Business Trip 2 🔞
Aku merasa kurang nyaman dan masih kepikiran dengan pesan dari Pak Yakub yang di kirimkan pada istriku. Semalaman aku tak bisa tidur. Beberapa waktu ini juga Amanda terlihat kurang nyaman tiap kali aku membahas persiapanku untuk bekerja di Cerio Galery. Ini bukan hal yang mudah juga untuknya.
Tapi terlepas dari itu semua aku percaya istriku tak akan menghianatiku. Aku juga ragu jika Amanda menerima tawaran dari Pak Yakub. Terlebih belakangan ini juga Amanda selalu pulang lebih awal. Jadi aku yakin jika tak mungkin Amanda mengulang kesalahannya lagi. Aku percaya padanya.
"Mas, nanti aku lembur. Ada persiapan work shop," ucapnya sembari sarapan bersamaku dan Ibu.
Ibu mengangguk lalu bangun untuk membawakan beberapa potong buah dan cemilan untuk Amanda. Mereka seperti Ibu dan anak sungguhan, sangat dekat. Aku yakin ibu juga sudah lupa kalau Amanda ini adalah menantunya jika sedekat dan sesayang ini.
"Nanti lembur sampe jam berapa?" tanyaku memastikan.
"Mungkin sampe malem, kan belum display juga," jawabnya sembari membawa tasnya hendak masuk kedalam mobil.
"Dek, aku nanti mau pergi..." tahanku sebelum Amanda berangkat karena teringat jika aku perlu mencetak hasil karyaku sebagai portofolio.
"Oh gitu, yaudah aku pakek ojek aja," jawabnya sambil tersenyum.
Aku mengangguk lalu kembali masuk ke rumah sementara Amanda berjalan menuju pangkalan ojek sendirian. Ibu menatapku heran dan kesal. Jujur aku sedikit merasa bersalah juga, mengingat mobil yang akan ku pakai juga milik Amanda. Tapi disisi lain aku juga merasa perlu sedikit menghukumnya karena sudah selingkuh di belakangku.
"Rik, kamu ini gimana kok malah si Amanda yang di suruh pakek ojek? Ini kan mobilnya juga."
Aku langsung masuk kamar persetan dengan ibu. Aku sudah terlalu muak. Sering gagal dalam pekerjaan, kalaupun dapat gajinya juga hanya cukup untuk beli pulsa saja. Aku jadi menyesal mengijinkan Amanda bekerja.
Mungkin kalau aku tidak mengijinkannya untuk bekerja sekarang aku bisa punya semangat yang lebih lagi. Pasti aku akan jauh lebih sukses karenanya. Kalau kupikir kembali kemiskinanku ini adalah salah Amanda karena terlalu memanjakanku.
Aku langsung menyiapkan file yang akan ku cetak nanti. Namun baru aku menyalakan laptop tiba-tiba ada pesan masuk ke ponsel Amanda yang sudah ku retas. Aku langsung membuka WAnya dan mendapati persetujuan cuti dari Riky, bosnya.
Aku langsung mengerutkan alisku heran. Kemana Amanda pergi? Batinku bertanya-tanya.
Aku mencoba menelusuri ke tempat workshop yang ia katakan tadi pagi. Tapi begitu sampai di lokasi acara itu sudah berjalan dari kemarin. Akhirnya aku memutuskan untuk menanyai tukang ojek pengkolan yang mengantar Amanda.
Tapi sialnya mereka malah mengatakan jika Amanda pergi naik taxi online bukan naik ojek. Aku kaget dan hanya bisa diam. Langkahku untuk sedikit menghukumnya sudah salah! Salah besar. Bahkan sekarang aku tak bisa melacak keberadaannya juga.
Aku buru-buru pulang dan kembali ke kamarku. Beberapa surat berharga sudah tidak ada termasuk buku nikahku. Tapi aku tak tau dan tak pernah ingat kapan Amanda pergi membawa itu semua. Sampai akhirnya aku melacak Amanda melalui lokasi ponselnya.
Ponselnya terakhir terlacak di pangkalan ojek. Sial! Amanda bergerak lebih licin daripada aku! umpatku kesal.
"Kamu itu cari kerja yang bener, kalo Amanda sampe ninggalin kamu. Ibu ga bisa belain kamu."
Aku memejamkan mata mendengar ucapan ibu. Aku sedikit kesal karenanya. Ini bukan hal yang ku inginkan. Sial! Betul-betul sialan!
***
Aku menunggu Amanda dengan cemas hingga malam. Tepat jam 11 malam ia pulang di antar sebuah mobil Rolls Royce berwarna putih. Jelas yang datang mengantarnya ini bukan orang sembarangan. Amanda langsung masuk setelah menyalimiku dengan senyum manisnya.
Ia mengeluarkan kotak bekal yang tadi pagi ia bawa. Ia juga meletakkan tas kerjanya di sofa. Tak ada yang berbeda. Semuanya normal-normal saja. Sampai tiba-tiba ia memberikanku ponselnya setelah mandi.
"Mas, ayo kita pisah," ucapnya setelah menghela nafas.
"A-apa?" gagapku terkaget dengan permintaannya.
"Aku tadi ketemu Pak Yakub...."
"Tunggu jangan bilang kamu..."
"Aku capek sama kamu, sama hubungan kita, sama kehidupanku. Aku ga bisa menghidupi kamu sama ibumu terus-terusan Mas. Setelah ku hitung, kebutuhan hidupku sendiri gak lebih dari 2,5 juta sebulan. Tapi aku harus kerja tiap hari dan keluarin uang hampir 15 juta sebulan buat kamu sama ibumu. Aku ga sanggup. Aku ini cewek, aku ini istrimu. Harusnya aku yang di nafkahin bukan cari nafkah."
"Dek..."
Aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Aku bingung harus apa sekarang. Semua dari awal memang salahku.
"Itu bukti perselingkuhanku sama Pak Yakub. Kalo kamu mau nuntut aku silahkan, kalo enggak seenggaknya aku pengen kamu tau kalo aku emang selingkuh."
"Loh Amanda udah pulang?" terdengar suara Ibu dari luar.
"Pak Yakub bakal terima kamu kerja," ucap Amanda lalu bangun hendak keluar.
"Dek!" tahanku.
Amanda menghela nafasnya dengan berat. "Aku ga bakal bilang ke Ibu, malam ini aku mau tidur sama Ibu," ucap Amanda.
Dengan berat hati aku melepaskan Amanda pergi menemui ibuku. Aku masih tak habis pikir dengan semua yang terjadi. Memang benar aku tak bekerja dan miskin. Tapi aku masih menerimanya setelah ia berselingkuh. Kenapa Amanda tetap nekat menceraikanku?
Kling! Email dari Cerio Galery masuk ke ponselku. Ini benar-benar menyesakkan. Aku tak mau jadi begini, aku tak mau semuanya jadi berantakan seperti ini. Bekerja di Cerio Galery memang impian semua pekerja seni, tapi tidak dengan cara seperti ini.
Aku membuka ponsel Amanda, jantungku berdebar. Ini sangat menyeramkan. Ada beberapa vidio pendek di dalamnya. Aku bingung harus bagaimana. Aku bingung har....
