12. Posesif Wife
Arnold terus
memikirkan soal tawaran menggiurkan dari istrinya. Tangannya berkali-kali
meskrol naik turun tetikus (mouse perangkat keras pada komputer) di tangannya.
Beberapa kali ia menghela nafas dengan berat sampai ia mantap mengambil
keputusannya.
Siang hari
menjelang makan siang, Arnold akhirnya memutuskan untuk datang ke kantor
istrinya. Ia langsung menemui Aylee atasan istrinya. Tak ada yang sulit, hanya
saja Arnold berjaga-jaga dan sangat berhati-hati agar tidak bertemu dengan
istrinya.
"Hai
Arnold!" sapa Aylee khas menirukan kartun Hai Arnold pada tahun
2000-an tiap menyapa Arnold.
Arnold
langsung tersenyum menahan tawanya seperti biasa. "You so fanny..."
puji Arnold dengan berbisik.
"Well,
long time no see... Ada apa?" sambut Aylee ramah lalu
mempersilahkannya duduk.
"Soal
jadwal pameranku di sini..." ucap Arnold yang langsung to the poin.
"Bisa di batalkan?"
Aylee hanya
bisa menganga tak percaya, setelah sedikit perdebatan dengan Nina. Sekarang
tiba-tiba Arnold yang di paksakan malah menolak tawaran menarik dari istrinya
sendiri. It's crazy!
Arnold juga
langsung tersenyum canggung. "Ini galeri yang besar dan berkelas, terlalu
berkelas untuk aku yang masih bukan siapa-siapa. Jujur aku tidak mau
membicarakan soal rumah tangga dengan orang lain. Tapi aku masih belum sepadan
dengan Nina untuk ada di sini..." jelas Arnold.
"K-ke-kenapa?"
tanya Aylee yang masih syok. "I-ini... Ini Nina loh yang minta... Kamu
tolak? Are you crazy Man?!" pekik Aylee tak percaya.
"Aku
sudah memikirkannya semalaman..."
"Arnold!
Sayang!" potong Nina yang langsung masuk ke ruangan atasannya.
"Jangan coba macam-macam di belakangku!" pakik Nina lalu menarik
suaminya keluar secara paksa.
"Oh my
god!" pekik Aylee sepontan entah karena Arnold yang mengundurkan diri atau
karena Nina yang mendadak masuk dan mengganggu pembicaraannya.
●●●
Nina langsung
menatap Arnold dengan wajahnya yang memerah menahan marah dan cemburu, nafasnya
tersengal dan terdengar begitu menderu. Arnold hanya duduk sambil menundukkan
kepalanya di depan istrinya yang berdiri dengan tangan yang berkacak pinggang.
"Arnold!
Kenapa kamu lebih memilih menemuinya dari pada aku?!" pekik Nina lalu
mencengkram dagu suaminya memaksa untuk menatapnya.
"Bukan
begitu sayang..." ucap Arnold lembut lalu menarik tangan istrinya lembut.
Nina makin
memperkuat cengkramannya.
"Sayang
tenang dulu..." bujuk Arnold lagi sambil melingkarkan tangannya di
pinggang Nina dengan tatapan mata yang tak fokus.
Nina makin
menguatkan cengkramannya sampai kukunya yang cukup tajam menancap di dagu
sampai pipi tirus suaminya.
"Aku ada
perlu dengan atasanmu..." lirih Arnold saat rasa perih karena kuku Nina
mulai melukai kulitnya.
Plak! Nina
yang tak puas dengan jawaban Arnold langsung menamparnya dengan sangat kuat dan
hanya diam menanti jawaban yang lebih memuaskan.
Tersadar ada
orang lain yang mengintip Arnold langsung menarik istrinya ke pelukannya dan
mencium tangan yang baru saja menamparnya. "Di lanjutkan di rumah,"
bisik Arnold lalu melirik ke pintu.
Nina langsung
menggeleng dan memeluk suaminya erat sambil menangis tersedu-sedu. Tangannya
masih terasa panas dan sakit setelah menampar suaminya.
"Maaf,
bisa tolong tutup pintunya?" tanya Arnold pada Ani yang tampak akan
memasuki ruangan.
Ani langsung
menaikkan berkas yang ia bawa meminta persetujuan Arnold untuk masuk. Arnold
langsung melambaikan tangannya memberi syarat untuk tetap tidak masuk dan
menundanya.
