Bab 04 – Dibawah Meja🔞
Amira
meluruh dilantai, duduk dibawah kolong meja tempat Dipta bekerja. Sementara Dipta
duduk bersandar di kursinya menunggu Amira mengurus kejantanannya. Amira sedikit
ragu untuk melakukannya, tapi ia tetap bergerak mengerjakannya.
Perlahan Amira
melepaskan celana berbahan kain yang Dipta gunakan. “T-tuan…aku belum pernah
melakukan ini sebelumnya…” lirih Amira begitu canggung sembari mengelus sisi
maskulin milik Dipta.
“Lakukan
saja Amira, seperti yang di buku…” jawab Dipta sembari meletakkan berkasnya
untuk memperhatikan Amira yang mulai menggenggamnya dan mengusapnya naik turun
dengan perlahan.
Panjang,
keras, begitu perkasa. Amira bahkan tak menyangka benda yang selama ini
bersembunyi di balik celana Dipta ini juga memiliki urat yang bertonjolan juga.
Amira terus menyentuhnya mengelusnya, memainkan ujungnya dengan jemarinya
sebelum mulai mengecup dan menciuminya dengan lembut.
“Ohh…Amira…”
geram Dipta yang terdengar frustasi karena Amira tak kunjung melahapnya juga.
Amira
tersenyum mendengar reaksi Dipta lalu memaikan lidahnya di lubang semburannya
sebelum akhirnya melahap batang kebanggaan milik Dipta itu dengan begitu
berhati-hati agar tidak terkena dengan giginya.
“Engumhhh…ahh…”
Amira melepasnya sejenak. “Tuan ini besar sekali, terlalu panjang juga untuk melahap
semuanya,” keluhnya setelah berusaha dan membuatnya hampir muntah.
Dipta tak
menjawab dan langsung mencengkram rambut Amira dan kembali memaksanya mengulum kejantanannya
lagi. Amira dengan susah payah berusaha menurutinya sembari menggenggam
pangkalnya dan mengocoknya perlahan sampai akhirnya tangan Dipta tak lagi
menjambaknya.
Amira terus
mengulum batang kebanggaan tuannya itu sambil sesekali menatapnya dari bawah
yang membuat Dipta semakin bergairah melihat ekspresinya. Tangan Dipta juga tak
tinggal diam, sebelum mulai kembali membaca berkasnya Dipta menyempatkan diri
untuk meremas kedua bukit lembut milik Amira. Juga sedikit memainkan puncaknya
yang sudah keras dan lebih bengkak dari sebelumnya itu.
“Teruskan
Sayang, teruskan…” ucap Dipta sembari mengelus kepala Amira yang sukses
membuatnya merasakan nikmat setelah seharian dibuat pusing dan sibuk bekerja.
Amira terus
mencoba memuaskan Dipta dengan mulutnya lalu terpikir untuk menghimpitnya
dengan payudaranya yang membuat Dipta cukup kaget dengan apa yang Amira lakukan
namun juga senang dan terkesima dengan apa yang Amira lakukan.
Sampai
tiba-tiba kepala pelayan datang memberikan undangan-undangan yang dikirim
kerumah yang refleks membuat Dipta mendorong Amira masuk ke dalam kolong
mejanya dan tanpa sengaja membuat Amira jadi melahap seluruh kejantanannya beserta
semua benihnya yang mencapai puncak di dalam mulutnya. Amira menggeleng pelan
berusaha mengambil nafas dan jelas enggan menelan semua benih yang di tembakkan
Dipta. Tapi kondisi yang tak memungkinkan akhirnya membuatnya dengan susah
payah dan berat hati menelan semuanya.
“Tutup pintunya,”
ucap Dipta sebelum akhirnya memundurkan kursinya dan mendapati Amira yang sudah
hampir kehabisan nafas dan terbatuk karenanya. “Kemana? Ditelan semua?” tanya Dipta
begitu takjub yang di angguki Amira.
Dipta
tersenyum sumringah menlihat apa yang Amira lakukan padanya. Baru kali ini ada
yang melayaninya sebaik pelayanan dari Amira. Dipta langsung menarik Amira
untuk duduk di pangkuannya sembari meraba pinggulnya dan mengecup keningnya
sembari memeluknya.
“Aku hampir
tidak bisa bernafas!” omel Amira sembari memukul pelan dada Dipta yang hanya direspon
dengan senyuman dan lumatan lembut di bibirnya.
Amira
sempat coba mengelak, tapi perlakuan Dipta yang lembut membuatnya terlena.
Amira juga tak peduli dengan tangan Dipta yang mulai melepaskan celana dalamnya
dan perlahan memasukkan rudalnya kedalam lubang sempitnya yang begitu becek
itu.
