Lia sudah tampil
rapi dan begitu setil. Rambutnya di gerai dengan tambahan jepet kecil
bunga-bunga, hadiah kejutan dari Bundanya pagi tadi. Lia juga makan sarapannya
dan minum susu. Tidak lupa beberapa kali bergaya sebelum berangkat dan berfoto
bersama Ayah Bundanya.
Lia tidak
sabar menyambut hari yang seru dan menyenangkan kali ini. Ini akan menjadi hari
yang hebat dan Lia akan resmi menjadi orang dewasa, anak gede! Lia tidak akan
di panggil Adek lagi ia akan mulai di panggil Kakak, Kakak Lia yang keren! Pikir
Lia yang sudah berandai-andai dan membayangkan sekolahnya akan hebat nanti.
“Waw! Udah sampai
deh!” ucap Bara dan Clara yang kompak menemani Lia berangkat sekolah di hari
pertamanya.
Lia turun
dari mobil di temani Bundanya. Sekolah masih sepi, Lia datang pertama. Lia
semakin yakin jika hanya ia satu-satunya anak gede di play ground nya
kali ini dan ia satu-satunya yang paling keren dengan seragamnya.
Tapi tak
berselang lama beberapa orang tua yang mengantar anak-anaknya ke play ground
mulai berdatangan. Lia membelalakkan matanya kaget melihat anak-anak lain yang
juga memakai seragam yang sama dengannya.
“Loh…kok…”
Lia mulai meliha seragamnya memegangi ujungnya lalu melihat teman-temannya
secara bergantian.
“Asik teman
Adek…eh! Kakak Lia banyak!” seru Bara senang sekaligus menyemangati putri kecilnya.
“Loh nanapa
semua bajunya sama kayak aku?” tanya Lia syok.
Clara dan
Bara menatap Lia yang mulai mundur beberapa langkah hendak berlari masuk
kedalam mobil lagi.
“Kenapa Nak?”
tanya Clara lembut.
“Nanapa
bajunya sama semua?” Lia mulai cemberut, suaranya juga sudah mulai bergetar dan
matanya juga sudah langsung berkaca-kaca.
Bara
langsung menggendong Lia. Lia juga langsung menangis tak dapat menahan
kekecewaannya ternyata hari ini bukan ia saja yang jadi anak gede dan jadi yang
paling keren.
“Loh Kakak
kenapa?” tanya Bu Guru yang langsung mendekat ke arah Lia begitu melihatnya
menangis.
“Nanapa
semuanya pakek baju sama kayak aku? Bajuku tidak keren lagi!!!” adu Lia yang
benar-benar sedih dan kecewa.
Clara
langsung tertawa terbahak-bahak mendengar penyebab putrinya menangis. “Adek
sedih karena itu? Karena seragamnya sama?” tanya Clara memastikan yang langsung
di angguki Lia.
“Aduh! Bundanya
kenapa tatawa!!!” Lia makin menangis.
Sementara Clara
kembali terbahak-bahak lalu mengambil ponselnya menunjukkan fotonya saat masih
sekolah. “Nih liat! Bunda juga bajunya sama sama temen-temen Bunda waktu
sekolah!” ucap Clara menunjukkan fotonya.
“Kakak Lia
kan sudah sekolah, jadi bajunya sama kayak teman yang lain. Namanya baju seragam,
biar orang lain tau kalo Kakak sudah sekolah, sudah besar,” ucap Bu Guru dengan
sabar menjelaskan pada Lia sebelum suasana makin caos karena Lia yang
menangis.
“Semua
orang kalo sekolah bajunya sama Nak, memang harus sama kayak teman-teman,” ucap
Bara lalu menyeka airmata Lia.
“Begitu ya?”
tanya Lia yang kompak diangguki orang tua dan gurunya. Lia kembali tersenyum.
“Oke deh,
berarti Kakak Lia mau sekolah ya hari ini?” bujuk Bu Guru.
Lia
mengangguk lalu turun dari gendongan Ayahnya. Lia langsung menggenggam tangan
gurunya lalu berjalan bersama kedalam kelas.
“Dada!!!”
Lia melambaikan tangannya dan sudah kembali ceria seolah tak terjadi apa-apa
sebelumnya.
Bara dan Clara
tersenyum lalu ikut melambaikan tangannya pada Lia. “Ada-ada aja si Lia,”
komentar Bara.
“Iya, tapi
udah gede ya dia sekarang,” ucap Clara lalu di rangkul suaminya.
“Kayaknya
dia udah siap jadi Kakak beneran deh,” bisik Bara lalu mengecup kening Clara.
Clara hanya
memutar matanya lalu mencubit pinggang suaminya dan berjalan ke mobil duluan.
0 comments