Bab 01 – Sembunyi Angela
Angela menatap pria yang
membawanya ke sebuah rumah itu dengan bingung. Angela ingin banyak bertanya,
tapi baru tidak sengaja batuk saja sudah mendapat tatapan tajam. Angela hanya
diam sambil berusaha menahan batuk dan tenang sepanjang jalan.
Angela terus memperhatikan
pria yang membawanya dengan takut. Tapi hanya bisa diam. Pria itu juga tak
berniat mengajaknya bicara sama sekali. Angela di bawa masuk ke sebuah kamar
lalu di tinggalkan sendirian di sana. Angela mulai menangis ketakutan ketika
pria itu sudah pergi lagi setelah mengunci Angela di kamar.
"Mama... Tolong aku...
Mama... " lirih Angela memanggil mamanya yang jelas sia-sia.
Seperti biasa Angela menangis
hingga terlelap. Meringkuk diatas tempat tidur besar sambil memegangi ranselnya
hingga pagi. Pria yang membawanya pergi itu juga belum datang, Angela masih
diam di kamar. Beruntung ada kamar mandinya jadi angela bisa pipis dan minum
dari kran kamar mandi.
Habis ini mama datang terus
kita pergi berdua, pikir Angela berpikir positif sambil berdiri di dekat
jendela. Berjinjit melihat kondisi di luar. Begitu cerah, ada kolam ikannya,
ada taman kecil juga. Angela ingin kesana melihat ikan dan mencium bunga-bunga
di taman kecil itu. Nanti, nanti kalo mama datang aku bisa liat itu, Angela
kembali menaruh harapan.
●●●
"Bagaimana Angela?"
tanya Wulan pada kuasa hukumnya yang di minta untuk menyembunyikan Angela.
"Di rumahku, apa perlu di
titipkan ke keluargamu? Aku bukan pengasuh anak-anak, aku juga tidak bisa
selamanya menjaga anakmu... "
Wulan tak peduli lagi pada
omongan kuasa hukumnya. Wulan tengah berpikir keras pada siapa ia bisa
menitipkan Angela. Ia sempat ingin mengajak Angela untuk bersamanya di dalam
tahanan, tapi publik mengetahuinya sebagai seorang janda dan tidak memiliki
keturunan. Ingin di titipkan ke orang tuanya atau kakak-kakaknya, Wulan saja di
usir oleh keluarganya sejak memilih untuk mempertahankan Angela. Mana mungkin
keluarganya mau bertanggung jawab sementara waktu atas Angela.
"Aji. Bawa Angela ke
rumah mas Aji. Dia punya istri yang baik, punya anak-anak juga. Mertuanya juga
baik. Ku dengar istrinya juga punya om yang ga punya anak. Mungkin Angela bisa
di titipkan di sana sementara waktu!" ucap Wulan senang dengan setitik
harapannya.
Kuasa hukum Wulan meragukan
keputusan Wulan. Mengingat Aji dan keluarganya juga ikut kena getah dari kasus
korupsinya. Mana mungkin mereka mau menerima Angela untuk di titipkan di sana.
"Aku bakal tulis surat
buat Nana, buat mas Aji. Tolong antarkan Angela kesana besok..."
"Kalau mereka tidak mau?
Apa perlu ku titipkan ke panti asuhan?"
Wulan langsung menggebrak meja
tak setuju. "Anakku itu cantik, baik, penurut, pintar. Aku ga mau anakku
di adopsi orang lain kalo di titipkan di panti asuhan!" protes Wulan.
"Ini kamu kasih ini ke siapa saja yang ada di rumahnya nanti. Pasti mereka
mau jagain Angela. Aku yakin! Feelingku kuat!"
Wulan sebenarnya tak yakin
bagaimana perasaan putri kecilnya itu sekarang. Wulan hanya ingin selalu
menyembunyikannya agar putrinya tak terbebani apa-apa. Wulan juga sudah tak mau
repot-repot merindukan Angela lagi setelah kuasa hukumnya pergi sesuai
perintahnya. Bagi Wulan Angela adalah bebannya, beban terbesar dalam hidupnya
yang tidak bisa di bagi dan tidak memberikan keuntungan apapun padanya.
"Dasar anak kecil
merepotkan..." gumam Wulan sambil tersenyum senang dalam selnya
membayangkan bila Angela akan punya teman dan di urus dengan baik oleh Nana.
Kuasa hukum Wulan kembali ke
rumahnya lalu cepat-cepat menjemput Angela dan kembali membawanya pergi.
"Kita mau kemana?"
tanya Angela dengan lembut.
"Titipin kamu ke tempat
temannya mamamu. Kata mamamu kamu ga boleh nakal. Harus jadi anak baik di
sana," jawab kuasa hukum Wulan yang sudah tak semenyeramkan sebelumnya.
Angela mengangguk paham.
"Mamaku kemana?" tanya Angela lagi.
"Ada urusan,"
jawabnya singkat. Angela sudah tak berani mengajak kuasa hukum mamanya itu
berbicara lagi. Rasanya semua sudah jelas, ia akan ganti pengasuh. Angela
berharap mamanya membayar lebih mahal pada pengasuh baru kali ini agar ia dapat
perlakuan sedikit lebih baik.
Sepanjang perjalanan yang
lumayan jauh Angela sempat tertidur dan kembali terjaga ketika mobil mulai melambat
lalu berhenti di depan sebuah rumah dengan gerbang tinggi yang membentengi.
Kuasa hukum yang membawanya tiba-tiba turun dan langsung di sambut oleh seorang
wanita muda di susul kedua anak laki-lakinya. Mereka berbincang, lalu koper
Angela di bawa keluar.
Angela yang paham harus
bagaimana langsung bersiap turun dan memakai sandalnya. Tak lama Angela di
tarik keluar, tapi betapa terkejutnya Angela ketika kuasa hukum mamanya itu
langsung memberikan amplop pada wanita muda yang ada di balik pagar sambil mendorongnya
masuk secara paksa lalu pergi tanpa pamit. Tanpa bicara apa-apa, bahkan tak
mengatakan sampai kapan ia harus di sini.
Wanita muda itu tampak bingung
dengan kehadiran Angela, begitu pula dengan kedua anak laki-laki yang langsung
mendekati Angela. Angela panik, apa lagi salah satu dari anak laki-laki itu
tampak suka berkelahi karena memakai seragam karate. Angela takut kedua anak
laki-laki itu akan berbuat buruk padanya. Angela langsung menangis ketakutan
dan kebingungan.
"Eh, kamu jangan nangis.
Siapa yang nakalin kamu? " tanya anak laki-laki yang memakai sragam karate
yang jadi panik karena Angela menangis.
"Dia siapa ma? "
tanya anak laki-laki yang tampak lebih besar pada wanita muda yang menerima
kedatangan Angela.
"Anaknya tante baik, di titipin di sini..." jawab wanita muda itu dengan lembut lalu menggendong Angela masuk ke dalam di ikuti dua anak laki-lakinya yang membawakan barang-barang milik Angela. "Sudah gapapa jangan nangis. Cup, cup... Sayang." [Next]