0
Home  ›  1821+⛔

Bussiness Trip 🔞

"Mas, besok aku ada dinas ke Singapur. Bisa 3 sampe 4 hari kalo sama perjalanannya. Kira-kira Ibu kapan kontrol?" tanya istriku tercinta, Amanda yang baru mendapat promosi jabatan dan langsung mendapat kepercayaan untuk ikut dinas keluar negeri.

"Aman kok, hari Jum'at kan kamu udah pulang. Jadi bisa temenin Ibuku kontrol. Lagian kalo kamu sibuk, kan masih ada aku. Aku bisa nemenin Ibu juga," jawabku sembari menyantap makan malam yang ia siapkan.

Amanda tersenyum lembut. Wajahnya yang cantik dengan raut wajah yang lembut selalu membuatku terpesona, belum lagi sikapnya yang penuh tanggung jawab dan penyayang. Aku yakin semua orang akan memujanya sama sepertiku, belum lagi jika masalah ranjang. Beuh! Jangan di tanya, istriku jelas bisa di andalkan.

"Jangan, Mas kan udah bilang ada jadwal interview kerja. Jangan melewatkan kesempatan, aku bakal berusaha cepet pulang biar bisa nemenin Ibu," ucap Amanda yang selalu memberikan suportnya untukku.

Aku mengangguk sambil tersenyum senang mendengar jawabannya. Jujur saja, kadang aku heran sendiri kenapa wanita sesempurna Amanda bisa mau hidup denganku yang masih saja menganggur seperti ini. Entah aku yang beruntung atau Amanda yang menerima keapesan dalam hidupnya karena menikah denganku. Tapi setiap aku tidak percaya diri, Amanda selalu ada untuk memberiku semangat.

Memang peranku sebagai suami sangat kurang. Amanda hampir mencover seluruh kebutuhan rumah tangga, bahkan sampai kebutuhanku dan kebutuhan Ibuku yang mahal. Memang mendiang Ayahku memberikan rumah sebagai hadiah pernikahan kami dulu. Tapi apa wajar sebagai suami, malah tidak bekerja seperti ini.

"Ini buat pegangan kamu waktu aku ga di rumah, Mas," ucapnya lembut sembari memberikan amplop putih yang sudah ada tulisan Jatah Mas Erik. "Kalo ini buat Ibu, siapa tau butuh. Jaga-jaga aja..."

"Dek gak usah khawatir, kamu kan cuma sebentar. Aku baik-baik aja," ucapku sembari menggenggam tangannya.

Amanda tersenyum lalu mengangguk. "Aku cuma khawatir," ucapnya sembari mengusap wajahnya.

Aku memeluk Amanda sembari mengecup keningnya dengan lembut. "Makasih ya udah mengerti aku, semoga Aniversary kita nanti aku bisa kasih hadiah gaji pertamaku buat kamu," ucapku berusaha tak patah semangat dengan segala yang ku alami.

"Aamiin, aku doain terus biar suamiku bisa dapet kerja bagus, gajinya juga bagus," ucapnya yang selalu memiliki kalimat-kalimat indah yang menyejukkan hatiku.

***

Dari semalam aku terus memandangi wajah istriku yang kini tampak lelah. Mungkin aku terlalu membebaninya. Tapi posisiku sebagai seorang pengangguran seperti ini juga bukan keinginanku. Tapi apa mau dikata nasipku begini, mungkin kalau Amanda tidak bekerja terlalu keras ia tidak terlihat selelah ini.

Hingga pagi datang, Amanda sudah bersiap berangkat kekantor yang jelas ku antar. Sepanjang jalan aku beberapa kali mewanti-wantinya untuk tidak bekerja terlalu keras dan untuk beristirahat dengan cukup. Aku ingin punya anak, tapi mengingat penghasilan saja tidak punya. Jadi aku tidak bisa menuntut apa-apa.

