0
Home  ›  Chapter  ›  Sister Complex

Bab 11 – Video Call

Bab 11 – Video Call-1

Angela terus menangis memohon sampai menyembah-nyembah di kaki Nana dan Aji berharap keduanya mau membantunya membawa Wulan keluar. Nana bingung sekali harus bagaimana menjelaskan pada Angela yang tampak penuh harap padanya. Alif dan Ahmad tampak ingin membantu Angela dan membantu Angela memohon. Terutama Ahmad yang sudah berdiri di belakang Angela.

"Angela, mama sama papa ga tau gimana cara bantuin mamanya Angela. Nanti coba kita cari tau dulu ya mamanya Angela ada di mana. Ya... " bujuk Nana lalu mengangkat tubuh Angela sebelum makin menjadi tontonan pelanggan yang lain. "Cup... nanti mama bantuin, tapi gak bisa cepat. Angela harus sabar ya."

Angela mengangguk pelan dan masih menangis sambil membungkam mulutnya.

"Pa, Papa bisa bantu Jejela kan?" tanya Ahmad penuh harap pada papanya.

Nana ikut menatap Aji, begitu pula dengan Alif dan pak Janto sementara Aji hanya diam tak yakin bisa menjawab apa.

"Mas..."

"P-pa-papa berusaha..."

"Tuh Jejela jangan sedih! Papaku bisa!" putus Ahmad lalu memeluk Angela dan mamanya.

●●●

Aji di buat pusing dengan permintaan keluarganya agar bisa mempertemukan Angela dan Wulan kembali. Paling tidak bertemu, karena sangat mustahil membawa keluar Wulan yang sudah di vonis hukuman atas korupsinya. Bukan hal mudah juga menghubungi Wulan yang masih menjadi sorotan publik begini.

Pak Janto yang menginap tidur di kamar Alif dan Ahmad. Ahmad yang paling semangat berbagi tempat tidurnya meskipun akhirnya Alif yang berbagi tempat tidur karena Ahmad gampang gerah dan tidak suka berdempet-dempetan. Pak Janto juga sempat beberapa kali ikut menghibur Angela yang kembali diam dan murung.

"Kok bisa Angela di titipin sini? Apa gak punya keluarga si Wulan itu? " tanya pak Janto heran pada Nana yang tengah merapikan meja makannya.

Nana menghela nafas lalu menatap bapaknya sedih. "Keluarganya mbak Wulan gak suka sama Angela. Angela kayaknya ga punya bapak juga kayak si Alif dulu. Kemarin aku sama mas Aji pergi ke rumah orang tuanya mbak Wulan... Langsung di amuk Angela, di siram teh, di pukul pakek gelas... Itu kepalanya ada perbannya ya gara-gara luka, di jahit... " jawab Nana menjelaskan kondisi Angela.

Pak Janto ikut sedih mendengar nasip Angela yang begitu malang.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

"Mbak Wulan sendiri juga belum jelasin apa-apa ke kita pak... Orang Angela aja kesini di antar orang. Katanya pengacaranya mbak Wulan. Cuma di kasih amplop isi surat, intinya minta tolong jagain Angela sama sembunyiin Angela. Nanti kalo sudah waktunya pasti juga di jelasin.... Angela juga pasti bakal ikut mamanya lagi..." sambung Nana. "Tapi sementara waktu biar disini aja dulu gapapa. Aku ga ada anak cewek, sekarang ada. Aku jadi ada temennya... " ucap Nana sambil tersenyum senang.

"Baik, besok kalau bisa saya minta videocall sama Wulan. Tolong di usahakan buat anaknya ya... " ucap Aji sambil menelepon kuasa hukum Angela lalu menyudahi panggilannya. "Na, besok kita bisa videocall sama Wulan. Bisanya cuma gitu sementara waktu ini... Gapapa ya... " ucap Aji melaporkan hasil usahanya pada Nana.

Nana langsung memeluk erat suaminya. "Makasih mas... " ucap Nana senang. Aji langsung mengangguk sambil membalas pelukan Nana.

"Nanti kalo situasinya sudah lebih baik dan memungkinkan, kita temani Angela buat jenguk Wulan..." ucap Aji yang masih berusaha mewujudkan permintaan Angela juga semua anggota keluarganya yang meminta untuk membantu Angela.

Nana mengangguk lalu mengecup pipi suaminya sambil berjinjit. "Makasih banyak ya mas... " ucap Nana terharu dengan usaha suaminya.

