Bab 02 – Angela Anak Siapa?
Ahmad dan Alif, nama anak laki-laki yang tinggal
juga di rumah ini. Ahmad mengeluarkan banyak simpanan mainanya untuk menghibur
Angela. Alif tak mau kalah, ia memberikan makanan ringan pada Angela. Angela
hanya diam tak berani bicara meskipun sudah tidak menangis lagi. Angela merasa
lebih tenang, setidaknya Angela tau kalau anak-anak di rumah ini baik padanya.
"Ini mamaku, mama nana." Ahmad langsung
memperkenalkan wanita muda yang membawa Angela masuk tadi setelah menyiapkan
kamar untuk Angela.
"Aku Angela," jawab Angela lalu
mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Nana.
"Mamaku ini pintar masak! Jejela sudah makan
belum? Ayo makan!" Ahmad begitu antusias terhadap Angela yang pendiam.
"Angela sudah makan?" tanya Nana lembut
yang di jawab dengan gelengan oleh Angela. Nana hanya tersenyum lalu
menggandeng Angela masuk ke ruang makan. Nana menyiapkan nasi dengan laik sop
dan tempe goreng. "Mau di suapin?" tanya Nana lembut, Angela kembali
menggeleng.
"Itu tepenya enak, susukaanku." Ahmad
mengambilkan sepotong tempe lagi untuk Angela.
"Angela umurnya berapa?" tanya Alif.
"Tujuh tahun..." jawab Angela pelan.
"Aku lima tahun, aku sudah TK B," Ahmad
ikut memperkenalkan diri tanpa di minta.
Angela mulai makan sambil mendengarkan Ahmad yang
terus mengajaknya bicara dan menyodorkan ini dan itu padanya. Alif juga tak
banyak bicara, karena rasanya Ahmad sudah cukup mewakilinya untuk bicara. Nana
juga kembali sibuk menelfon entah dengan siapa, lalu sibuk lagi di dapur untuk
memotong buah.
Angela suka melihat buah naga berwarna ungu dan
putih yang di bawa Nana. Potongannya juga pas untuk mulutnya yang kecil dan
yang terpenting Angela boleh makan seperti Alif dan Ahmad.
Pasti mamaku bayar mahal sekali, batin Angela
sambil menikmati buah naga.
"Angela rambutnya panjang ya. Tapi kusut,
mama sisir ya?" ucap Nana lalu masuk dan mengambil sisir.
Nana mulai menyisir rambut bergelombang milik
Angela dengan pelan-pelan dan sabar menguraikan tiap rambutnya yang kusut lalu
mengepangnya. Angela belum pernah di kepang, pengasuhnya biasanya hanya
menjepit rambutnya atau memakaikannya bando.
"Sini-sini kaca!" ajak Ahmad sambil
menggandeng Angela ke cermin besar di samping kamar mandi.
Angela tampak lebih rapi dan cantik. Angela suka.
"Kakak kapan mau ke tempat les?" tanya
Nana pada Alif.
"Libur," jawab Alif lalu mengikuti
Ahmad yang menggandeng Angela masuk ke kamar tamu yang akan di tempati Angela.
"Kakak ilbur berarti nanti kita bisa
belanja?" tanya Ahmad senang.
"Nanti bilang papa ya..." jawab Nana
lalu mengikuti Ahmad dan Alif.
"Jejela isi tasnya apa?" tanya Ahmad
saat melihat ransel milik Angela di atas tempat tidur.
Angela menggeleng lalu naik ke tempat tidur di
ikuti Ahmad dan Alif juga Nana. Angela mulai membuka tasnya dan mengeluarkan
isinya. Ada mainan, peralatan mandi, baju kotor, boneka, peralatan gambar,
semua seperti asal di masukkan. Nana menyeringitkan kening, bertanya-tanya
bagaimana bisa Angela packing dengan begitu berantakan, buat apa pula Angela
membawa baju kotor dan mainan.
Alif yang menaruh sedikit curiga pada Angela
langsung pergi ke kamarnya, mengingat Angela adalah anak Wulan pasti ada
sesuatu sampai perlu membawa semuanya begini.
"Kamu harusnya kalo menginap bawa baju sama
sikat gigi saja. Tidak usah bawa semuanya," ucap Ahmad menasehati Angela.
Angela mengangguk lalu kembali memasukkan
barang-barangnya dan duduk bersandar sambil memeluk bonekanya lagi-lagi Ahmad
kembali banyak bicara dan Angela kembali menjadi pendengarnya. Tapi tak selang
lama kembali ada suara mobil dan masuk seorang pria dengan stelan kantoran
dengan begitu panik dan terburu-buru. Ahmad langsung menyambut dengan ceria
sementara Angela langsung mendelik di tempat tidurnya.
