Salah Obat 2 🔞
Vika masuk ke kelasnya dengan perasaan yang begitu bercampur aduk. Ia masih terbayang-bayang akan nikmatnya kejantanan Vito yang baru saja memuaskan lubangnya. Betapa besar dan panas, dengan urat-uratnya yang bertonjolan dan keras, dan ahhh...sulit sekali Vika melupakan apa yang barusan ia nikmati di UKS. Bahkan rasanya kewanitaannya masih berdenyut ingin di puaskan oleh gurunya itu lagi."Vik, masih sakit?" tanya teman sebangku Vika yang sedikit heran karena Vika yang terlihat tak jenak dan terlihat gelisah.
Vika berdeham sebentar lalu tersenyum canggung dan menggeleng pelan. Tubuhnya bagian bawah masih terasa berdenyut meminta jatah. Pikirannya masih belum bisa lepas dari kenikmatan yang Vito berikan padanya.
Perlahan tangan Vika terulur kebawah. Meraba kewanitaannya dari luar roknya yang sudah terasa lembab dan hangat juga jauh lebih sensitif. Bahkan sentuhan kecil saja sudah membuatnya geli dan bergairah luar biasa. Belum lagi saat ia dengan sengaja menyentuh dadanya sendiri, ugh! Gejolak nafsunya langsung menggebu tak karuan.
"Vika masih sakit?" tanya guru ekonomi yang tengah mengajar di depan kelas.
"A-ah...lu-lumayan Bu..." jawab Vika canggung.
"Mau istirahat di UKS dulu? Apa mau ijin pulang aja?"
"K-kayaknya mau ijin pulang aja, sambil nunggu di jemput di UKS," jawab Vika yang sudah tak tahan. "Vika udah hubungi Mama kok," lanjut Vika sambil menunjukkan ponselnya lalu mengemasi barang-barangnya sebelum buru-buru berpamitan keluar.
Teman-teman kelasnya sedikit memandang Vika aneh saat memilih pergi ke UKS sendirian tanpa di temani seperti biasanya. Mengingat Vika begitu senang jika pergi bergerombol dengan gengnya. Begitu berbeda dengan kali ini dimana ia tiba-tiba memutuskan pergi sendiri.
Vika langsung bergegas ke UKS, bukan tanpa alasan tapi ia masih ingin meminta kenikmatan yang baru ia terima dari gurunya tadi lagi. Vika jelas tak bisa bercinta dengan Vito jika ada temannya. Tapi sayang ketika Vika sampai di UKS ia juga tak bisa mendapatkan apa yang ia mau.
Vito sedang sibuk mengurus seorang siswa bermasalah, Vito juga tak tampak menghiraukannya. Tapi Vika sudah kepalang tanggung sampai di UKS jadi mau tidak mau ia tetap masuk kesana dan tiduran di kasur UKS sembari menunggu Vito selesai dengan urusannya atau mamanya datang menjemput, paling tidak.
"Mama ga bisa jemput, nanti minta di anter pak Vito aja ya..." ucap Desi pada putrinya begitu telfonnya di angkat.
"Mama udah bilang?" tanya Vika memastikan.
"Udah, Mama udah bilang," putus Desi begitu saja. Vika sedikit sedih mendengar penuturan mamanya yang acuh tak acuh padanya. Tapi mau bagaimana lagi, mamanya memang begitu dan ia tak bisa banyak menuntut pada orang tuanya yang memang selalu sibuk itu.
Vika memandang ponselnya sejenak lalu memejamkan matanya. Nafsunya sudah tak sebesar sebelumnya, tapi sialnya ketika nafsunya reda dan mulai di hinggapi rasa sedih tiba-tiba Vito meremas ******* dari belakang. Vika cukup kaget tapi begitu ia menoleh ke belakang dan mendapati jika itu adalah Vito dan benar-benar Vito yang sedang memainkan payudaranya Vika mempersilahkannya begitu saja.
"Kamu kenapa kesini lagi? Masih pengen hmm..." tanya Vito berbisik di telinga Vika sembari membuka tiga kancing seragam yang Vika kenakan.
Vika hanya diam, bingung harus menjawab apa. Ia ingin mengelak, tapi tubuhnya sudah terlanjur ketagihan. Bahkan tanpa sadar Vika juga membantu Vito yang kesulitan ketika ingin mengeluarkan ******* dari dalam ***** itu. Vika juga berusaha mati-matian menahan desahnya seiring dengan sentuhan Vito pada ******* yang semakin menggodanya.
"Ahhh...shhh..." Vika menggigit bibir bawahnya sendiri menikmati pilinan di ****** yang semakin menaikkan gairahnya yang semakin tak tertahankan.
"Enak?" tanya Vito sembari mendekat untuk melumat bibir Vika sejenak sebelum menghisap ****** muridnya yang sedari tadi ia mainkan....