Bara
melihat Lia yang menyusu pada Clara setelah seharian bermain dan pusing belajar
memisahkan biji-bijian di rumah. Lia terlihat seolah apa yang ia kerjakan
seharian ini adalah hal yang paling berat di banding yang dikerjakan kakek dan ayahnya.
Lia tidak hanya menyusu tapi juga minta di pijat juga kali ini oleh Bundanya
yang juga harus menyusuinya.
“Anak Bunda
capek banget kayaknya nih, cepet banget tidurnya,” ucap Clara sembari mengelus
rambut Lia sambil menciumi pipinya yang cuby.
Bara ikut
mencium pipi Lia lalu meletakkan guling untuk mengampit putri kecilnya sebelum
pergi keluar.
“Jadi
nonton?” tanya Clara yang di angguki Bara.
“Aku udah
bayar langganan Netflixnya, ya jadi lah!” ucap Bara lalu turun dari tempat
tidur.
Clara
langsung tersenyum sumringah dan berjalan keluar kamar bersama Bara. Sudah lama
ia tak menonton film, hampir tiap hari TV di monopoli oleh Lia yang menonton Baby
Shark sembari berjoget mengikuti instruksi, atau kartun edukasi seperti Dora
the explorer atau Cocomelon. Bara juga begitu meskipun ia sebenarnya
masih ada waktu bersantai di luar dan terbebas dari acara tontonan Lia ia tetap
memilih pulang lebih cepat dan menemani anaknya menonton acaranya atau bermain
mainan motorik lainnya.
“Tiap hari
aku dengerin baby shark terus, telingaku capek banget tau gak sih Kak,”
keluh Clara sembari mengambil soda dan beberapa potong buah sebagai cemilan.
Bara yang
mendengarnya hanya tertawa karena melihat perubahan istrinya yang begitu
drastis. Dari anak punk yang suka musik beraliran cadas dan keras, full rock
and roll sekarang harus menemani anaknya menyanyi lagu-lagu anak-anak.
Bahkan penampilannya juga jauh berubah dari yang memakai kaos dan begajulan,
jadi memakai daster batik dan selalu berbicara dengan baik agar anaknya tidak
salah mencontoh.
“Tapi
gapapa, aku seneng bisa temenin Lia. Kadang capek, tapi kalo liat dia dah tidur
anteng gini capekku dah hilang,” ucap Clara lalu duduk di samping Bara sembari
bersandar di dadanya.
Bara
langsung mendekap Clara dan menciuminya dengan lembut. “Makasih udah jagain
Lia, Bundanya Lia hebat banget,” ucap Bara lembut lalu mengelus punggung dan
pinggang Clara dengan lembut.
Film baru
dimulai, Bara sudah mulai memikirkan cara untuk meminta jatah di pertengahan
film nanti. Berharap ada bagian film yang beradegan panas dan mendukungnya
untuk meminta jatah. Namun rasanya itu sulit karena film yang mereka tonton
kali ini adalah film triller.
Tapi Bara
tak putus semangat, ia yakin pasti ada celah untuk meminta jatah kali ini. Bara
sudah mulai mencari sinopsis dan resensi film yang di tonton kali ini. Ia yakin
semengerikan apapun filmnya pasti ada celah romantis yang terselip di dalamnya.
Ia bisa memanfaatkannya nanti.
Film
berjalan dengan normal seperti film triler biasanya. Tapi baru setengah jalan,
Lia menangis mencari Bundanya.
“Kakak, di
pause dulu. Nanti aku nonton lagi abis nenenin Lia,” ucap Clara lalu berjalan
ke kamar lagi untuk menyusui anaknya sekaligus menidurkannya kembali.
Bara
mengangguk lalu mempause film yang sedang mereka tonton. Bara sudah cemberut
karena kekurangan waktu berduaan dengan Clara. Tapi seketika itu juga ia jadi
punya ide brilian.
“Hah… kelar
deh udah bobo lagi si Lia,” ucap Clara yang kembali lagi setelah menidurkan Lia
lagi.
Bara
langsung memasang wajah sedih dan pura-pura menangis sambil menghentakkan
kakinya.
“Kakak ih
ngapain?! Diem deh! Nanti Lianya bangun!” omel Clara.
Bara mendengus kesal. Sial idenya untuk minta nenen ternyata gagal. Minta nenen dengan cara itu hanya bekerja jika Lia yang melakukannya.
0 comments