0
Home  ›  Chapter  ›  Posesif Wife

07. Posesif Wife

07. Posesif Wife-1

Arnold mulai menjalani harinya di kios seperti dulu. Ia hanya membeli pakaian dalam dan beberapa potong baju. Ia juga membeli buku sket dan pensil juga penghapus.

Tak banyak yang Arnold lakukan. Ia hanya diam dan menggambarkan emosinya. Arnold juga tampak tak selera makan akhir-akhir ini. Sampai tiba-tiba Dave menemuinya di kios.

Arnold sedikit mencelos memang. Ia berharap istrinya yang datang, ternyata istrinya tidak sepeduli atau se mengerti itu tentangnya.

"Aku tidak bisa menjual karya-karyaku untuk saat ini... Semua di tempat istriku... Dan ya aku..."

"Ssttt! Aku sudah tau semuanya..." potong Dave. "Maaf kemarin aku mendengar soal black list dari istrimu... Aku tidak paham apa motivasinya melakukan itu... Tapi saat ini galeriku juga memblack list namamu..." sambung Dave.

"Entahlah, aku sekarang sama sekali tidak memahaminya. Aku tak tau kenapa ia bisa begitu..." jawab Arnold galau.

"Ah iya... Kamu sudah baca tabloid baru?" tanya Dave sambil menunjukkan Nina yang terkena masalah soal tas.

Ada rasa khawatir yang makin membuncah saat Arnold membaca tiap kata yang di tulis. Ia marah dan sedih juga kecewa dengan apa yang di perbuat istrinya. Tapi bila ia dengan kabar buruk begini dan jelas ia tau kalau itu pasti hanya kabar miring yang simpang siur kebenarannya, Arnold tetap khawatir. Apalagi ia selama ini selalu ada di sisi istrinya dalam kondisi apapun.

Tanpa pikir panjang Arnold langsung meminta Dave untuk mengantarnya pulang. Tapi saat ia sampai di apartemennya, tidak ada orang sama sekali. Sedikit berantakan, terutama kamarnya. Tapi sekarang itu tidak penting, yang penting dimana Nina sekarang?!

●●●

"Jadi kamu mencariku hanya untuk mencari suamimu?" tanya George heran.

Nina langsung mengangguk cepat. "Ini fotonya..." ucap Nina sambil menunjuk kan foto suaminya yang ia cetak barusan. "Aku merindukannya lebih dari apapun... Temukan dia..." pinta Nina memelas.

Heran, untuk apa Nina mencari pria kurang ajar seperti ini? Bukannya lebih baik bila ia berpisah saja? Argh... Dasar wanita... Batin George bingung.

"Coba kamu datang ke kantor polisi saja... Aku kan pengacara, ini wewenang polisi..." saran George.

"Jadi kamu tidak bisa membantuku?" tanya Nina.

Ah ini kesempatanku untuk mendekati Nina... Kalau di pikir-pikir lagi ini mungkin maksud ibunya memintaku membantu move on... Batin George mempertimbangkannya.

"Baiklah, oke akan ku bantu..." ucap George.

Nina hanya diam setelah George mau membantunya. Hanya seulas senyuman di bibirnya. Selama perjalanannya ke kantor polisi pun Nina hanya diam. Matanya terus menatap ke jalanan, barang kali ia melihat Arnold.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

"Sudah?" tanya Nina antusias.

George langsung mengangguk dengan senyum sumringah di wajahnya. "Sudah, semua sedang di proses..." jawab George senang.

"Aku mau mencari suamiku lagi..." ucap Nina optimis.

"Bagaimana dengan pekerjaanmu?" tanya George perhatian.

"Semua baik-baik saja... Aku tidak bisa bekerja kalau tidak ada Arnold..." jawab Nina.

Dia setia... Bagaimana bisa ada pria yang tega menyakitinya... Hmm... Aku jadi penasaran seperti apa suaminya... Batin Georhe penasaran.

"Biar ku temani..." ucap George menawarkan diri.

"Ya..." jalan Nina singkat mempersilahkan George sedikit ikut campur dengan urusannya.

"Aku mau cari ke kiosnya dulu..." ucap Nina lalu menyetir ke kios suaminya.

Tak ada Arnold di sana. Saat bertanya pun ada yang tak peduli, ada yang tak mengenalinya dan ada yang malah menggodanya.

"Arnold... " gumam Nina sedih.

"Ku rasa sebaiknya kita makan dulu... Tak ada salahnyakan kalau kita cari setelah makan?" ajak George.

