Salah Obat 01 🔞
Dengan tawa puasnya Vika menertawakan Tari yang ia kerjai habis-habisan sore ini. Ia masih terus membayangkan Tari yang terpeleset hingga roknya tersingkap dan celana dalamnya terlihat. Vika juga begitu senang ketika ia berhasil merampas buku harian milik Tari dan membagikan semua ceritanya di dalam group sekolah. Bahkan Vika juga membuatkan link khusus untuk tidak hanya mengakses buku harian yang berisi keluh kesah Tari saja tapi juga mengirim foto-foto milik Tari.Mulai dari fotonya yang terlihat normal seperti saat sedang liburan bersama keluarganya hingga foto ketika Tari mencoba ikut menjadi cosplay sexy. Entah apa yang Tari lakukan pada Vika tapi yang jelas Vika begitu kesal pada Tari. Selain itu Tari juga tak bisa banyak melawan sehingga Vika semakin senang merundungnya.
"Aku gak maksa kamu tapi kalo kamu mau besok aku mau uang lima ratus ribu. Paham kan?" tanya Vika dengan senyum ramahnya yang terlihat mengerikan.
Tari langsung mengangguk dengan gugup. Lima ratus ribu jelas uang yang banyak untuk Tari. Itu setara dengan uang makannya selama sebulan. Tari benar-benar frustasi sekarang. Kiriman uang dari ibunya yang bekerja jadi TKW memang sudah di kirim. Tapi bukan berarti uang itu bisa Vika gunakan semaunya sendiri dengan merampas dari Tari.
Tari berjalan ke UKS, ini adalah gilirannya piket sebagai anggota PMR. Tak ada yang mau menemaninya. Tari mengerjakannya sendiri, karena Vika merundungnya semua orang di sekolah jadi ikut menjauhinya. Beruntung Tari masih memiliki Tito, kakaknya yang bekerja sebagai guru BK di sekolahnya.
Tito jelas tau apa yang di alami Tari. Meskipun Tari tak pernah bercerita padanya. Namun melihat banyaknya memar baru tiap kali Tari bersama Vika, itu sudah menjelaskan segalanya. Belum lagi Tari juga makin boros sementara tak ada barang yang ia beli selama ini.
"Vika minta uangmu?" tanya Tito.
Tari langsung menggeleng, Vika sudah mengancamnya jika ia mengadu pada Tito lagi Vika akan menghabisinya. Tari terlalu takut dan tak punya pilihan selain menurutinya.
"Kasih aja uangnya kalo dua minta," ucap Tito lalu menghela nafas dengan berat.
Ia sudah memikirkan banyak hal untuk memberi pelajaran pada Vika, tapi rasanya tak satupun yang mempan. Entah apa yang ada di pikirannya.
"A-aku mau balik ke kelas," ucap Tari lalu pergi ke kelas dengan gugup.
Ia tak mau berbohong pada Tito, tapi ia juga tak mau jika Tito bertindak ia akan berada dalam bahaya. Tito juga bingung harus apa jadi ia memilih untuk tenang dan berpikir dengan jernih terlebih dahulu.
Tapi belum ia duduk tiba-tiba dari luar begitu gaduh, beberapa siswi menjerit dan seorang siswa langsung berlari mencari Tito.
"Pak Tito! Ada yang jatuh dari lantai 4!" teriak siswa itu memberitau Tito.
Tito langsung berlari keluar melihat adiknya yang sudah bersimah darah. Matanya masih terbuka, menatap tajam ke lantai 4 dimana ada Vika yang terlihat santai menatap Tari sementara gengnya yang ada di lantai 1 ikut mengerubungi Tari dengan khawatir dan langsung menelfon ambulance.
***
Seminggu full sekolah terpaksa di liburkan untuk melakukan olah TKP. Pengecekan melalu CCTV juga dilakukan, Tito ikut menyelidiki. Ia yakin jika Vika adalah alasan Tari melakukan ini. Tapi dilihat dari CCTV yang kurang jelas dan bukti serta saksi yang tak lengkap serta cukup meyakinkan. Vika dan gengnya tak dapat di hukum.
Tito juga tak bisa banyak berbuat. Butuh lebih banyak bukti dan saksi daripada hanya sekedar kalimat saya yakin dia pelakunya. Untuk menjebloskan orang kedalam penjara. Tito hanya bisa menelan kesakitannya sendiri sementara Vika dan yang lainnya bisa bebas seperti biasanya. Melupakan Tari dan perbuatan buruknya begitu saja, seolah kejadian itu tak berarti apapun.
Tito juga tak melihat siswa-siswi lainnya yang peduli pada Tari. Semuanya menjalani hari seperti biasa. Bahkan di link forum yang Vika buat banyak yang meluapkan kekesalan pada Tari karena ia nekat melompat. Membuat pembelajaran jadi tertunda dan banyak kekesalan lainnya. Bahkan saat Tari kritis hingga memerlukan donor darah Vika juga membuat seruan untuk tidak mempedulikan Tari.
"Dia terlalu manja, bahkan saat sekarat juga masih merepotkan menyebalkan sekali," tulis Vika.
"Eh katanya Tari adiknya Pak Tito loh, emang iya ya?" tulis yang lainnya.
"Mungkin, mungkin juga deket doang. Tari kan sempet caper kalo di UKS. Denger-denger gara-gara Pak Tito mau nikah. Mungkin dia lopat karena cemburu?" saut yang lainnya.
Banyak lagi gosip yang beredar dan rasanya semakin melebar kemana-mana terkait Tari. Tito benar-benar tak habis pikir. Semuanya juga semakin buruk ketika Tari meninggal. Selama upacara berlangsung ketika mengheningkan cipta. Forum buatan Vika itu masih mengolok-olok Tari dan bersyukur atas kematiannya yang membuat Tito benar-benar muak.
