“Tinggalkan disini saja!”
Molly mengampit
ekornya sembari melengkungkan tubuhnya, berusaha meringkuk sembari menatap
majikannya yang begitu marah padanya. Anjing kurus itu tidak tau salahnya apa,
kesalahan apa yang begitu fatal hingga ia di tinggal sendiri disini. Sudah sehari
ia menunggu majikannya, sendirian, kelaparan, kehausan.
Tak satupun
manusia mendekat padanya, semua memandangnya hina. Beberapa diantaranya memukul
dan melemparinya tanpa alasan yang jelas. Molly semakin bingung kenapa sekarang
semuanya begitu membencinya, bahkan majikannya yang selalu menyayanginya juga
membiarkannya sendirian disini. Tapi Molly terus menunggu.
Tapi mau
sampai kapan menunggu? Molly mulai mengunyah tali yang menahannya. Molly
berpikir untuk pulang sendiri karena mungkin majikannya lupa jika ia menunggu
disini. Molly yang akan pulang. Molly terus mengunyah sambil membayangkan
nyaman elusan majikannya, keseruan ketika berlari bersama, rasa bangga ketika
bisa menjaga rumah, dan sedikit makanan untuknya. Molly ingin pulang.
Molly
langsung berlari menuju arah rumahnya dulu. Ia berusaha mengingat setiap tempat
yang ia lalui untuk pulang. Namun belum jauh ia tiba-tiba di tangkap seorang
pria yang langsung memasukkan tubuh kurusnya kedalam karung.
Molly begitu
ketakutan dan panik. Ia terus meronta, menjerit, mengongong, sampai menangis. Tak
lama terdengar suara anjing lain yang meronta dan sama-sama di selimuti
kepanikan seperti yang Molly rasakan. Sampai akhirnya ia di lepaskan dalam satu
kandang besar bersama anjing-anjing lain.
“Halah
kurus gitu, di bikin sate gak ada dagingnya. Ambil yang itu saja!”
Belum
kandang di buka, seorang pria bertubuh gempal menghantam kepala seekor anjing
yang di tutup karung dengan kayu besar. Anjing itu menggeliat kesakitan,
menjerit meminta pertolongan tapi sial tak satupun manusia mendengarnya, tak
satupun manusia memahami anjing gemuk yang memohon untuk tidak di bunuh karena
sedang mengandung itu. Manusia itu terlalu kejam.
Molly langsung
berlari sekuat tenaga tak peduli dengan kawat yang melukai badannya begitu
kandang dibuka. Molly berlari tanpa tau tujuannya kemana. Molly terus berlari
dan berlari berusaha menyelamatkan hidupnya. Ia tak boleh mati disini, ada
majikannya yang menunggu di rumah. Ada majikannya yang merindukannya, ada majikannya
yang menantinya pulang.
Molly
berlari begitu jauh hingga ia tak tau dimana ia berada. Semua tampak begitu
asing. Tak satupun yang Molly kenali, bahkan baunya pun juga terasa sangat
asing bagi hidungnya. Molly semakin tersesat.
Molly sendirian,
kebingungan, kelaparan, haus dan tersesat. Molly ingin pulang. Molly mencoba
mendekat ke arah penjual makanan. Molly berguling sembari mengibaskan ekornya,
cara itu selalu berhasil meluluhkan majikannya jika ia ingin makan. Tapi manusia
yang berjualan makanan itu bukan majikannya.
“Hus! Hus!
Anjing kotor! Najis!” teriaknya sembari melempari Molly dengan batu.
Molly
berlari menjauh, sampai ia masuk ke dalam bak sampah. Molly menemukan genangan
air yang rasanya cukup nikmat dan segar untuk melegakan dahaganya. Tak jauh
dari genangan air itu Molly menemukan sisa-sisa tulang dan nasi juga muntahan
entah siapa yang muntah. Tapi Molly memakan semuanya. Ia sudah terlalu lapar
untuk jadi pemilih.
Namun saat
ia kembali mencari makanan ia menemukan seorang bayi. Molly menjilatinya,
memastikan bayi itu seperti bayi majikannya dulu. Ini bayi manusia! Molly
terlonjat kaget dan langsung mengogong-gong mencari pertolongan. Lagi-lagi tak
satupun orang yang peduli padanya. Bayi itu mulai menangis dengan lemah dan Molly
semakin keras mengong-gong mencari pertolongan.
Molly
berlari menuju pedagang makanan yang tadi ia temui. Molly mendekat dan mengong-gonginya
sembari memberanikan diri menarik ujung pakaiannya. Pedagang itu marah dan
langsung mengambil tongkat hendak memukulnya. Molly langsung berlari menghindar
dengan gesit. Namun samar ia masih mendengar bayi yang ia temukan tadi
menangis.
Molly kembali
mendekat memberanikan dirinya. Ia mengulang caranya yang sama seperti
sebelumnya. Pedagang itu langsung memukul punggungnya dengan sekuat tenaga.
Molly kembali berlari ketakutan. Tapi ada bayi manusia yang perlu ditolong.
Molly tak bisa meninggalkannya.
Molly
sekali lagi mendekat, mengong-gong dengan cara yang sama. Tapi kali ini tiap
kali pedagang itu hendak memukulnya ia berlari ke arah tumpukan sampah. Pedagang
itu kesal setiap kali gagal memukul Molly. Molly terus mengulang apa yang ia
lakukan sampai ia sampai di tumpukan sampahnya.
Bayi itu
tampak lemah. Molly mendekatinya dan duduk diam di sampingnya. Sementara pedagang
yang tau jika ia memiliki kesempatan untuk menghajar Molly langsung memukulinya
berulang-ulang kali. Molly tak bisa menghindar lagi, lebih tepatnya Molly tak
mau menghindar karena jika ia menghindar tak akan ada yang melihat bayi manusia
yang ia temukan.
“Najis! Haram!
Najis! Haram! Allahuakbar!” teriak pedagang itu dengan penuh emosi menghajar
Molly yang sudah tak berdaya dan tak bisa bergerak lagi.
“Oek…oek…”
suara tangis bayi samar terdengar dari dekat Molly.
Pedagang
itu mulai mendekat ke arah suara. Ada bayi yang suda begitu lemah dengan tubuh
yang mulai membiru dengan Molly yang sudah tak bernyawa.
“Ada bayi! Ada
bayi!” teriak pedagang itu memberitahu orang-orang di sekitar pasar atas temuannya.
Semua orang
berkumpul. Pedagang itu menggendong bayi yang Molly temukan. Namun tak
berselang lama bayi itu sudah begitu dingin dan mulai menghembuskan nafas
terakhirnya.
“Alhamdulilah
Bude tadi gebukin anjing itu! Pasti anjing ini yang mbunuh bayi ini. Aduh kasihannya…”
"Oh iya! Tadi aku juga liat anjing itu nyerang Bude!"
"Dasar anjing liar! Makannya masuk golongan makhluk yang hina!"
Baca juga :
0 comments