Nina hanya mengangguk lesu lalu masuk ke mobilnya dan memilih makan di kaki lima dekat area kios. Tak ada senyum yang terpancar lagi dari Nina. Bahkan saat buregrnya datang Nina hanya diam memandangi burger nya.

"Sekarang rasanya aku ingin punya anak, agar Arnold selalu bersamaku..." gumam Nina sedih dan tampak putus asa.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

"Kenapa kamu ingin menemukan Arnold?" tanya George to the poin.

"Apa kamu akan membiarkan istrimu pergi begitu saja tanpa berusaha mencarinya?" jawab Nina yang membalikkan pertanyaan George.

George langsung diam tak berani mengulik lebih banyak lagi. Bila di pikir lagi apa yang di rasakan Nina saat ini mungkin akan ia lakukan juga nantinya.

"Kenapa Arnoldmu bisa pergi?" tanya George penasaran dan penuh kehati-hatian saat menanyakan ini.

"Aku emosi dan memarahinya, sampai aku keceplosan kalau sudah mensabotase pamerannya..." jawab Nina penuh sesal. "Tapi percayalah... Aku melakukannya sebagai bukti cintaku..." sambung Nina agar George tidak salah paham.

Tunggu! Nina mensabotase? Apa maksudnya? Batin George terkejut.

"Aku hanya ingin dia tidak usah bekerja, hanya di rumah saja, mengurusi aku dan rumah kami. Aku tidak peduli bagaimana penilaian orang lain soal hubungan kami. Termasuk ibu... " ucap Nina dengan berat. "Jadi aku memutuskan untuk menggagalkan semua rencananya untuk pameran. Aku kesepian, aku takut akan kesepian lagi kalau dia mendapat pengakuan dan menghasilkan lebih banyak uang dari aku, dia memiliki potensi untuk itu..." sambung Nina lalu tersenyum getir.

George hanya menatap Nina dengan iba, bahkan meskipun ia tidak tau 100% tentang masalah yang tengah di hadapi Nina dan bagaimana kepribadiannya.

"Aku yang membuat Arnold terlihat buruk dan makin buruk di mata ibu dan keluargaku... Tapi sebenarnya dia pria yang hebat dan sabar. Dia penuh cinta dan kehangatan. Maafkan aku atas sikapku belakangan ini... Tapi aku tidak mungkin mau menjalin hubungan denganmu... Tolong mengertilah..." ucap Nina lalu menatap George.

"Jadi kamu tau soal ibumu?" tanya George ambigu.

"Ibu tak pernah merestui hubunganku dengan Arnold, mungkin ibu hanya setuju tapi tidak benar-benar ikhlas..." jawab Nina sedih. "Aku hanya ingin ada orang yang hanya memperhatikanku, mencintaiku, mengurusku, menungguku pulang, menemaniku tiap waktu, dan sabar dengan semua sikapku... Aku tidak sesempurna yang kamu lihat dan di beritakan... Aku wanita biasa yang egois... " jelas Nina lalu menghela nafas dengan berat.

●●●

Arnold langsung mengerjakan urusan rumah tangga seperti biasanya dengan rapi. Juga menyalakan lampu dan membuat makan malam. Berharap Nina cepat pulang. Tapi hampir dini hari Nina masih belum pulang. Sampai akhirnya pintu apartemennya terbuka.

Tampak Nina yang mabuk berat datang bersama George saling memapah satu sama lain dan tampak begitu akrab. Arnold langsung membukakan pintu dan menangkap istrinya yang terhuyung-huyung.

"Hai... Aku George calon suaminya..." ucap George yang berpura-pura mabuk saat melihat Arnold ada di depannya.

"Aku Arnold..." jawab Arnold singkat lalu menutup pintu.

Baru di tinggal sehari sudah begini... Batin Arnold melihat istrinya yang kacau.

"Arnold pulang... Jangan pergi..." ucap Nina mengigau. "Aku kacau..." sambungnya lagi lalu muntah begitu saja.

Jadi itu suaminya... Pantas Nina tergila-gila dia lumayan tampan dan menyayangi Nina juga... Batin George yang sejujurnya tak suka saat melihat Arnold sudah pulang.

Dengan terburu-buru George langsung ke kantor polisi dan mencabut laporan orang hilang yang di buat tadi, toh sudah tidak perlu apa lagi sekarang sejoli itu sudah bersatu lagi. [Next]

07. Posesif Wife-2


13
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share