07. Posesif Wife
Arnold mulai
menjalani harinya di kios seperti dulu. Ia hanya membeli pakaian dalam dan
beberapa potong baju. Ia juga membeli buku sket dan pensil juga penghapus.
Tak banyak
yang Arnold lakukan. Ia hanya diam dan menggambarkan emosinya. Arnold juga
tampak tak selera makan akhir-akhir ini. Sampai tiba-tiba Dave menemuinya di
kios.
Arnold sedikit
mencelos memang. Ia berharap istrinya yang datang, ternyata istrinya tidak
sepeduli atau se mengerti itu tentangnya.
"Aku
tidak bisa menjual karya-karyaku untuk saat ini... Semua di tempat istriku...
Dan ya aku..."
"Ssttt! Aku
sudah tau semuanya..." potong Dave. "Maaf kemarin aku mendengar soal black
list dari istrimu... Aku tidak paham apa motivasinya melakukan itu...
Tapi saat ini galeriku juga memblack list namamu..."
sambung Dave.
"Entahlah,
aku sekarang sama sekali tidak memahaminya. Aku tak tau kenapa ia bisa
begitu..." jawab Arnold galau.
"Ah
iya... Kamu sudah baca tabloid baru?" tanya Dave sambil menunjukkan Nina
yang terkena masalah soal tas.
Ada rasa
khawatir yang makin membuncah saat Arnold membaca tiap kata yang di tulis. Ia
marah dan sedih juga kecewa dengan apa yang di perbuat istrinya. Tapi bila ia
dengan kabar buruk begini dan jelas ia tau kalau itu pasti hanya kabar miring
yang simpang siur kebenarannya, Arnold tetap khawatir. Apalagi ia selama ini
selalu ada di sisi istrinya dalam kondisi apapun.
Tanpa pikir
panjang Arnold langsung meminta Dave untuk mengantarnya pulang. Tapi saat ia
sampai di apartemennya, tidak ada orang sama sekali. Sedikit berantakan,
terutama kamarnya. Tapi sekarang itu tidak penting, yang penting dimana Nina
sekarang?!
●●●
"Jadi
kamu mencariku hanya untuk mencari suamimu?" tanya George heran.
Nina langsung
mengangguk cepat. "Ini fotonya..." ucap Nina sambil menunjuk kan foto
suaminya yang ia cetak barusan. "Aku merindukannya lebih dari apapun...
Temukan dia..." pinta Nina memelas.
Heran, untuk
apa Nina mencari pria kurang ajar seperti ini? Bukannya lebih baik bila ia
berpisah saja? Argh... Dasar wanita... Batin George bingung.
"Coba
kamu datang ke kantor polisi saja... Aku kan pengacara, ini wewenang
polisi..." saran George.
"Jadi
kamu tidak bisa membantuku?" tanya Nina.
Ah ini
kesempatanku untuk mendekati Nina... Kalau di pikir-pikir lagi ini mungkin
maksud ibunya memintaku membantu move on... Batin George
mempertimbangkannya.
"Baiklah,
oke akan ku bantu..." ucap George.
Nina hanya
diam setelah George mau membantunya. Hanya seulas senyuman di bibirnya. Selama
perjalanannya ke kantor polisi pun Nina hanya diam. Matanya terus menatap ke
jalanan, barang kali ia melihat Arnold.
"Sudah?"
tanya Nina antusias.
George
langsung mengangguk dengan senyum sumringah di wajahnya. "Sudah, semua
sedang di proses..." jawab George senang.
"Aku mau
mencari suamiku lagi..." ucap Nina optimis.
"Bagaimana
dengan pekerjaanmu?" tanya George perhatian.
"Semua
baik-baik saja... Aku tidak bisa bekerja kalau tidak ada Arnold..." jawab
Nina.
Dia setia...
Bagaimana bisa ada pria yang tega menyakitinya... Hmm... Aku jadi penasaran
seperti apa suaminya... Batin Georhe penasaran.
"Biar ku
temani..." ucap George menawarkan diri.
"Ya..."
jalan Nina singkat mempersilahkan George sedikit ikut campur dengan urusannya.
"Aku mau
cari ke kiosnya dulu..." ucap Nina lalu menyetir ke kios suaminya.
Tak ada Arnold
di sana. Saat bertanya pun ada yang tak peduli, ada yang tak mengenalinya dan
ada yang malah menggodanya.
"Arnold...
" gumam Nina sedih.
"Ku rasa
sebaiknya kita makan dulu... Tak ada salahnyakan kalau kita cari setelah
makan?" ajak George.