"Maaf...
Nanti ku jelaskan... Aku janji... Aku tidak bermain di belakangmu... Aku
setia..." ucap Arnold menenangkan istrinya.
Nina masih
saja menangis, tangannya mencengkeram kuat kerah kemeja suaminya sampai
benar-benar lecek sambil menangis, sesekali Nina memukul dada suaminya dengan
pelan.
"Maaf
ya..." bisik Arnold lembut lalu mengecup pipi istrinya lembut. "Aku
cinta kamu..."
Nina langsung
mengangguk lalu mempererat pelukannya. Ada rasa ketakutan yang makin lama makin
membesar tiap kali tau suaminya berbicara dengan wanita yang lebih dari
dirinya. Baik capaian maupun kecantikannya, dan melihat Aylee sedang mengobrol
bersama suaminya sangat menyayat hatinya. Semua kecurigaan menyeruak langsung.
Tapi tiap kali di telusuri lebih dalam, suaminya sama sekali tidak berbuat
hal-hal yang mencurigakan.
"Pipimu
sakit?" tanya Nina lalu mengelus pipi suaminya dengan lembut.
Arnold hanya
menggeleng sambil tersenyum lembut. "Ini sakit?" tanya Arnold sambil
mengecup tangan Nina. "Ini sakit banget ya tadi hmm?" tangan Arnold
lalu mengecup dada istrinya dan sedikit menggelitikinya.
Nina hanya
tertawa kecil lalu mencium pipi Arnold dengan lembut. "Ah, ini luka
ya?" tanya Nina yang melihat luka baru di wajah suaminya. "A-aku
obatin..." ucap Nina gugup lalu bangun dari pangkuan suaminya yang dari
tadi ia peluk erat.
"Tidak
usah, aku bawa obat..." ucap Arnold sambil mengeluarkan obat merah dari
tasnya.
"Apa kamu
sengaja? Ini rencanamu ya?" tuduh Nina yang kembali duduk dan mengambil
tas suaminya untuk di geledah.
Arnold hanya
tertawa kecil mendengarnya. "Aku membawa semua yang tasmu tidak bisa bawa.
Aku juga bawa pembalut, kalau kamu dalam keadaan darurat... Ada obat gatal, ada
ini..." ucap Arnold yang bangga menunjukkan bawaannya dalam satu pouch
mulai dari pembalut sampai kondom.
Nina masih
cemberut melihat suaminya dengan wajah ngambek nya.
"Cantik...
Obatin dong..." rayu Arnold sambil menggenggam tangan istrinya dengan
lembut.
"Tidak
mau!" tolak Nina yang masih mau di rayu lagi.
Arnold
langsung mengecup bibir istrinya dan sedikit melumatnya, tapi saat Nina hendak
menyentuh wajahnya Arnold langsung menggenggam nya dan menurunkannya. Sementara
mulutnya masih membungkam mulut istrinya dalam ciuman yang menghanyutkan.
"Biar ku
obati..." ucap Nina setelah lumatan di bibirnya terlepas.
Nina dengan
hati-hati dan lembut mengobati wajah suaminya, lalu mengecup pipinya lembut
setelah selesai mengobati.
"Kamu
cantik... Tadi abis nangis jadi makin cantik..." puji Arnold lalu mengecup
kening istrinya.
"A-ay-ayo
makan..." ajak Nina malu-malu.
"Tidak!"
tolak Arnold yang langsung di pelototi istrinya. "Ayo kencan! Nanti malam
ada acara pameran, punya Mey. Kamu ingat kan?" Nina langsung mengangguk
pelan. "Nanti dia pameran, kita dateng ya... Aku pengen ajak jalan-jalan habis
acara itu..." Nina kembali mengangguk dengan cepat.
"Jangan
lupa makan..." pesan Nina yang sudah melupakan kemarahannya sambil
berjalan mengantar suaminya keluar.
"Kamu
yang jangan lupa makan, makan sehat kita mau cari anggota barukan di
rumah?"
Nina hanya
tersenyum lalu mengangguk dan langsung menyikut suaminya.
"I
love you..." bisik Arnold lalu mengecup tangan Nina dan menempelkan
nya di pipi. "I love you more than you know... " sambung
Arnold.
Nina hanya
tersipu lalu memeluk suaminya. "Hati-hati..." pesannya. [Next]