"Nanti disana gak usah ikut minum ya, kalo acaranya udah selesai langsung istirahat," ucapku mewanti-wanti.

Amanda tersenyum sambil mengangguk. "Iya Mas, tapi kalo nemenin party gimana? Masak Pak Bos gak di temenin," ucapnya sembari memandangiku yang sedang menyetir.

"Boleh, tapi gak usah minum. Oke?" Amanda langsung mengangguk lalu menggenggam tanganku.

Tidak ada orang yang lebih ku percayai selain Amanda. Wanita yang paling pengertian dan menjadi penyempurna dalam hidupku. Jadi aku harus bekerja keras untuk membuatnya bahagia dan membuatnya hidup berkelimpahan hingga tak perlu bekerja lagi. Pokoknya aku harus semangat.

"Da!" seru Amanda dengan ceria sembari melangkah ke kantornya sambil menyeret kopernya.

***

Kabar dari Amanda hampir tak pernah putus, bahkan di tengah kesibukannya ia masih sempat menelfonku dan mengirimiku foto dimana lokasinya saat ini. Hari pertamanya juga berjalan lancar, juga bercerita kalau ia tidur sekamar dengan rekannya Vina. Kerjaannya juga sangat padat sepertinya karena pesanku lama di balasnya.

Hari kedua juga begitu, ia masih sibuk meninjau kantor koleganya dan meninjau tempat proyek. Ia hampir selalu mengirim foto lokasi dimana ia menganggap pemandangannya indah.

"Nanti kapan-kapan kita kesini ya Mas, ngajak Ibu juga."

Pesan itu rasanya selalu ada di hampir tiap foto yang ia kirim. Beruntung sekali aku ini bisa memiliki istri sepertinya. Sudah cantik, sexy, bisa bekerja, dan masih tetap menyayangi keluarga. Mungkin aku sudah menggunakan keberuntunganku seumur hidup untuk mendapatkannya.

Sampai di hari ke tiga. Sebelum ia mengabari jika ia akan kembali pulang, tiba-tiba di telfon terdengar jika bos dan clientnya mengajak untuk pesta kecil-kecilan. Sebatas merayakan kesepakatan kali ini.

"Mas, aku mau ikut sama yang lain dulu ya. Lanjut lagi nanti," ucapnya bersiap mematikan telfon.

"Iya, jangan minum ya. Kasian badan kamu," ucapku mengingatkan.

"Iya Mas Erik sayangku, janji," jawabnya sebelum mematikan telfonnya.

Namun setelah panggilan terakhirnya hingga pagi menjelang siang aku masih belum menerima kabar darinya. Sampai tiba-tiba ia mengirim kabar kalau sudah dalam perjalanan ke Jakarta. Jadi aku bersiap menjemputnya di bandara.

Jujur aku sedikit curiga kenapa semalam ia tak bisa dihubungi. Tapi sudahlah mungkin ia terlalu lelah bekerja dan langsung istirahat. Sudah aku tidak boleh berpikir negatif pada istriku sendiri.

"I'm happy! I'm happy! I'm happy to see My Husband!" serunya begitu ceria ketika melihatku datang menjemputnya kebandara.

Kami kembali bersama kembali. Saling memeluk lalu sarapan bersama di dekat bandara. Semuanya terasa begitu indah. Sangat indah, harmonis dan menyenagkan sampai kami tiba di rumah. Amanda langsung membersihkan tubuhnya begitu sampai rumah, kebetulan juga karena ini hari kontrol Ibuku jadi ia juga langsung bersiap mengantarnya ibuku ke rumah sakit.

"Gak bawa HP?" tanyaku mengingatkannya.

"Enggak, batrenya habis. Nanti kalo ada apa-apa aku hubungin pakek HP ibu aja," jawabnya sebelum pergi berangkat bersama Ibuku ke rumah sakit.

Lalu tiba-tiba...kling!

kling!




Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share