Nina hanya
mengangguk lesu lalu masuk ke mobilnya dan memilih makan di kaki lima dekat
area kios. Tak ada senyum yang terpancar lagi dari Nina. Bahkan saat buregrnya
datang Nina hanya diam memandangi burger nya.
"Sekarang
rasanya aku ingin punya anak, agar Arnold selalu bersamaku..." gumam Nina
sedih dan tampak putus asa.
"Kenapa
kamu ingin menemukan Arnold?" tanya George to the poin.
"Apa kamu
akan membiarkan istrimu pergi begitu saja tanpa berusaha mencarinya?"
jawab Nina yang membalikkan pertanyaan George.
George
langsung diam tak berani mengulik lebih banyak lagi. Bila di pikir lagi apa
yang di rasakan Nina saat ini mungkin akan ia lakukan juga nantinya.
"Kenapa
Arnoldmu bisa pergi?" tanya George penasaran dan penuh kehati-hatian saat
menanyakan ini.
"Aku
emosi dan memarahinya, sampai aku keceplosan kalau sudah mensabotase
pamerannya..." jawab Nina penuh sesal. "Tapi percayalah... Aku
melakukannya sebagai bukti cintaku..." sambung Nina agar George tidak
salah paham.
Tunggu! Nina
mensabotase? Apa maksudnya? Batin George terkejut.
"Aku
hanya ingin dia tidak usah bekerja, hanya di rumah saja, mengurusi aku dan
rumah kami. Aku tidak peduli bagaimana penilaian orang lain soal hubungan kami.
Termasuk ibu... " ucap Nina dengan berat. "Jadi aku memutuskan untuk
menggagalkan semua rencananya untuk pameran. Aku kesepian, aku takut akan
kesepian lagi kalau dia mendapat pengakuan dan menghasilkan lebih banyak uang
dari aku, dia memiliki potensi untuk itu..." sambung Nina lalu tersenyum
getir.
George hanya
menatap Nina dengan iba, bahkan meskipun ia tidak tau 100% tentang masalah yang
tengah di hadapi Nina dan bagaimana kepribadiannya.
"Aku yang
membuat Arnold terlihat buruk dan makin buruk di mata ibu dan keluargaku...
Tapi sebenarnya dia pria yang hebat dan sabar. Dia penuh cinta dan kehangatan.
Maafkan aku atas sikapku belakangan ini... Tapi aku tidak mungkin mau menjalin
hubungan denganmu... Tolong mengertilah..." ucap Nina lalu menatap George.
"Jadi
kamu tau soal ibumu?" tanya George ambigu.
"Ibu tak
pernah merestui hubunganku dengan Arnold, mungkin ibu hanya setuju tapi tidak
benar-benar ikhlas..." jawab Nina sedih. "Aku hanya ingin ada orang
yang hanya memperhatikanku, mencintaiku, mengurusku, menungguku pulang,
menemaniku tiap waktu, dan sabar dengan semua sikapku... Aku tidak sesempurna
yang kamu lihat dan di beritakan... Aku wanita biasa yang egois... " jelas
Nina lalu menghela nafas dengan berat.
●●●
Arnold
langsung mengerjakan urusan rumah tangga seperti biasanya dengan rapi. Juga
menyalakan lampu dan membuat makan malam. Berharap Nina cepat pulang. Tapi
hampir dini hari Nina masih belum pulang. Sampai akhirnya pintu apartemennya terbuka.
Tampak Nina
yang mabuk berat datang bersama George saling memapah satu sama lain dan tampak
begitu akrab. Arnold langsung membukakan pintu dan menangkap istrinya yang
terhuyung-huyung.
"Hai...
Aku George calon suaminya..." ucap George yang berpura-pura mabuk saat
melihat Arnold ada di depannya.
"Aku
Arnold..." jawab Arnold singkat lalu menutup pintu.
Baru di
tinggal sehari sudah begini... Batin Arnold melihat
istrinya yang kacau.
"Arnold
pulang... Jangan pergi..." ucap Nina mengigau. "Aku kacau..."
sambungnya lagi lalu muntah begitu saja.
Jadi itu
suaminya... Pantas Nina tergila-gila dia lumayan tampan dan menyayangi Nina
juga... Batin George yang sejujurnya tak suka saat melihat Arnold sudah
pulang.
Dengan terburu-buru George langsung ke kantor polisi dan mencabut laporan orang hilang yang di buat tadi, toh sudah tidak perlu apa lagi sekarang sejoli itu sudah bersatu lagi. [Next]