0
Home  ›  Chapter  ›  Sister Complex

Bab 20 – Penjara

Bab 20 – Penjara-1

Angela bangun lebih pagi dari biasanya. Angela tidak sabar menunggu jemputannya tiba dan ia bisa bertemu mamanya lagi. Angela ingin segera bertemu mamanya. Angela ingin banyak bicara dengan mamanya. Ah sudah banyak sekali planning di kepala Angela.

Nana juga bangun lebih pagi karena tau Angela pasti akan sangat senang bisa bertemu dengan mamanya lagi. Nana membawakan bekal makanan untuk Angela dan membuatkan surat ijin yang di titipkan pada Alif. Ahmad yang tau hari ini Angela akan pergi juga ikut bangun lebih awal. Ahmad tidak rela bila Angela pergi dan kekhawatiran bila Angela tidak akan pulang ke rumahnya lagi.

"Adek, Angela kan mau ketemu mamanya... Cuma sebentar kamu ga usah sedih gitu dong," ucap Alif menguatkan Ahmad yang pagi-pagi sudah terlihat sedih.

"Tapi aku itu sayang Jejela kakak. Jejela itu temanku, keluarga kita juga. Nanti kalo dia gak pulang lagi ke sini bagaimana? " tanya Ahmad dengan suara yang sudah bergetar setelah lama diam.

Alif menghela nafas, Ahmad selalu begitu bila punya teman baru. Apa lagi Angela jadi teman baru sekaligus langsung tinggal di rumah. Jelas Ahmad sangat suka dengan Angela, begitu pikir Alif.

Angela menatap Ahmad yang sedih dan tengah berbincang dengan Alif. Ada sedikit harapan di hati Angela agar Alif mau ikut menahannya seperti Ahmad. Tapi belum Angela berpikir terlalu jauh ia langsung menyadarkan dirinya. Angela harus bertemu mamanya, Angela lebih merindukan mamanya. Tapi mungkin bila Alif yang memintanya untuk tetap disini, Angela akan memikirkannya ulang.

"Ini mama bikin nuget, sama sosis, ini ada sayur, nasinya mama banyakin. Nanti Angela makan sama mama Wulan ya... " ucap Nana sambil memasukkan bekal untuk Angela ke dalam tote bag. "Kerupuk? " tawar Nana yang langsung di angguki Angela.

Angela senang sekali ia bisa membawakan sesuatu untuk mamanya. Pasti mamanya juga akan sangat senang dengan apa yang ia bawakan nanti.

"Adek, kakak... Sarapan dulu yuk nak! " ajak Nana sambil membuatkan susu.

"Jejela, nanti Jejela harus pulang kesini lagi loh ya habis nengok mamanya Jejela... " ucap Ahmad mewanti-wanti Angela.

Angela hanya tersenyum sambil menghela nafas. Angela tidak mau mengiyakan permintaan Ahmad karena Angela berharap mamanya akan memintanya untuk menetap bersama di manapun itu. Meskipun Angela juga senang bisa tinggal di rumah Ahmad.

"Jejela masih harus sekolah, jadi Jejela harus pulang nanti... Ya... " Ahmad memaksa dengan suara bergetar dan beberapa kali menarik ingusnya masuk.

Angela teringat sekolahnya. Rasanya jadi tidak mungkin kalau mamanya akan meminta Angela tetap tinggal nanti.

"Udah ayo makan... " ajak Alif yang mengabaikan Angela dan hanya fokus pada Ahmad sejak Angela mengatakan sesuatu tentang pak kyai.

Usai makan dan semua siap berangkat ke sekolah. Alif langsung masuk mobil lebih awal. Alif bahkan tidak menyalimi Angela dan memilih langsung saja setelah berpamitan dengan mamanya. Ahmad yang paling lama karena tiba-tiba bilang ingin mengantar Angela menjenguk mamanya nanti.

"Udah adek sekolah aja, nanti pulang sekolah Angela dah pulang... " ucap Nana membujuk Ahmad agar mau sekolah.

