Bab 30 – Aku Suka Angela
"Mama!!! Cepat Ma
sini!!" teriak Ahmad panik begitu menyambut orang tuanya yang baru saja
pulang.
"Kenapa? Ada apa? "
tanya Nana yang ikut panik sambil berjalan keluar dari mobilnya.
"Angela berdarah!!!"
jawab Ahmad sambil berteriak karena panik.
"Hah!!!" Nana ikut
panik lalu buru-buru masuk ke dalam menemui Angela yang menangis diam di atas
bangku plastik meja belajarnya. "Angela kenapa nak?" tanya Nana
berusaha tenang.
"Angela kayaknya baru
mens deh Ma..." jawab Alif lebih tenang dari pada Ahmad dan
Nana.
Tentu saja Alif lebih tenang,
ia sudah kelas tiga SMA. Alif yang sudah biasa melihat teman-teman perempuannya
yang mengalami menstruasi jelas lebih santai dan bisa mengendalikan
suasana.
"Oooo... Ya Allah... Mama
khawatir... Mama kira kenapa... " ucap Nana sambil menghela nafas dan
mengelus dadanya. "Udah Angela tidak papa... Gak sakit kan?" tanya
Nana sambil mengelus-elus punggung Angela agar berhenti menangis.
Angela mengangguk lalu menyeka
air matanya.
"Dah kakak sama adek
keluar dulu biar mama bantuin Angela ya... " ucap Nana setelah cukup
tenang lalu mengambilkan celana dalam untuk Angela dan pembalut sementara Ahmad
dan Alif keluar membantu papanya mengeluarkan barang-barang dari mobil.
●●●
Nana membantu Angela
menghadapi menstruasi pertamanya. Nana mengajari Angela mamakai pembalut untuk
pertama kalinya, lalu mencuci pakaiannya yang terkena noda darah haid dengan
sabun di kamar mandi, baru ke mesin cuci di cuci biasa setelah noda darahnya
bersih.
Angela cukup takut menghadapi
menstruasi pertamanya. Hal ini cukup membuatnya teringat soal pemerkosaannya
dulu dan itu terasa seperti mimpi buruk bagi Angela. Angela juga menanyakan
soal dadanya yang terasa memar dan sakit padahal ia tidak melakukan apa-apa.
Mendengar Angela sudah banyak
mengalami masa-masa pubertasnya, Nana menjelaskan dengan sabar segala proses
pendewasaannya kali ini. Nana berusaha menjelaskan sedetail dan sejelas
mungkin. Nana juga mengajari Angela untuk lebih memperhatikan kebersihan tubuhnya
juga organ intimnya.
"Wah kalo Angela udah
puber bentar lagi berarti si adek juga puber ini..." gumam Aji sambil
memanaskan zuppa soup yang di belinya tadi.
"Wah iya ya... Mana si
Ahmad belum sunat lagi," saut Nana. "Mas bujuk ya si Ahmad biar mau
sunat..." pinta Nana.
"Haaa... Aku!" seru
Aji sambil berpura-pura terkejut dengan permintaan istrinya.
"Ya mau siapa lagi? Yang
pengalaman di sunat kan kamu..." jawab Nana lalu memeluk suaminya yang
masih berdiri di depan microwave. "Ga kerasa ya anak-anak cepet banget
gedenya..." ucap Nana.
Aji mengangguk lalu mengecup
kening istrinya. "Perasaan baru aja TK udah pada jadi ABG aja... "
saut Aji. "Jadi pengen punya anak kecil lagi nih... " bisik Aji yang
langsung di sikut Nana.
●●●
Saat makan malam, Nana
membuatkan sup telur untuk Angela agar perutnya tidak sakit. Sementara Alif dan
Ahmad yang sudah di gorengkan ayam tetap saja ikut makan sup telur
Angela.
"Ih pada ngerecokin
Angela... " tegur Nana sambil mencium pipi Ahmad yang sudah tidak cubby
lagi.
"Aku cuma cek aja...
Dikit... " jawab Ahmad malu-malu kucing.
"Itu kalo masih mau ada
di panci dikit... " ucap Nana pada Ahmad dan Alif yang dari tadi ikut
makan sup telur sambil di suapi Angela. "Oh iya tadi mama Wulan titip buku
buat Angela... " ucap Nana lalu masuk ke kamar untuk mengambilkan buku
agenda titipan Wulan.
Angela segera mengintili Nana
ke kamar. Sementara Alif dan Ahmad ke dapur tengah membagi sup telurnya
berusaha seadil mungkin.
