bosan Raja Hannes memberitau jika ia memiliki kebun tanaman herbal dan meminta pelayannya menemani Avena kesana.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

“Aku akan menyusul,” ucap Evander sembari membiarkan istrinya berkeliling di taman tanpa pengawasannya.

Avena melangkah keluar bersama pelayan lalu sedikit membungkukkan badannya ketika berpapasan dengan Pangeran Rhory. Avena tak yakin siapa Rhory sebenarnya, tapi melihat pelayan dan yang lainnya membungkuk untuknya Avena langsung mengambil kesimpulannya sendiri.

Rhory menatap Avena sejenak. Gadis itu tak coba untuk menggodanya, tidak genit dan terlihat berbeda. Dari bentuk wajah dan warna kulitnya yang terlihat seperti porselen membuatnya terpesona. Rhory sudah menebak jika Avena adalah gadis yang dipilihkan untuknya, untuk jadi permaisurinya. Tapi sayang begitu ia masuk kedalam ruangan, ia mendapati Evander disana.

“Perang kali ini biar Rhory yang turun, dia harus menunjukkan kekuatannya sebagai pewaris tahta,” ucap Raja Hannes.

Evander langsung mengangguk dengan patuh dan tak banyak bicara. Ia ingin ikut berperang dan memamerkan kebolehannya pada Avena, tapi ia sudah terlanjur mengatakan kalau ia akan mengambil liburannya. Selain itu Evander yakin jika cepat atau lambat ia juga harus berhenti berperang.

“Istriku ingin menanam beberapa tanaman herbal juga di rumah, mungkin aku juga akan berkunjung ke Astoria juga,” ucap Evander yang di setujui Raja Hannes.

***

Rhory menatap di kejauhan setelah pertemuan singkatnya, sebelum ia akan sibuk dengan segala persiapan perangnya. Rhory melihat Avena yang tampak begitu anggun di taman bersama pelayan dan Evander yang menemaninya. Evander terlihat lebih manusiawi dan tak sedingin juga sekaku biasanya. Harusnya sebagai bagian dari kerajaan Evander tak boleh menunjukkan kemesraannya di publik.

Tapi entah sial atau beruntung. Posisinya yang hanya sebagai jendral militer tak membuatnya di kenai aturan itu, karena bukan murni anggota kerajaan. Evander jadi bebas mengecup, memeluk, merangkul, dan bergandengan dengan istrinya.

Rhory juga menginginkan itu. Menginginkan hal yang sama seperti yang dimiliki Evander. Ia menginginkan Avena juga. Gadis manis yang polos dan penuh perhatian.

“Kau perlu mencari istri juga,” ucap Hannes yang memperhatikan kemana putranya melihat. “Setelah kemenanganmu, akan ku kenalkan pada Putri Priscila.”

Rhory hanya diam lalu mengangguk sebelum mengalihkan pandangannya dan pergi ke barak militer.

“Dengan jahe ini nanti akan ku masakkan ikan yang super istimewa!” ucap Avena begitu optimis dan ceria sembari menggenggam jahe yang baru ia ambil sembari berjalan bersama dengan Evander.

“Oke oke, aku akan menunggu masakanmu,” ucap Evander menuruti Avena sebelum ia membungkukkan badannya untuk memberi hormat pada Rhory yang kembali di ikuti Avena. “Pangeran, ini istriku Avena, dari kerajaan Astoria.” Evander mengenalkan istrinya.

Avena kembali membungkuk sambil tersenyum sementara Rhory hanya bisa diam terpukau dengan kecantikan Avena. Rhory hanya diam lalu berdeham sebentar dan mengangguk sebelum ia kembali berpura-pura cuek dan melanjutkan langkahnya.

Sungguh Rhory ingin memandangi Avena lebih lama. Bibir semerah delima, semu dipipinya, rambutnya yang ikal bergelombang dan ditata rapi, sedikit wangi bunga yang terhembus oleh udara di taman. Semuanya membuat Rhory makin menginginkan Avena. Ini bukan kali pertamanya tapi ini kali pertamanya bertemu Avena secara langsung dengan minim riasan, tak seperti saat pesta pernikahannya dulu.

Rhory jadi paham kenapa Evander jadi lebih hangat dan jadi tiba-tiba kalem sekarang ini. Melihat bagaimana Avena yang ceria dan manis tadi, rasanya sudah menjawab semuanya. Rhory juga akan pulang lebih awal untuk menemui Avena jika gadis itu jadi istrinya.

“Avena Espen…” gumam Rhory lalu memejamkan matanya karena melewatkan kesempatan untuk berjabat tangan dengannya barusan.

 Bab 03 – Berjabat Tangan-2

11
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share