BLANTERORBITv102

Bab 06

Minggu, 21 Juli 2024

Nasehatku pada Tania waktu itu malah terus terngiang di pikiranku. Aku memang perlu lebih banyak berbesar hati dan berlapang dada untuk memaafkan dan menerima takdir. Mungkin Anais benar-benar akan membantuku dan membawaku kembali. Tak masalah bila ia salah atau tak mampu. Setidaknya aku tidak sendiri abadi di sini, setidaknya aku punya teman yang senasib denganku.

Pernikahan Tania berjalan lancar, mulai dari pengesahan di mata agama dan negara. Sampai akhirnya merayakan pesta pernikahannya. Tania teihat bahagia bisa bersanding dengan Galih. Yohana dan Burhan juga terlihat akur di depan para tamu dan keluarga besannya, meskipun sebenarnya mereka tengah menyiapkan diri untuk bercerai bulan depan.

"Chevas... " panggil seorang wanita yang susah jelas siapa, karena hanya dia yang memanggilku dengan nama itu. "Maafkan aku... "

"Tebuslah sesuai penawaranmu itu... " potongku sebelum ia menangis dan mengundang perhatian.

"Benarkah! " pekiknya senang dan tampak berbinar-binar.

"Iya, tapi tolong jangan membuat kesalahan lagi... " ucapku.

Anais langsung mengangguk dan memelukku erat seraya mengecup bibirku. Tentu saja apa yang ia lakukan sangat mengundang perhatian. Bahkan sialnya aku menyukai gayanya yang sepontan ini, tidak benar-benar suka. Hanya sedikit suka.

"Aku janji, aku janji kali ini tidak akan berbuat kesalahan lagi... Trimakasih... " ucapnya yang masih memelukku dengan matanya yang berkaca-kaca karena terharu.

"Iya, sudah berhentilah memancing keributan! " bisikku padanya lalu pergi menemui burhan.

"Chevas! Ini hari terbaikku! " ucapnya sambil memelukku dari belakang dengan sangat erat.

Aku hanya menyingkirkan tangannya yang menlingkar erat memeluk pinggangku, lalu menariknya agar berdiri di sampingku.

"Ini Anais... " ucapku mengenalkan Anais pada Burhan.

"Hai! " ucap Anais dengan ramah dan masih sumringah.

"Ceweknya bapak ya? " tanya Burhan sambil tersenyum jahil.

Aku hanya diam lalu menatap Anais, begitu pula dengan Anais yang langsung menatapku.

"Iya."

"Bukan."

Jawab kami bersamaan. Aku dan anais kembali saling tatap.

"Bukan. "

"Iya. "

Ucap kami yang kembali kompak lalu kembali saling tatap. Burhan langsung tertawa melihat hal konyol barusan. Tentu saja, aku bahkan belum memikirkan sampai sejauh itu. Bodohnya aku.

"Bapak gak usah malu-malu gitu dong. Buruan di ajak wakarapet... " ucap Burhan menggodaku.

"Wakarapet? " tanya Anais bingung.

"Nikah," jawab Burhan sambil tersenyum. Tapi tak selang lama teman bisnisnya datang, tentu saja Burhan langsung menyudahi acara basa-basi kami dan memilih mengobrol dengan temannya.

"Ayo bicarakan semuanya besok... " ajakku pada Anais.

"Umm! Ya! Besok aku akan menemuimu! " jawabnya semangat.

Aku hanya mengangguk lalu mengibaskan tangan, mengusirnya. Tapi bukan pergi ia malah menggenggam tanganku dan mencium punggung tanganku.

"Terimakasih... " ucapnya sebelum pergi.

Ya, ku rasa akan mulai banyak masalah sekarang.

●●●

Sejak pertemuanku dengan Anais di pernikahan Tania. Aku mulai sering bertemu dengannya. Bahkan Anais hampir tiap hari datang membawakanku makanan atau cemilan. Kadang aku heran bagaimana bisa ia dapat semua data tentangku sampai detail begini.

"Aku sudah sarapan... " ucapku begitu Anais masuk ke dalam rumah.

"Cemilan sehat? " ucapnya menawariku.

"Untuk apa? " tanyaku lalu masuk ke kamar dan berkemas.

"Mau kemana? " tanyanya sambil mengikutiku.

"Pulang, inikan rumah anakku. Harusnya kamu tau. Apa hasilmu menguntit kurang lengkap? " jawabku sekaligus menyindirnya.

"Aku tidak menguntitmu. Aku selalu menjadi teman baik istri-istrimu. Makannya aku tau banyak soal kamu... " jawabnya lalu membantuku berkemas.

"Apa pekerjaanmu? " tanyaku sambil memilih barang yang akanku bawa.

"Em, aku punya bisnis fashion... Tiap tahun aku jadi legenda. Kau tau A+ itu milikku dan suamiku dulu. Aku selalu mengembangkan rumor kalau bisnis di pegang anaknya... Begitu seterusnya... " jawabnya sambil menatapku.

Aku hanya mengangguk lalu menutup koperku dan membawanya keluar.

"Chevas... " panggilnya sambil mengikutiku. "Apa aku boleh tinggal di rumahmu? " tanyanya sambil berjalan mengikutiku.

"Tidak... " jawabku singkat lalu memasukkan barang-barangku ke bagasi mobilku.

"Lalu kapan kita akan mulai ?" tanyanya terus mengikutiku dan mengusikku.

Masih banyak lagi pertanyaannya, bukan banyak. Sebenarnya ia hanya mengulang-ulang pertanyaannya. Sampai akhirnya aku di buat pusing sendiri dengan kelakuannya. Oke akan ku berikan apa yang dia mau.

"Anais... " panggil ku lalu menghela nafas. Ia langsung menatapku dengan senyum manis di bibirnya. Tanpa memberinya kesempatan menjawab panggilanku, aku langsung mencium bibirnya. "Ayo menikah, tolong siapkan semuanya... " ucapku setelah memcium bibir indahnya.

Anais langsung mengangguk dengan canggung. Mulutnya yang dari tadi cerewet langsung diam. Perlahan tangannya naik dengan jemari yang menyentuh bibirnya.

"Pulanglah... Siapkan semuanya... " ucapku lagi lalu mengantarnya keluar.

Anais hanya mengangguk lalu masuk ke dalam mobilnya. Wajahnya yang bersemu tak kunjung hilang. Ia cantik sekali, apa lagi saat diam begitu. 




Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.