Tito mulai bergerak memetakan setiap orang yang ia curigai. Sampai ia melihat anggota geng Vika yang sempat menabur bunga di makam Tari. Kecurigaannya pada mereka hilang begitu saja. Tinggal Vika yang masih merasa tak bersalah karena kematian Tari, dimana kejadian itu bertepatan beberapa saat setelah Tari mentransfer uang sebesar seratus ribu pada Vika.
Tito juga mulai mengawasi Vika dan kegiatannya di rumah. Bahkan Tito kini juga berteman dengan ayah Vika yang bekerja sebagai anggota TNI dan rutin tenis setiap hari Jumat. Juga ibunya yang memiliki sampingan sebagai guru senam dan sengaja Tito pacari, karena sering bertemu di tempat gym yang bersebelahan dengan sanggar senamnya.
***
Pagi ini adalah kelas olahraga untuk kelas XII IPS 2. Hari ini biasanya Vika dan gengnya akan tebar pesona. Ini adalah kesempatannya untuk menunjukkan betapa molek tubuhnya dan betapa menarik dirinya ketika menunjukkan gerakan-gerakan olahraga yang sporty. Tapi beda dari biasanya hari ini Vika kurang enak badan.
"Vika kenapa gak ganti baju olahraga?" tanya guru olahraga pagi ini.
"Gak enak badan, Pak. Vika mau istirahat aja di kelas," jawab Vika yang merasa pusing dan flu.
"Kalo emang sakit istirahat di UKS jangan di kelas!" bentak guru olahraga itu dengan tegas.
Vika mendengus pelan lalu ditemani teman satu gengnya pergi ke UKS. Vika langsung tiduran dikasur yang tersedia disana.
"Gue mau ikut kelas, lo disini sendiri gapapakan?" tanya teman Vika.
Vika mengangguk lalu mengibaskan tangannya dengan angkuh selayaknya bos. Sulit memang melihat sisi iblis dalam diri Vika dengan wajah manis, cantik, dan polosnya itu.
"Siapa yang sakit?" tanya Tito yang baru akan mengecek UKS.
"Vika, Pak."
"Udah di kasih obat?" tanya Tito.
"Belum, katanya cuma perlu istirahat."
Tito mengangguk lalu masuk ke UKS. Ingin rasanya ia membunuh Vika saat ini. Tapi Tito langsung mengepalkan tangannya. Pembalasan untuk Vika tak boleh sesederhana itu. Jika hanya membunuh Vika ia akan masuk kedalam masalah lain. Tito harus menyiksa Vika hingga Vika berharap untuk mati.
"Vika udah minum obat?" tanya Tito dengan ramah.
"B-belum Pak," jawab Vika gugup.
Tito mendekat pada Vika lalu menyentuh keningnya. Vika sedikit hangat.
"Mau di ambilin paracetamol apa vitamin C?" tawar Tito sembari membuka lemari obat.
"V-vitamin aja, Pak."
Tito mengangguk lalu mencarinya. "Wah kayaknya habis stoknya disini, apa belum saya ambil ya?" gumam Tito. "Tunggu sebentar ya," ucap Tito lalu pergi meninggalkan Vika.
Senyumnya langsung merekah, Tito sudah menyiapkan ide cemerlang kali ini. Ia pergi ke apotek saat itu juga, Tito membeli obat Flibanserin. Lalu buru-buru memberikannya pada Vika.
Awalnya Vika tidak yakin pada obat yang di berikan Vito padanya karena rasanya tak seperti vitamin yang biasanya. Tapi melihat Tito yang ramah dan hangat padanya serta guru lain yang berseliweran dan Tito yang tak terlihat mencurigakan akhirnya Vika meminumnya tanpa curiga. Kecurigaan Vika juga muncul karena gosip jika Tito adalah kakak dari Tari mencuat.
Tapi jika Vika pikir-pikir kembali, jika memang Tito adalah kerabat dari Tari pasti Tito akan berbuat buruk padanya entah memukul atau sejenisnya. Tapi selama ini Tito tak pernah berbuat apapun. Selain menghukumnya dulu setelah memukuli Tari dikamar mandi. Vika jadi merasa jika ia terlalu berlebihan saja.
"Pintunya saya tutup ya, saya tinggal dulu," ucap Tito dengan sopan dan ramah seperti biasanya.
Vika langsung mengangguk. Jam 8 memang adalah jadwalnya Tito untuk mengabsen seluruh kelas seperti biasanya. Kecurigaan Vika terhadap Tito semakin hilang dan merasa jika ia sudah tak berdasar. Karena Tito yang sopan dan menjaga diri dengan meninggalkan Vika sendiri daripada harus menemaninya berduaan di UKS.
Tito memandangi jam yang ada di UKS lalu tersenyum sebelum meninggalkan Vika. Tak berselang lama setelah Tito keluar dari sana, Vika tiba-tiba merasa mengantuk namun juga tubuhnya terasa panas dan gatal di saat bersamaan. Kewanitaannya terasa berdenyut dan begitu gatal juga becek seiring dengan payudaranya yang tiba-tiba mengeras dengan putingnya yang mengacung.
"Shh... badanku kenapa?" lirih Vika sembari meraba kewanitaannya dan perlahan membuka kancing atasannya lalu meremas payudara sintalnya yang masih tertutup branya. "Argh! Bangsat! Kenapa tiba-tiba sange gini! Ini masih di sekolah aduhhh..." geram Vika sembari terus meremas payudaranya.
Tito memandangi apa yang Vika lakukan dari kamera tersembunyi yang langsung terhubung di ponselnya. Obat itu bekerja lebih cepat daripada yang Tito...