BLANTERORBITv102

Bab 10

Minggu, 21 Juli 2024

 


"Kenapa datang lagi? Ada masalah apa? " tanya Marco begitu melihatku yang datang lagi ke rumahnya.

"Ini, ku kembalikan... Aku mau tidak membutuhkan itu lagi... " jawabku lalu memberikan kartu identitas ku padanya.

"Ada apa? " tanyanya penasaran sambil menerima identitas palsuku itu.

"Aku akan kembali ke keluargaku, cucuku, dan menghabiskan waktu bersama istriku... " jawabku sambil tersenyum sumringah.

Marco ikut tersenyum mendengar jawabanku. Tangannya terulur lalu menggenggam tanganku.

"Aku ikut senang... " ucapnya tulus. "Ini , ini kartu nama anakku... Thomas... Kalau kamu butuh bantuan orang seperti ku temui dia... " sambungnya lalu memberikan sebuah kartu nama untukku.

Aku hanya mengangguk lalu meletakkannya di meja.

"Aku pulang... " pamitku lalu pergi tanpa membawa kartu nama itu.

●●●

Aku terus membayangkan sambutan hangat dari keluargaku, atau omelan dari mereka. Itu makin membuatku tak sabar ingin bertemu. Ingin kembali. Tak masalah bila mereka akan mencaciku atau marah-marah dulu, yang jelas aku akan tetap disana. Bersama mereka lagi.

Rasanya aku belum pernah seberdebar ini sebelumnya. Tidak pada siapapun, bahkan Caterina sekalipun. Perasaan ini...

Tapi begitu sampai di rumahku, rumahku sudah sangat tak terurus, ilalang tumbuh tinggi dan liar, bahkan ada biawak masuk ke dalam rumah juga. Penuh debu, benar-benar kacau.

Tak mau repot mengurus rumah, aku beralih ke rumah Burhan dulu. Kondisinya kosong. Meskipun tak sekotor dan semengenaskan rumahku. Tapi tetap saja rumah itu kosong tak berpenghuni.

Tak putus asa, aku pergi ke rumah Anais. Tak ada hasil apa-apa yang kudapat. Semua pergi. Kemana mereka?

Pikiranku mulai kacau dan panik. Aku tak bisa menemukan mereka. Bahkan para pegawai Anais pun tak tau ia pergi kemana.

Mau tak mau, aku kembali ke rumahku yang kacau itu. Mencari beberapa orang untuk membantuku mengurus rumah itu. Sampai akhirnya layak huni lagi.

Sendirian...

Hanya mengerjakan aktivitas membosankan di rumah, mungkin sesekali keluar. Untuk cukur atau membeli bunga tiap minggunya. Berharap Anais dan yang lain cepat kembali. Aku merindukannya dan yang lain juga.

Aku bahkan sudah mulai bosan melihat foto dan apalah yang biasaku lakukan. Sampai akhirnya aku teringat soal catatan Tania untukku beberapa waktu lalu. Aku buru-buru mencarinya. Setelah menemukan catatan itu aku buru-buru menyalakan pergi ke kota.

Aku tak tahu merek seperti apa yang bagus untukku. Aku hanya datang, memberikan uangku, dan menunggu sampai SPG itu selesai mengurus ponsel baruku. Aku sempat di ajari sedikit cara menggunakannya. Aku hanya perlu mengunggah sebuah foto dan semoga tania melihatnya.

●●●

Aku terus menunggu dengan optimis sampai akhirnya ada pesan masuk ke ponselku. Dengan terburu-buru aku membukanya, berharap Tania atau Anais yang menghubungiku. Entahlah apa aku yang terlalu semangat atau bagaimana. Tapi ini sungguh memuakkan, kiriman pesan dari operator seluler?! Oh ayolah, yang benar saja ! Bukan ini yang ku tunggu!

Dengan rasa kesal aku membuang ponselku ke dalam kolam dengan kesal. Semua usah sudahku lakukan. Bahkan aku sampai menunggu begitu lama. Apa Anais setega ini padaku?

Aku hanya diam, dan masih menunggu. Sesekali aku duduk di teras, barang kali ada Anais atau Tania yang datang. Cih... Harapan macam apa itu. Bodoh dan konyol sekali aku ini.

"Ken... " sapa seorang pria yang datang dengan setelan rapi dan rambut yang mengkilap.

"Hai... " sapaku.

"Inget aku? Aku Tomy dari kelas psikiater, kita dulu satu tim waktu OSPEK... " ucapnya mengingatkanku.

"Oh iya... Ada apa? Bagaimana kabarmu? " tanyaku dengan ramah.

"Kabarku baik. Ah iya, aku sekarang bekerja jadi psikiater. Aku lihat postinganmu... Ku rasa kamu kesepian... Selain itu aku juga tinggal dekat sini... " ucapnya mulai bercerita.

Banyak hal yang ia ceritakan, ini dan itu. Mulai dari keluarganya, calon istrinya, pekerjaan sampai para client-nya. Aku hanya diam mendengarkannya. Sampai akhirnya ia menawarkan pekerjaan pada ku, hanya sebagai pendengar  di klinik nya. Menjadi psikiater.

Itu tawaran yang menarik, cukup ada kegiatan sampai aku menemukan anais lagi atu menemukan penggantinya. Ku terima tawarannya lalu magang sebulan di klinik nya.

Berkali-kali ia memujiku dan kerjaku yang bahkan hampir menaikkan jumlah pelanggan berkali lipat tiap minggunya. Tomy jelas senang, tapi aku merasa muak. Begitu banyak orang yang sakit jiwa nya disini, bagaimana aku bisa senang.

●●●

Hampir setahun aku bekerja sembari menunggu. Bahkan Galih suami Tania pun juga tak nampak. Bahkan meskipun aku mencarinya ke tempat ia dinas. Kemana mereka sebenarnya.

Dengan perasaan kesal, sedih, lelah dan ya... Bosan. Aku kembali ke rumah. Tapi ada yang beda kali ini. Ada sebuah mobil terparkir di pekarangan rumahku. Lampu-lampu menyala dan harum masakan tercium.

"Opaa! " suara yang begitu kurindukan terdengar.

Andi dan Tania menyambutku dengan haru bahkan sampai menangis memelukku. Aku membalas pelukannya dengan sangat erat, Anais hanya menatapku setelah menyajikan masakannya di meja makan. Galih juga hanya tersenyum menatap kebersamaan kami.

"Miss me? " tanya Anais lalu melangkah memelukku erat.

Keluargaku kembali. Ini yang terbaik.

Terimakasih... 




Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.