●●●

Pagi-pagi Nana membangunkan Angela dengan sumringah. Selain karena Nana sudah mandi keramas, ia juga masih berbunga-bunga dengan rencana hari ini untuk melakukan videocall dengan Wulan. Nana tau ini tidak sesuai yang Angela mau, tapi setidaknya ini bisa sedikit mengobati rasa rindu Angela.

Setelah kebiasaan pagi biasanya, Nana sudah mengganti perban di kening Angela juga. Hari ini Nana juga memakaikan baju yang cantik untuk Angela. Baju muslim yang kemarin di belinya dan rencana akan di cuci hari ini. Nana sangat semangat menyiapkan kejutan ini pada Angela.

"Halo Wulan, tolong bicara sama Angela dulu ya, dari kemarin dia nangis..." ucap Aji lalu buru-buru memberikan ponselnya pada Angela di dampingi Nana.

Wulan sudah memasang wajah angkuhnya begitu melihat Angela. Wulan juga merindukan Angela, sebagai seorang ibu ia tetap menyayangi Angela dan mengkhawatirkannya.

"Mama! Mama dimana? Aku mau ikut mama! Aku janji aku tidak makan banyak ma, aku tidak ngompol, aku tidak nangis, aku tidak berisik, aku tidak minta jajan ma... Aku jadi manusia baik ma... Mama dimana? Aku mau ikut mama! " tangis Angela langsung pecah sambil menatap mamanya.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

Wulan menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan. Bahkan setelah ia kerap kasar pada Angela, Angela masih menginginkannya. "Itu kepalamu kenapa? " tanya Wulan ketus dan tegas pada Angela.

"Aku pergi ke rumah keluarga mama, sama mama Nana, papa Aji. Aku di marahin... Tapi aku gapapa ma... Aku tetap mau temani mama! " jawab Angela.

"Angela, kamu kalo mau ikut mama. Kamu harus jadi anak baik! "

"Aku anak baik ma! Aku anak baik... " potong Angela sambil menangis.

Wulan kembali terdiam menahan tangisnya. "Kamu harus tinggal sama mama Nana dulu, kamu harus di sana sampai mama jemput kamu! Paham gak? " bentak Wulan.

Angela langsung mengangguk dan membungkam mulutnya yang menangis karena terkejut akan bentakan Wulan.

"Kamu belajar di sana, jangan ngerepotin, bantuin mama Nana, jangan ngeyel, nurut! Jangan cengeng! Makan yang sehat! Jangan sakit! Jangan cari masalah... " Wulan memejamkan matanya ia tak kuat lagi bila harus banyak berpesan dan bicara pada Angela. Wulan mendekap ponselnya.

"Mama! Aku sayang mama! Aku selalu sayang mama! Aku di sini jadi anak baik! Aku jadi sampah yang berguna! Aku bakal tunggu mama terus sampai mama kesini! Mama harus kesini! Aku gapapa tunggu mama sendirian di sini! " ucap Angela sambil berteriak karena tak dapat melihat wajah mamanya.

Air mata Wulan mengalir begitu deras. Putrinya yang terus di cacinya begitu menyayanginya dengan tulus. Bahkan setelah ia terus memperlakukannya dengan buruk selama ini, Angela terus menghujaninya dengan cinta tanpa ada persyaratan apapun.

"Aku sayang mama selamanya!" jerit Angela lagi.

Wulan hanya bisa menengadahkan kepalanya tak bisa lagi menahan airmatanya. Wulan merasa sangat menyesal dan bersalah sudah begitu banyak mengabaikan satu-satunya anak yang bisa ia lahirkan dari rahimnya yang sudah hilang sekarang.

Anak yang bahkan tak pernah meminta untuk di lahirkan darinya, tak pernah meminta untuk kemewahan apapun dan Wulan terus saja menghujaninya dengan kebencian karena tak tau siapa bapaknya. Wulan terus saja menganggap Angela sebagai sampah dan memperlakukannya bagai pengemis tiap hari. Tanpa pernah Wulan sadari kalau Angela satu-satunya mahluk kecil tak berdaya yang selalu mengharapkan sedikit waktu dan kasih sayangnyal lalu membalas dengan menghujani Wulan dengan cinta seperti saat ini.

"Mama! Mama dimana? Aku tidak bisa liat mama! " teriak Angela panik. "Mama aku janji tunggu mama! Aku janji jadi sampah yang berguna! "

Angela... Kamu bukan sampah nak... Mamamu ini yang sampah... Dan kamu makhluk tanpa dosa yang menanggung semuanya sendiri... Batin Wulan lalu mematikan sambungan videocallnya sepihak. [Next]

Bab 11 – Video Call-2


31
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share