BLANTERORBITv102

Anjing Surga

Kamis, 15 Juni 2023

 


“Tinggalkan disini saja!”

Molly mengampit ekornya sembari melengkungkan tubuhnya, berusaha meringkuk sembari menatap majikannya yang begitu marah padanya. Anjing kurus itu tidak tau salahnya apa, kesalahan apa yang begitu fatal hingga ia di tinggal sendiri disini. Sudah sehari ia menunggu majikannya, sendirian, kelaparan, kehausan.

Tak satupun manusia mendekat padanya, semua memandangnya hina. Beberapa diantaranya memukul dan melemparinya tanpa alasan yang jelas. Molly semakin bingung kenapa sekarang semuanya begitu membencinya, bahkan majikannya yang selalu menyayanginya juga membiarkannya sendirian disini. Tapi Molly terus menunggu.

Tapi mau sampai kapan menunggu? Molly mulai mengunyah tali yang menahannya. Molly berpikir untuk pulang sendiri karena mungkin majikannya lupa jika ia menunggu disini. Molly yang akan pulang. Molly terus mengunyah sambil membayangkan nyaman elusan majikannya, keseruan ketika berlari bersama, rasa bangga ketika bisa menjaga rumah, dan sedikit makanan untuknya. Molly ingin pulang.

Molly langsung berlari menuju arah rumahnya dulu. Ia berusaha mengingat setiap tempat yang ia lalui untuk pulang. Namun belum jauh ia tiba-tiba di tangkap seorang pria yang langsung memasukkan tubuh kurusnya kedalam karung.

Molly begitu ketakutan dan panik. Ia terus meronta, menjerit, mengongong, sampai menangis. Tak lama terdengar suara anjing lain yang meronta dan sama-sama di selimuti kepanikan seperti yang Molly rasakan. Sampai akhirnya ia di lepaskan dalam satu kandang besar bersama anjing-anjing lain.

“Halah kurus gitu, di bikin sate gak ada dagingnya. Ambil yang itu saja!”

Belum kandang di buka, seorang pria bertubuh gempal menghantam kepala seekor anjing yang di tutup karung dengan kayu besar. Anjing itu menggeliat kesakitan, menjerit meminta pertolongan tapi sial tak satupun manusia mendengarnya, tak satupun manusia memahami anjing gemuk yang memohon untuk tidak di bunuh karena sedang mengandung itu. Manusia itu terlalu kejam.

Molly langsung berlari sekuat tenaga tak peduli dengan kawat yang melukai badannya begitu kandang dibuka. Molly berlari tanpa tau tujuannya kemana. Molly terus berlari dan berlari berusaha menyelamatkan hidupnya. Ia tak boleh mati disini, ada majikannya yang menunggu di rumah. Ada majikannya yang merindukannya, ada majikannya yang menantinya pulang.

Molly berlari begitu jauh hingga ia tak tau dimana ia berada. Semua tampak begitu asing. Tak satupun yang Molly kenali, bahkan baunya pun juga terasa sangat asing bagi hidungnya. Molly semakin tersesat.

Molly sendirian, kebingungan, kelaparan, haus dan tersesat. Molly ingin pulang. Molly mencoba mendekat ke arah penjual makanan. Molly berguling sembari mengibaskan ekornya, cara itu selalu berhasil meluluhkan majikannya jika ia ingin makan. Tapi manusia yang berjualan makanan itu bukan majikannya.

“Hus! Hus! Anjing kotor! Najis!” teriaknya sembari melempari Molly dengan batu.

Molly berlari menjauh, sampai ia masuk ke dalam bak sampah. Molly menemukan genangan air yang rasanya cukup nikmat dan segar untuk melegakan dahaganya. Tak jauh dari genangan air itu Molly menemukan sisa-sisa tulang dan nasi juga muntahan entah siapa yang muntah. Tapi Molly memakan semuanya. Ia sudah terlalu lapar untuk jadi pemilih.

Namun saat ia kembali mencari makanan ia menemukan seorang bayi. Molly menjilatinya, memastikan bayi itu seperti bayi majikannya dulu. Ini bayi manusia! Molly terlonjat kaget dan langsung mengogong-gong mencari pertolongan. Lagi-lagi tak satupun orang yang peduli padanya. Bayi itu mulai menangis dengan lemah dan Molly semakin keras mengong-gong mencari pertolongan.

Molly berlari menuju pedagang makanan yang tadi ia temui. Molly mendekat dan mengong-gonginya sembari memberanikan diri menarik ujung pakaiannya. Pedagang itu marah dan langsung mengambil tongkat hendak memukulnya. Molly langsung berlari menghindar dengan gesit. Namun samar ia masih mendengar bayi yang ia temukan tadi menangis.

Molly kembali mendekat memberanikan dirinya. Ia mengulang caranya yang sama seperti sebelumnya. Pedagang itu langsung memukul punggungnya dengan sekuat tenaga. Molly kembali berlari ketakutan. Tapi ada bayi manusia yang perlu ditolong. Molly tak bisa meninggalkannya.

Molly sekali lagi mendekat, mengong-gong dengan cara yang sama. Tapi kali ini tiap kali pedagang itu hendak memukulnya ia berlari ke arah tumpukan sampah. Pedagang itu kesal setiap kali gagal memukul Molly. Molly terus mengulang apa yang ia lakukan sampai ia sampai di tumpukan sampahnya.

Bayi itu tampak lemah. Molly mendekatinya dan duduk diam di sampingnya. Sementara pedagang yang tau jika ia memiliki kesempatan untuk menghajar Molly langsung memukulinya berulang-ulang kali. Molly tak bisa menghindar lagi, lebih tepatnya Molly tak mau menghindar karena jika ia menghindar tak akan ada yang melihat bayi manusia yang ia temukan.

“Najis! Haram! Najis! Haram! Allahuakbar!” teriak pedagang itu dengan penuh emosi menghajar Molly yang sudah tak berdaya dan tak bisa bergerak lagi.

“Oek…oek…” suara tangis bayi samar terdengar dari dekat Molly.

Pedagang itu mulai mendekat ke arah suara. Ada bayi yang suda begitu lemah dengan tubuh yang mulai membiru dengan Molly yang sudah tak bernyawa.

“Ada bayi! Ada bayi!” teriak pedagang itu memberitahu orang-orang di sekitar pasar atas temuannya.

Semua orang berkumpul. Pedagang itu menggendong bayi yang Molly temukan. Namun tak berselang lama bayi itu sudah begitu dingin dan mulai menghembuskan nafas terakhirnya.

“Alhamdulilah Bude tadi gebukin anjing itu! Pasti anjing ini yang mbunuh bayi ini. Aduh kasihannya…”

"Oh iya! Tadi aku juga liat anjing itu nyerang Bude!"

"Dasar anjing liar! Makannya masuk golongan makhluk yang hina!"


Baca juga :


Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.