Bab 26 – Daging Tak Bertulang
Angela tak lagi tinggal di
rumah Aji lagi sejak ia berkasus. Angela tinggal di rumah sakit di temani
seorang perawat dari komnas perlindungan anak dan perempuan. Meskipun kadang
Burhan, Nana, Aji, Alif dan Ahmad juga datang untuk menengoknya atau bergantian
menemaninya. Angela juga masih mengeluhkan organ intimnya yang terasa sangat
sakit setiap kali buang air. Bahkan masih kerap berdarah.
Angela juga kembali banyak
diam seperti sebelumnya bahkan lebih buruk lagi. Meskipun ia masih mau menjawab
bila di tanyai. Tapi tetap saja Angela mengalami guncangan begitu besar.
Apa mama masih sayang aku
ya... Batin Angela yang takut di benci mamanya lagi karena sudah membiarkan pak
kyai menyentuh tubuhnya bahkan sampai memperkosanya. Meskipun Angela sendiri
sampai sekarang masih tak paham apa itu di perkosa padahal sudah pernah
mengalaminya sendiri, yang Angela tau ia hanya sudah melanggar perintah mamanya
dan itu buruk.
Angela tak lagi menghitung
hari untuk bertemu dengan mamanya kembali. Angela terlalu malu untuk menemui
mamanya setelah kejadian yang menimpanya. Angela memang belum paham betul soal
kesucian dan kenapa tidak semua anggota tubuhnya boleh di sentuh dan di lihat
orang. Tapi Angela tau sekarang, itu untuk melindunginya agar tidak di sakiti.
Lubang vagina dan anus Angela
hampir sobek dan menyatu karena ulah pak kyai yang melakukan penetrasi secara
paksa padanya. Tapi Angela tidak tau soal itu. Angela hanya tau sekarang ia
jadi sakit dan sulit untuk berdiri dan berjalan sendiri.
Angela menyeka airmatanya
sendiri melihat anak-anak yang berjalan bergandengan bersama ibunya menyusuri
lorong rumah sakit sambil membawa oleh-oleh untuk menjenguk. Angela ragu bila
nanti ia sembuh mamanya akan menerimanya dan menyayanginya seperti sebelumnya
lagi.
"Jejela... " panggil
Ahmad lalu memberikan bengbeng yang ia beli di kantin rumah sakit pada Angela.
Angela tersenyum senang.
Angela tau itu bukan bengbengnya. Punyanya ada di rumah dan bungkusnya sudah
kumal. Tapi ini cukup mengingatkan Angela pada pertemuan indahnya dengan Wulan
beberapa waktu lalu. Terntara memang mimpinya yang jadi kenyataan tidak bisa
bertahan lama. Itu membuat Angela sedih.
"Aku nanti sidang buat
Jejela. Jejela jangan sedih ya... Aku sama kakakku sayang sama Jejela... "
hibur Ahmad.
Angela mengangguk pelan.
"Apapun yang terjadi,
Angela tetap Angela. Tidak ada yang berubah..." ucap Alif lalu memeluk
Angela di ikuti dengan Ahmad.
●●●
Pak kyai duduk di kursi
pesakitan berdampingan dengan Abror yang terus menundukkan pandangan antara
sungkan dan takut pada pak kyai. Sementara pak kyai sibuk berdzikir dan
menunjukkan kealimannya selama waktu sidang.
"Silahkan saudara Ahmad
menyampaikan kesaksiannya... "
"Halo namaku Ahmad, aku
umurnya 5 tahun, aku kelas TK Besar... " ucap Ahmad memperkenalkan diri
dengan gugup. Hakim dan orang-orang di persidangan tersenyum memberi semangat
pada Ahmad agar berani. "Aku waktu itu pernah lihat Jejela di pangku pak
kyai, di panggil terus di paksa buat di pangku sambil pegang dada sama ininya
Jejela... " ucap Ahmad sambil menunjuk mana saja yang di sentuh pak kyai
pada tubuh Angela.
"Kapan itu dek ?"
tanya hakim dengan suara lembut agar Ahmad bisa lebih rileks dan tenang dalam
menceritakan apa yang ia lihat.
"Waktu aku pulang ngaji,
mas Abror yang suruh pulang nomer satu soalnya aku sama Jejela angeng diam...
