Tidak ada
hal yang lebih menyenangkan bagi Lia selama di sekolah selain bermain dengan Aldy.
Aldy memang cengeng dan penakut, tapi Lia merasa senang dan nyaman-nyaman saja
bisa bersama dengan Aldy yang selalu mengikutinya. Lia mudah bergaul dan suka
berteman dengan teman-teman lain yang hanya ada 8 murid di kelasnya. Tapi meskipun
muridnya masih bisa di hitung jari bagi Lia dan anak-anak lain itu sudah banyak.
“Aldy aku
disini!” seru Lia yang akhirnya muncul dari tempatnya bersembunyi karena Aldi
sudah terlihat akan menangis karena tak kunjung menemukannya.
“Lia!” seru
Aldi lalu menangis mendekat pada Lia dan langsung di peluk Lia.
Lia merasa
dirinya super keren dan sudah benar-benar menjadi anak gede setiap bisa
menenangkan Aldy yang cengeng. Lia juga senang bisa menjadi panutan untuk Aldy.
Lia semakin merasa pantas di panggil Kakak atas hal tersebut.
Namun apa
yang Lia rasakan rasanya tidak sejalan dengan apa yang Bara lihat dan rasakan. Bara
yang berniat diam-diam mengabadikan momen putri kecilnya di sekolah dibuat
kaget bukan main saat melihat Aldy berlari memeluk Lia begitu Lia keluar dari
persembunyiannya. Bara benar-benar syok bukan main melihat interaksi Lia dengan
teman laki-laki pertamanya.
“Ya ampun!
Adek!” gumam Bara pelan lalu kembali mengintip.
Lia
bergandengan dengan Aldy kembali duduk bersama dalam satu meja bundar. Bu Guru
mulai membagikan puzzel sebagai materi belajar hari ini. Aldy menggeser
duduknya mendekat pada Lia begitu Lia mulai asik menyusun puzzelnya.
Bara langsung
membelalakkan mata begitu melihat Aldy yang terus mendekati Lia. Perasaannya benar-benar
campur aduk, kalang kabut bukan main. Lia yang selalu ia jaga dan ia anggap
sebagai anak kecil tiba-tiba sudah di dekati seorang pria. Memang Aldy juga
masih anak-anak, tapi bagi Bara Aldy tatap pria yang berpotensi menjadi
bajingan dan mengotori putri kecilnya.
“Bahaya…”
gumam Bara pelan.
Bara terus memperhatikan Lia dan Aldy yang terlihat akrab. Aldy juga terlihat posesif pada Aya karena ingin selalu bersama dengannya. Bara yang semula hanya berencana untuk mampir saja dan ingin langsung pergi ke hotelnya, tak sampai hati untuk pergi kemana-mana sekarang. Matanya terus memperhatikan Lia dan hatinya terus mengkhawatirkan putri kecilnya itu.
“Ayah!!!”
pekik Lia yang akhirnya menyadari ketika ada orang yang mengintip dari ujung
jendela kelas dari tadi.
Bara kaget
sungguhan kali ini. Lia langsung berlari kepelukan Ayahnya dengan ceria.
“Wah, Ayah
pulangnya masih satu jam lagi ya…” ucap Bu Guru yang melihat Bara memeluk dan
menggendong Lia.
Lia
mengangguk setuju dengan apa yang di sampaikan gurunya lalu turun dari gendongan
Ayahnya. “Ayah pulang saja dulu. Aku tidak papa sekolah, aku suka sekolah!”
seru Lia lalu kembali masuk dan bergandengan tangan kembali dengan Aldy.
Bara tak
bisa tersenyum sedikitpun. Entah dorongan darimana tapi perasaannya benar-benar
sedih sekarang. Bara merasa begitu patah hati dan cemburu karena ada pria lain
yang ada di hidup Lia dan terlihat dekat dengannya.
“Ayah itu bakal jadi cinta pertama buat anak perempuannya, jadi harus baik biar dia bisa punya figur pria idaman yang bagus. Gak asal bucin kesemua cowok…”
Ucapan mertua Bara terngiang di telinganya
seolah Caca baru mengatakannya barusan sembari memandikan Lia yang masih berumur
seminggu.
Tapi saat
ini Bara sudah melihat Lia asik menyanyi bersama pria lain. Pria cengeng yang
terus mengintilinya kemanapun. Bara benar-benar sedih dan merasa ingin masuk
kesana memisahkan Lia dari temannya lalu menggantikan posisinya untuk duduk
bersama Lia dan menyanyi bersama.
Ternyata melihat
putrinya bersama pria lain adalah hal yang begitu menyakitkan. Ini baru sebatas
teman, belum pacaran atau menikah, Bara terdiam lalu mundur dan kembali duduk
dan mengintip Lia seperti semula. Sesekali Lia menoleh padanya sambil tersenyum
dan melambaikan tangan kecilnya dengan ceria. Tapi Bara jadi teringat pada kesalahan
besarnya pada Clara dan mertuanya, Bara sekarang benar-benar paham dan di
rundung rasa bersalah juga ketakutannya jika Lia akan bertemu pria seperti
dirinya nanti.
0 comments