"Mamanya Angela kangen
sekali. Pengen ketemu sama Angela... Jadi tadi titip ini buat Angela... "
ucap Nana sambil memberikan buku agenda milik Wulan pada Angela.
Angela mengangguk senang
menerima buku dari mamanya. "Makasih ya ma... " ucap Angela lalu
membawa bukunya ke kamar.
"Angela supnya ku makan
ya?" tanya Ahmad saat Angela lewat.
"Iya..." jawab
Angela lalu menutup pintu kamarnya. Angela tidak sabar untuk membaca buku
agenda yang di titipkan mamanya.
●●●
"Adek... " panggil
Aji yang bergabung dengan Alif dan Ahmad yang hendak bermain PS bersama.
"Apa Pa?" tanya
Ahmad sambil memasang stik PSnya.
"Adek mau gak sunat?
" tanya Aji yang langsung di tolak dengan gelengan kepala oleh Ahmad.
"Terus mau kapan dong? Udah kelas 6 loh, masa iya semua temanmu sudah
sunat adek belum... " bujuk Aji pada Ahmad.
"Eh iya loh kamu belum
sunat sendiri!" ucap Alif yang baru ingat kalau adiknya belum di
sunat.
Ahmad langsung mengerutkan
keningnya. Sial tidak ada yang berada di pihaknya, kalau begini sulit untuk
menghindari sunat. Batin Ahmad yang sudah kembang kempis bingung untuk
menghindari di sunat. "Aku sama tititku baik-baik saja, tidak perlu di
sunat-sunat segala!" ucap Ahmad kekeh tidak mau di sunat dengan wajah
serius.
Tapi bukan mendapat tanggapan
yang serius juga, ucapan Ahmad yang kekeh tak mau di sunat itu malah mengundang
tawa kakak dan papanya.
"Angela itu sudah dewasa
loh, sudah besar, sudah menstruasi. Masa iya Ahmad kalah sama Angela... "
ucap Alif mengompori adiknya.
Tak selang lama Angela keluar
dari kamarnya untuk mengambil minum. Ahmad, Alif dan Aji kompak memperhatikan
Angela.
Ahmad jelas tidak mau kalah
dewasa dari Angela, apa lagi Ahmad suka pada Angela meskipun ini masih menjadi
rahasianya dan ia simpan sendiri. Ahmad tidak mau kalau Angela juga
menganggapnya sebagai anak kecil sehingga tidak mau lagi dengannya. Ahmad
langsung membayangkan banyak hal buruk bila ia jadi anak kecil selamanya.
"Adek doang yang masih
anak kecil di rumah ini... " ucap Aji menakut-nakuti Ahmad yang tak mau
kalah.
Aduh aku harus bagaimana
ini... Batin Ahmad bingung lalu berjalan masuk ke kamar mamanya.
"Hayo papa, Ahmad jadi
ngambek tuh... " ucap Alif menakut-nakuti papanya.
Belum lama berselang terdengar
suara pintu kamar di banting oleh Ahmad hingga Alif dan Aji mendelik
kaget.
"Aduh aduh anak mama
kenapa kok marah-marah, banting-banting pintu..." tanya Nana pada Ahmad
yang masuk ke kamarnya setelah ia ganti baju dengan daster.
"Papa sama kakak itu
bilang aku anak kecil terus soalnya aku gak mau sunat! Padahal aku sama tititku
gapapa gak perlu di sunat!" jelas Ahmad.
Nana sudah ingin tertawa
terbahak-bahak mendengar ucapan Ahmad. Tapi tentu saja kalau Nana tertawa Ahmad
akan tambah marah. Jadilah mau tidak mau Nana menenangkan Ahmad sambil menahan
tawanya.
"Eh, emang adek masih
kecil kalo belum di sunat... " ucap Nana sambil memeluk Ahmad.
"Angela gak sunat!"
ucap Ahmad mencari pembenaran.
"Tapi kan mens, berdarah.
Adek mau? Berdarah tiap bulan mau?" tanya Nana. Ahmad langsung menggeleng
dengan panik. "Adek pilih sunat satu kali apa mens, berdarah tiap hari?
Jadi cewek sekalian?" tanya Nana.
Ahmad diam cukup lama sebelum
menjawab pertanyaan mamanya. "Sunat... " lirih Ahmad.
"Apa? Mama tidak
dengar," ucap Nana tak menyangka berhasil membujuk Ahmad.
"S-sunat!" jawab Ahmad lebih mantap. [Next]