" jawab Ahmad. "Terus besoknya aku tidak TPA dua hari. Habis itu
Jejela hilang waktu tidak berangkat sama aku. Terus waktu pulang dia di antar
mas Abror. Jejela berdarah sambil bilang pak kyai jahatin Jejela... " ucap
Ahmad sambil mendelik ketakutan karena ada pak kyai yang menatapnya tajam
sekilas.
"Oke... Sudah? "
tanya hakim pada Ahmad.
"Sudah itu saja. Aku tau
Jejela tidak bohong. Aku percaya Jejela... Jejela anak baik... " ucap
Ahmad sebelum menyudahi kesaksiannya.
"Oke terimakasih Ahmad,
gantian sama kakak Alif ya... " ucap hakim. Alif menyampaikan semua yang
ia ketahui. Mulai dari Angela yang membolos hingga saat ia dan Ahmad menyatukan
ceritanya hingga singkron.
Tentu saja pak kyai dan kuasa
hukumnya tidak serta merta mengakui kesaksian dari Ahmad dan Alif. Mereka
langsung mementahkan kesaksian dari Ahmad dan Alif yang di anggap tidak valid
karena tidak bisa menunjukkan barang bukti dan tidak bisa menunjukkan dengan
jelas waktu kejadiannya.
"Yang Mulia... Saya punya
saksi lain... " potong Burhan.
Setelah menimbang-nimbang
beberapa waktu hakim mengizinkan Burhan untuk menghadirkan saksi lain. Datang
orang tua Siti yang membawa barang-barang bukti visum mendiang putrinya yang
waktu itu menjadi santri wati kelas satu tsanawiyah (SMP) yang di perkosa
hingga hamil lalu memutuskan untuk gantung diri karena malu.
Bukti makin kuat tapi pak kyai
dan kuasa hukumnya masih tidak mau mengalah dan mengakui. Keduanya tampak
begitu alot. Hingga Burhan mengeluarkan saksi lainnya lagi. Orang tua Salma dan
Adinda. Beserta Salma yang ikut dan langsung mengeluarkan reaksi ketakutan,
histeris hingga pingsan begitu melihat pak kyai.
Bukti sudah cukup kuat. Tapi
hakim memberi waktu untuk pak kyai menjawab.
"Kami memilih menjawab
secara tertulis Yang Mulia... " ucap kuasa hukum pak kyai.
Semua orang tampak kecewa
karena masih harus menunggu seminggu lagi untuk melihat pledoi terdakwa atas
tuntutan dan kesaksian para saksi hari ini. Para pendukung pak kyai juga sudah
mulai kendur karena bukti makin kuat.
"Ini akal-akalan rezim
buat menjatuhkan Kyai kita! " teriak pendukung pak kyai begitu palu di
ketuk untuk menyudahi sidang kali ini sekaligus menunggu jawaban melalui surat pledoi.
"Ini pencemaran nama
baik! Rezim benci Islam! Rezim mengkriminalisasi ulama!" teriak yang lain.
"Takbir!!! " serunya begitu lantang dan di sauti
"Allahuakbar!!!" oleh para pendukung yang lain.
●●●
Angela pasti kuat dia sudah di
temani mas Burhan. Semuanya akan baik-baik saja. Dia pengacara yang hebat...
Aku percaya semua akan baik-baik saja... Batin Wulan saat melihat siaran berita
kasus Angela.
Dan masih seperti sebelumnya
Wulan masih saja meruruki dirinya yang tak becus mengurusi undang-undang yang
akan melindungi semua perempuan ini. Tak hanya perempuan tapi juga semua orang
yang tidak berdaya karena menerima kekerasan seksual. Pasti dunia akan jauh
lebih baik dari pada sekedar fokus mensahkan omnibuslaw.
Kalau saja RUU PKS sudah di
sahkan waktu itu. Pasti sekarang Angela punya payung hukum yang jelas. Pasti ia
tidak akan merasakan amarah dari pendukung buta arah pak kyai. Hingga muncul
tagar #KyaiIbnuTidakBersalah atau tagar #JusticeForAngela seperti sekarang.
Mungkin juga Angela masih bisa sekolah dan menunggunya seperti sebelumnya dengan damai di rumah Aji. Tapi nasi sudah menjadi bubur, Wulan juga tidak bisa banyak berbuat karena ia sendiri masih mendekam di penjara. [Next]