BLANTERORBITv102

Epilog

Minggu, 21 Juli 2024


"Kalian kemana saja? " tanyaku sambil makan malam bersama.

"Amerika... " jawab Anais santai lalu menambahkan beberapa potong daging untukku. "Suamiku kelihatan kurus... " ucapnya lalu mengecup pipiku.

"Galih? " tanyaku pada suami Tania yang ikut makan bersama kami.

"Itu, saya pendidikan... " jawabnya.

"Tania temenin Galih, jadi aku sama Andi... " ucap Anais ikut menjelaskan.

"Kenapa tidak memberiku kabar? " kesalku.

"Ku kira kau butuh waktu sendiri... " jawab Anais lalu menyuapiku sebelum aku mengomel.

Aku masih cemberut dan memasang wajah kesal dan marah. Meskipun aku tak benar-benar marah atau kesal, sungguh. Saat ini aku sangat bahagia bisa berkumpul dengan keluargaku lagi. Rasanya sangat menenangkan.

Usai makan malam, Andi ikut Tania pergi ke rumah mertuanya. Agak sedih rasanya saat rumah kembali sepi. Tapi aku jadi bisa menghabiskan waktu dengan Anaisku.

Aku terus memandangi Anais yang tidur di sampingku. Aku juga terus memeluknya dan sesekali mencium keningnya. Sementara diam pasrah dengan apa yang ku lakukan. Meskipun sesekali ia tertawa geli lalu mengelus dadaku atau bahuku.

"Aku kangen kamu... Kangen Andi... Kangen Tania juga... " ucapku lalu mengelus pipinya.

"Aku lebih kangen kamu... " ucapnya lalu mengecup bibirku. "Waktu itu aku mau tunggu kamu di sini sama Andi, tapi Yohana dateng minta warisannya dari Burhan. Dia dateng, marah-marah sama suaminya yang baru. Aku gak mau Andi kenapa-napa jadi ku ajak pulang ke rumahku. Karena kebetulan Galih sama Tania pergi keluar negri, aku ikutan aja... " lanjutnya sedikit bercerita tentang kekacauan yang sudah terlewat itu.

"Terus sekarang gimana? " tanyaku sedikit penasaran.

"Aku pakek pengacara buat urus ini... Akhirnya kita menang, tapi untuk win win solution aku gak menuntut dia apa-apa dan yah... Dia boleh ambil barang-barangnya yang ada di sana... " jawab anais sambil tersenyum.

Kami kembali terdiam dan hanya saling memandangi satu sama lain. Jelas kami saling merindu. Bahkan saat kami saling membelai satu sama lain jelas tersirat rindu yang mendalam.

"Apa sekarang... Kamu... Cinta aku? " tanyanya dengan mata yang mulai berkaca-kaca penuh harap.

"Ya... " jawabku singkat, berusaha jujur dengan hatiku.

Anais langsung memelukku erat sambil menangis haru. Sementara aku hanya bisa mengelus punggungnya dengan rasa bahagia. Aku belum pernah sesenang dan sebahagia ini sebelumnya. Hanya Anais yang bisa membuatku begini.

●●●

Hariku makin berwarna sejak Anais dan yang lain kembali. Ku rasa hatiku juga begitu. Aku dan Anais terus bersama membesarkan Andi yang di tinggal ayahnya dan di telantar kan ibunya. Aku juga mulai meninggalkan pekerjaan ku sebagai psikiater dan beralih kembali menjadi model untuk perusahaan fashion milik Anais.

"Opa, hari ini kita beli tas? " tanya Andi sambil memelukku dari belakang.

"Adek tasnya kan dah banyak... " godaku.

"Tapi aku mau SD loh... " jawabnya sambil melirik pada Anais. "Jadi harus beli tas baru, begitu... " sambungnya sambil menatap Anais meminta persetujuan.

"Iya beli... " jawab Anais lalu mengecup pipi Andi dengan gemas.

"Kamu dah janji gak manjain Andi kan? " tanyaku mengingatkan Anais.

"Cuma beli peralatan sekolah, sayang... " jawabnya lalu mengecup pipiku.

Akhirnya aku menuruti permintaan Andi dan Anais ini. Kami pergi ke salah satu mall sekalian makan malam di sana dan berbelanja.

Andi dan Anais sangat bersemangat untuk membeli perlengkapan sekolah. Bahkan jadi membeli beberapa mainan dan jajanan karena lapar mata.

Acara rutin ku yang dulu paling ku benci kini menjadi hal yang paling ku sukai. Menemani belanja dan memanjakan anak-anak juga istriku.

"Mama... " ucap Andi yang melihat Yohana tengah menggendong seorang anak perempuan sambil menggandeng seorang pria.

Yohana tampak terdiam menatap Andi, lalu aku dan Anais. Andi tampak berkaca-kaca melihat Yohana, mungkin sudah rindu. Tapi Andi langsung mundur begitu Yohana mendekat.

Aku dan Anais langsung membawa Andi pergi. Aku juga langsung menggendong Andi sebelum ia menangis.

"Kenapa mama sama dia? " tanya Andi dengan nafasnya yang tersengal menahan tangis.

"Soalnya mama sudah punya keluarga baru... " jawab Anais lembut. "Andi kan ada oma sama opa jangan sedih ya... " sambungnya lalu mengecup pipi Andi yang sedih.

●●●

Beberapa tahun berlalu dan kami terus berusaha mendidik Andi dengan baik, sampai Andi bisa mulai meneruskan bisnis kami dengan baik. Tania juga sudah memiliki seorang anak laki-laki yang di beri nama Key dan anak perempuan kembar yang kerap di panggil Dil dan Lil yang sudah mulai dewasa.

Aku senang keluargaku harmonis dengan kehidupan baruku dengan Anais. Aku merasa siap untuk hidup lebih lama lagi. Apa lagi cucuku sudah mapan begini.

"Apa kamu butuh semir? " tanya Anais lalu duduk di sampingku sambil memperhatikan ikan koi di kolam.

"Apa maksudmu? " jawabku yang balik tanya dengan heran.

Anais mulai tersenyum lalu mengelus rambutku. "Semirmu pudar atau mulai beruban? " tanyanya menegaskan.  

Aku langsung membelalakkan mata tak percaya dengan ucapannya. Aku punya uban! Akhirnya! Dengan cepat aku masuk ke kamar dan bercermin di meja rias nya. Aku benar-benar memiliki uban.

"Jadi kamu sudah mulai menua? " tanyanya lalu memelukku dari belakang.

"Entahlah... " jawabku lalu menatapnya sumringah.

Terlihat semburat keriput di tangan juga wajahnya. Kami tersenyum bersama, akhirnya kami menua setelah sekian lama. Aku yakin dan siap untuk kembali lagi kapanpun, kurasa Anais juga begitu.

"Opa, oma... " panggil Andi lalu masuk ke kamar kami. "Ada tamu... " ucapnya.

Aku dan Anais langsung keluar dengan terburu-buru.

"Aux... " ucapku terkejut melihat siapa yang datang bertamu.

"Long time no see... Chevas... Anais..."

End



Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.