“Awhhh…ahhh…”
lirih Amira sembari mengigit bibir bawahnya dan menatap Dipta sejenak sebelum
mendongakkan kepalanya merasakan kesakitan yang mulai bisa ia nikmati dibawah
sana.
“Tuan,
kumohon kali ini jangan keluar di dalam. Aku takut hamil,” lirih Amira sembari
mengoyangkan pinggulnya mengimbangi gerakan Dipta sembari kembali bercumbu.
Dipta tak
peduli dengan peringatan Amira. Dipta yakin ia tak bisa menghamili wanita
manapun, mantan istrinya menceraikannya karena itu. Tepat setelah setahun
menikah dan tak kunjung di karuniai momongan istrinya mengajukan pembatalan
pernikahan secara sepihak. Menuduh Dipta sebagai seorang homoseksual dan
merusak reputasinya hingga Dipta memilih hidup sendiri dalam pengasingannya.
Dipta tak
peduli pada rintihan Amira yang memohon agar ia tak mengeluarkan semua benihnya
didalam. Dipta sama sekali tak peduli, toh kalau pun Amira hamil rasanya
seperti mukjizat. Seorang pria mandul sepertinya bisa menghamili seorang gadis
seperti Amira.
Jika malam
ini Amira kira Dipta akan cukup hanya dengan di puaskan di ruang kerjanya saja
ia salah. Dipta membawanya ke kamar untuk melanjutkan pergulatannya. Amira
sendiri sudah pasrah dengan yang Dipta lakukan. Mulutnya sudah berusaha
mengingatkan tuannya itu berulang-ulang kali. Tapi Dipta tak mau
mendengarkannya sama sekali, Amira juga tak cukup kuat untuk melawannya hingga
hanya bisa pasrah menerima segala yang Dipta lakukan padanya. Toh kalau ia
hamil bisa di aborsi, pikir Amira yang sudah pasrah menampung setiap benih yang
Dipta tembakkan dalam tubuhnya.
***
Pagi menjelang,
karena Amira tidur di kamar Dipta pagi ini ia menggunakan kamar mandi milik
Dipta. Mumpung tuannya itu masih terlelap pikir Amira. Jadi ia bisa buang air
dan sedikit membersihkan tubuhnya terutama bagian kewanitaannya yang dadi
semalam menampung banyak benih itu.
“Enghhh…shhh…akhirnya
keluar semua…” lirih Amira begitu lega sembari mengocok lubangnya dengan dua
jarinya agar benih-benih di tubuhnya dapat dikeluarkan.
“Enak?”
tanya Dipta yang sudah ada di depan pintu dengan senyum mengejeknya melihat
Amira yang sedang membersihkan tubuhnya.
“T-tuan…”
Amira begitu kaget dan gugup melihat Dipta yang melihat hampir seluruh hal yang
ia lakukan.
Amira
langsung bangun setelah menekan tombol flush dan hendak kabur dari sana.
“Apa
punyaku tak cukup memuaskanmu, sampai harus masturbasi segala?” tanya Dipta
yang membuat Amira bersemu dan bingung harus menjawab apa bahkan sampai seketika
terpaku tak bisa bergerak.
“T-tuan…apa
aku boleh menengok Ayahku?” tanya Amira mengalihkan pembicaraan.
“Puaskan aku…”
pinta Dipta sembari kembali tiduran dan memeriksa pesan masuk ke ponselnya.
“Tapi
jangan keluar didalam lagi ya…” tawar Amira sembari mendekat pada Dipta dan
duduk disampingnya.
“Aku tidak
bisa menghamilimu Amira, aku mandul…” ucap Dipta lembut yang sontak membuat
Amira tak percaya.
“Mana
mungkin orang mandul bisa seperkasa ini? Jangan bohong! Lagi pula sebelum aku kesini
aku baru selesai haid. Aku bahkan mandi besar dirumahmu! Ini masih masa suburku
ya!” omel Amira seketika meluapkan isi harinya.
Dipta
tertawa terbahak-bahak mendengar omelan Amira.
“S-selain
itu aku juga tidak memakai kb atau apalah itu. Ku kira aku tidak akan jadi…arghhh!”
geram Amira yang jadi frustasi dan semakin membuat Dipta terbahak-bahak.
“Oke-oke,
puaskan aku pagi ini saja. Nanti kita tengok bersama,” ucap Dipta menurunkan
egonya untuk menuruti Amira sebentar. Toh semalam Amira sudah bekerja keras
memuaskannya, jadi sedikit hadiah bukan masalah besar untuknya.