Nana yang semula ramah dan begitu sabar langsung
menunjukkan raut wajah yang berbeda. Kedua orang dewasa itu mulai berdebat.
Angela merasa bersalah sudah di bawa ke sana. Angela juga langsung bersiap bila
ia akan mendapat perlakuan buruk.
Tak lama Ahmad kembali masuk dengan membawa es
sirup. Nana dan pria dewasa itu diam, keduanya bertingkah seperti tidak terjadi
apa-apa. Angela jadi teringat pada pengasuhnya yang selalu memarahinya dan akan
berbuat baik bila mamanya datang. Angela takut bila mereka akan berlaku sama
seperti pengasuhnya dulu.
"Aku mau pulang saja..." lirih Angela
setelah lama diam.
"Loh Jejela kenapa mau pulang? Katanya
menginap di sini?" protes Ahmad. "Jejela takut ya liat papaku?"
tebak Ahmad lalu naik ke tempat tidur Angela. "Papaku baik kok. Tidak
jahat."
Ahmad terus berusaha menghibur Angela dan membuatnya
betah. Sementara Nana dan suaminya pergi ke kamar. Entah apa yang mereka
bicarakan. Tak lama juga Alif ikut masuk ke kamarnya sambil membawa tablet dan
Ahmad masih menemani Angela.
"Jejela jangan sedih dong..." hibur
Ahmad lalu menggenggam tangan Angela. Angela menyeka air matanya lalu
mengangguk dan tersenyum. "Nanti kita pergi belanja sama mama, nanti bisa
beli es klim di sana."
Angela kembali mengangguk lalu kembali memasukkan
barang-barang yang sempat ia tadi ke dalam ranselnya bersama Ahmad.
●●●
Nana dan Aji tampak masih berseteru meskipun di
depan anak-anak terlihat baik-baik saja dan hangat seperti sebelumnya. Angela
melihat Ahmad yang di gendong papanya lalu bermain bersama dengan Alif yang
juga ikut serta. Begitu hangat dan menyenangkan. Angela belum pernah bertemu
ayahnya, tapi melihat interaksi Alif dan Ahmad ia langsung berharap bila
bertemu ayahnya nanti akan di sayang seperti itu juga.
"Angela..." panggil Nana lembut yang
melihat Angela dari tadi diam menatap anak-anaknya. "Ayo rapiin barang-barang
di kamar," ajak Nana yang langsung di turuti Angela meskipun Angela masih
kerap mencuri pandang ke arah Aji.
Angela membayangkan bila keluarganya utuh seperti
pengasuh barunya ini. Baru kali ini pula Angela merasakan kalau ia punya
pengasuh yang lengkap perempuan dan laki-laki. Anak-anak di rumah Aji yang di
anggap angela sebagai panti asuhan kecil ini juga baik padanya.
Nanti kalau mamanya datang Angela bisa
bersama-sama lagi dan hidup bahagia di rumahnya, belum lagi kalau ada ayahnya.
Angela tak sabar ingin bertemu ayahnya. Belajar, bermain, makan, tidur,
menyisir rambut dan pergi bersama-sama. Pasti akan sangat menyenangkan.
"Ini di cuci?" tanya Nana setelah
mencium baju Angela.
Angela masih melihat Ahmad yang di gelitiki Aji
sambil tersenyum.
"Angela..." panggil Nana meminta
perhatian Angela. Angela langsung menatap Nana sedikit terkejut. "Ini di
cuci ya?" Nana kembali mengulang pertanyaannya.
Angela kembali mengangguk lalu ikut memilah
pakaian kotornya dan menata pakaian yg bersih ke lemari, meskipun Angela masih
suka melihat Aji dan interaksi hangatnya. Nana yang menyadari itu merasa
sedikit takut, kalau-kalau Angela adalah anak Aji. Nana takut rumah tangganya
akan berantakan lagi. Nana tidak mau ada pengrusak dalam rumah tangganya.
Tapi mengingat isi surat dari Wulan yang sama
sekali tak mengklaim Aji sebagai ayah biologis Angela, Nana sedikit bisa lega.
Angela juga jauh berbeda dari Aji, tidak ada kemiripannya sama sekali. Angela
tampak seperti anak-anak berdarah campuran keturunan barat. Rambutnya juga
kecoklatan, kulit Angela juga putih pucat. Beda, dia bukan anak biologis Aji.
Nana terus berusaha mencari ke miripan antara Aji dan Angela juga alasan kenapa
harus keluarganya yang di titipi. [Next]