Akhirnya dengan berat hati Ahmad mengangguk lalu menyalimi Angela. "Jejela nanti pulang ke sini ya... Aku tungguin... " ucap Ahmad lalu memeluk Angela sebelum berangkat bersama papanya.

●●●

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

"Terimakasih ya ma... " ucap Angela lembut sebelum naik ke mobil kuasa hukum mamanya.

"Angela mau di temani mama tidak? " tanya Nana menawarkan diri karena khawatir pada keamanan Angela.

Angela ingin Nana juga ikut dan bisa di kenalkan dengan mamanya nanti. Tapi Angela takut merepotkan Nana, selain itu pasti Nana masih harus meminta izin dulu pada Aji yang jadi big bos di rumah. Setelah lama diam untuk mempertimbangkan Angela menggeleng pelan.

"Yasudah, Angela hati-hati ya nak..." ucap Nana sambil memeluk dan mencium Angela sayang. "Titip Angela ya pak Burhan."

Burhan mengangguk sambil tersenyum lalu membukakan pintu untuk Angela. Angela kembali memeluk Nana lalu berjalan masuk sambil melambaikan tangannya pada Nana.

"Angela gapapa... Kan mau ketemu mbak Wulan... " gumam Nana lalu kembali masuk ke rumahnya.

Rumah terasa sepi. Biasanya juga jadi sepi kalau anak-anak pergi sekolah. Tapi kali ini berbeda rasanya. Padahal Nana tau Angela pasti akan di antar kembali lagi ke sini. Alif dan Ahmad juga nanti pulang sekolah juga pulang. Tapi Nana merasa begitu kosong dan seperti ada yang hilang.

"Hah... Cuma di tinggal sebentar aja loh aku ini dah nangis... " gumam Nana lalu menyeka airmatanya dan tertawa kecil.

Nana melihat foto-foto yang di pajang di ruang tamu, anak-anaknya terus tumbuh dan akan semakin besar juga dewasa. Kelak akan meninggalkannya dan memiliki keluarga sendiri. Nana jadi sedih merasa waktunya bersama anak-anaknya akan segera habis.

●●●

Angela berdiri di samping Burhan yang tengah meminta izin pada sipir dan memastikan Angela baik-baik saja juga berhak menemui Wulan. Begitu bisa masuk pun Angela tidak bisa langsung bertemu mamanya. Angela masih menunggu bersama Burhan sampai Wulan keluar.

"Mau main game?" tanya Burhan menawarkan ponselnya untuk main game pada Angela.

Angela menggeleng sambil tersenyum menolak tawaran Burhan sambil terus memegangi totebag dan menatap pintu masuk Wulan nanti.

"Angela!!" pekik Wulan dengan sumringah dan begitu senang saat keluar menemui Angela.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

Angela merasa tak percaya mamanya akan menyambutnya dengan begitu sumringah dan baik. Ini pertama kalinya Angela mendapat perlakuan baik dari mamanya. Angela langsung berlari ke arah mamanya sambil menenteng totebag bawaannya yang berat. Angela juga sudah menangis haru saat bertemu mamanya.

Benar, mamaku sayang aku... Batin Angela sambil memeluk Wulan erat-erat sambil menangis tersedu-sedu.

"Angela kangen mama gak? " tanya Wulan sambil mendekap erat Angela. Angela langsung mengangguk sambil membenamkan dirinya dalam pelukan erat mamanya yang begitu jarang ia terima.

Rasanya Angela ingin menangis keras-keras sambil mengatakan betapa rindunya ia. Tapi Angela tidak berani melakukannya, cukup begini saja Angela sudah senang. Sangat senang.

Wulan juga terus mendekap Angela sambil memangkunya. Putrinya yang harus bertahan hidup seorang diri dan di titipkan kesana kemari tanpa ada yang senang hati menerimanya. Angela yang selalu terseok-seok sendirian dan terus di abaikan Wulan. Sekarang menyadarkan Wulan kalau hanya anaknya yang di anggap baban itu saja yang akan berlari ke arahnya untuk memberikan semua rasa cintanya.

