Sama
seperti kebanyakan anak kecil lainnya, Lia juga semangat untuk masuk ke sekolah
pertamanya. Bara sebenarnya merasa sedikit takut jika Lia nantinya akan bosan
dengan keteraturan dan sekolah jika terlalu dini di sekolahkan. Tapi Lia
terlihat sangat tertarik dan semangat ketika tau jika sekolahnya nanti ia akan
memakai seragam.
Lia suka
seragam, seperti yang biasa di gunakan Lisa. Kakak Tantenya (sebenarnya Tante,
tapi Lia melihat Lisa sebagai Kakaknya. Jadi di panggil Kakak Tante) yang
terlihat rapi dan keren setiap bersiap berangkat ke sekolah tiap pagi jika ia
sedang menginap. Lia melihat Lisa yang sibuk dengan sekolahnya sebagai sesuatu
yang sangat hebat dan luar biasa, Lia jadi tak sabar ingin segera sama seperti
Lisa.
“Gimana Ayah, bagus tidak?” tanya Lia yang sudah berulang kali menanyakan pendapat ayahnya
dan berputar-putar bergaya sembari mematut dirinya menggunakan seragam
sekolahnya.
“Bagusnya! Cantik
sekali anak Ayah!” puji Bara tak kenal lelah menyanjung putri kecilnya.
“Sebental
ya…” Lia langsung berlari ke kamar dan memakai kaos kaki. “Kalo sekalang
gimana?” tanya Lia lagi lalu berjinjit sembari melompat kecil menunjukkan
kakinya yang sudah memakai kaos kaki dengan renda-renda kecil yang lucu.
“Wah tambah
keren anak Ayah! Jadi kayak Bunda kalo mau kuliah!” puji Bara sembari
mengalihkan pandangannya dari laptop sejenak untuk melihat putrinya.
“Hihi Lia
tau!” ucap Lia yang salting karena terus di puji. Lia kembali ke kamar mengambil
sepatunya dan berlari menuju Bundanya yang sedang berlari di atas trademill. “Bunda
tolong!” pinta Lia.
Clara
menghentikan trademillnya lalu mendekat ke arah Lia dan memakaikannya sepatu. “Dah,
cantik sekali deh anak Bunda!” puji Clara lalu bersiap kembali berlari.
“Iya dong!”
ucap Lia lalu kembali memamerkan penampilannya di depan ayahnya untuk meminta
pujian lagi.
Seharian sebelum ia pergi kesekolah Lia benar-benar merasa keren dan dewasa. Lia merasa dirinya sudah menjadi anak gede dan sudah sepantasnya orang-orang memanggilnya Kakak bukan Adek lagi. Lia sudah siap menjadi besar!
“Anak gede kalo
makan gak pilih-pilih loh…” ucap Clara ketika Lia mulai sulit makan pada malam
hari.
“Huh! Siapa
yang pilih-pilih, aku kan bilang makannya agak nanti!” ucap Lia yang ingin tetap
mempertahankan posisinya sebagai anak gede lalu kembali makan.
Sementara Bara
yang melihat tingkah lucu putri kecilnya hanya tertawa. Selesai makan Lia
kembali sibuk menyiapkan peralatan sekolahnya bersama ayahnya sementara
bundanya merapikan meja makan.
“Oke sif
semua sudah siap!” ucap Lia semangat.
“Sip! Besok
berarti Adek sudah besar!” ucap Bara ikut semangat.
“Kakak! Aku
mau di panggil kakak, adek kan buat anak kecil!” ralat Lia yang meminta di
panggil Kakak.
“Kakak itu
kalo punya adek, Lia kan gak punya adek jadi ga bisa di panggil kakak,” ucap Bara.
“Bun…”
“AYAH BARA
GAK BOLEH KOMPOR YA!!!” sindir Clara lalu masuk ke kamar mandi setelah mengurus
meja makannya.
Bara
meringis. “Oke kita mulai dari tidur sendiri ya biar semakin gede! Kalo Lia
berhasil tidur sendiri nanti Ayah coba cariin adek!”
“Yes!yes!yes!
Aku mau!” seru Lia semangat.
Bara
tersenyum sumringah penuh kemenangan lalu mengantar Lia ke kamarnya sendiri
sementara Clara hanya geleng-geleng kepala. 30 menit pertama semua berjalan
lancar, Lia juga bisa tidur sendir. Bara sudah tersenyum sumringah kembali ke
kamar setelah berhasil menidurkan anaknya itu. Tapi begitu ia membahas soal
punya anak lagi dengan Clara. Samar terdengar suara Lia yang menangis.
“Kenapa
adek?” tanya Clara yang langsung berlari menghampiri Lia di kamarnya.
“Bunda!!!
Bunda!!! Nanapa adek sendirian! Nanapa ditinggal?!” tangis Lia yang marah
karena ia sendirian di kamar.
“Kan adek
udah gede, jadi tidur sendirian…”
“Tapi kamarnya
gelap!” omel Lia sambil menangis dan akhirnya kembali tidur di kamar orang
tuanya.
Bara
menghela nafas, rencananya membuat anak gagal. Bara perlu membuat siasat baru lagi.
“Pelan-pelan
Kak, bertahap. Lia kan masih kecil juga…” hibur Clara sembari mengelus suaminya
yang dari tadi memandangi Lia yang tidur di tengah.
Bara tersenyum
lalu mengangguk. Masih ada hari esok untuk mencoba rencana baru.
0 comments