"Mama, aku kangen mama... Kalo aku ikut mama di sini aja boleh tidak? " tanya Angela dengan suara yang begitu pelan dan lembut tapi cukup bisa di dengar Wulan yang memeluknya.

Bahkan setelah Wulan terus membentak, meninggalkan, dan mengabaikan Angela. Angela masih mau bersamanya. Sungguh Wulan tak dapat menahan airmatanya lagi.

"Aku sudah sering liat mama Nana memasak, nasi kalo di taruh di kulkas, di masak lagi enak sekali. Aku bisa bantu mama bikin itu kalo aku temani mama di sini... " ucap Angela berusaha meyakinkan Wulan agar mengizinkannya ikut mendekam di penjara bersama-sama.

Wulan mengatur nafasnya lalu menyeka air matanya. "Angela gak boleh ikut mama, disana sempit tidak boleh ada anak kecil. Angela di rumah tante Nana aja ya. Sama Alif sama Ahmad ya... Belajar di sana, sekolah yang benar... Nanti tiap bulan kesini ketemu mama. Tapi Angela gak boleh ikut mama ya... " ucap Wulan mencoba memberi pengertian pada Angela.

Angela sedih dengan jawaban Wulan. Angela hanya merasa harus selalu ada bersama mamanya apapun yang terjadi. Angela tidak peduli atas apapun yang sudah terjadi atau akan menimpanya nanti, selama bersama mamanya Angela merasa semua baik-baik saja.

"Mama denger Angela sekolah ya sekarang?" Wulan berusaha mengalihkan pembicaraan.

Angela langsung mengangguk lalu menyeka airmatanya. "Iya aku sekolah. Aku TPA di masjid juga... " jawab Angela lalu tersenyum senang akhirnya ia bisa membanggakan aktivitasnya pada Wulan.

"Oh ya? Gimana sekolahmu?" tanya Wulan antusias.

"Aku kelas 1B.  Kelasku dekat sama TKnya Ahmad. Sekolahku sama sama kakak Alif juga. Aku kerjakan pr tiap hari, belajar, menulis, menghitung, membaca, aku tidak malas. Mama Nana... "

"Tante Nana. Mamanya Angela cuma ini," potong Wulan yang merasa cemburu ketika Angela memanggil orang lain selain dirinya dengan sebutan "mama".

"Tante mama Nana... Kasih aku makan enak, bekal juga, dia pintar memasak. Mama pasti suka masakannya. Ini aku bawa! " Angela kembali melanjutkan ceritanya sambi menunjukkan bekal yang di bawanya.

Wulan hanya menghela nafas, rasanya Angela juga sudah nyaman memanggil Nana dengan sebutan mama. Wulan jadi takut bila Angela akan menggantikan figur mamanya dari Wulan ke Nana. Wulan takut kehilangan Angela.

"Ini yang di buat kesukaanku semua loh ma... Aku bantuin mama Nana memasak, aku juga pernah bikin cilok di sana. Tapi aku gak sengaja pecahin mangkuk waktu makan ice cream tungguin ciloknya matang..." ucap Angela sambil mengeluarkan bekal yang ia bawa untuk di makan bersama mamanya. "Ini aku tangannya luka waktu itu... Ternyata mama Nana tidak marahin aku waktu pecahin mangkuk. Mama Nana sayang aku... " Angela melanjutkan ceritanya sambil menunjukkan luka di telapak tangannya yang merusak garis tangannya. "Mama nanti ikut aku saja, kita di rumah mama Nana saja. Disana semua orang baik... Mama pasti suka... " ajak Angela sambil menatap Wulan penuh harap.

Wulan hanya tersenyum mendengar ajakan Angela yang berulang kali menyebut Nana dan begitu senang juga tampak bangga terhadap Nana.

"Ayo makan ma... " ajak Angela sambil memberikan sendok pada Wulan.

Wulan mengangguk lalu meletakkan plastik yang di bawanya sebelum mulai mencoba bekal yang di bawakan Angela. [Next]

Bab 20 – Penjara-2


31
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share