0
Home  ›  Chapter  ›  Sister Complex

Bab 08 – Cara yang Berbeda

Bab 08 – Cara yang Berbeda-1

Sejak Alif mengajak Angela bicara Angela terus mengingat ucapannya. Angela juga jadi lebih berhati-hati lagi agar tidak berbuat salah atau memecahkan perabot lainnya. Nana juga dengan telaten mengurus luka-lukanya dengan lembut. Tak hanya itu Angela juga dapat beberapa baju rumahan baru yang bisa serasi dengan Nana. Nana benar-benar memperlakukan Angela seperti anaknya sendiri.

"Angela, kalo Angela ikut ngaji sama Ahmad mau tidak?" tanya Nana yang melihat Angela duduk di samping Ahmad.

"Iya Jejela, nanti kita berangkat sama-sama, belajar, pulang, jajan sama-sama!" Ahmad antusias. Mendengar antusias Ahmad, Angela langsung mengangguk setuju. "Nanti kita belajar baca iqro sama berdoa," sambung Ahmad.

Angela mengerutkan keningnya bingung. "Iqro?" lirih Angela. Ahmad dan Nana langsung menatap Angela terkejut.

"Jejela berbicara!" pekik Ahmad kaget lalu langsung mencari kakaknya yang tengah mandi. "Kakak Jejela berbicara! Dia bisa keluarin suara!" lapor Ahmad sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi yang masih di pakai Alif.

"Nah gitu loh Angela, Angela ngomong..." ucap Nana senang Angela mulai mau berbicara. Angela langsung mengangguk dan tersenyum heran, baru ini dia mengeluarkan suara dan tidak di marahi malah di minta banyak bersuara.

"Jejela cepat ngomong lagi!" ucap Ahmad sambil menggandeng Alif untuk mendengar suara Angela.

Alif menunggu Angela kembali bicara, bahkan Alif belum sempat ganti baju sebelumnya. Ahmad menatap Angela penuh harap agar ia bicara lagi, begitu pula dengan Nana. Angela menatap Ahmad, Alif dan Nana bergantian lalu tersenyum dan menundukkan pandangannya malu.

"Yah Jejelanya malu lagi..." keluh Ahmad kecewa yang membuat Alif terkekeh lalu langsung masuk kamar dan memakai baju.

"Gapapa, mulai sekarang Angela kalo mau apa-apa harus bilang dulu ya..." ucap Nana yang di angguki Angela.

"Assalamualaikum...," sapa Aji yang baru pulang kerja sambil membawa bingkisan berisi seekor ayam goreng kremes.

"Wa'alaikumussalam... " jawab Nana dan Ahmad kompak.

"Jejela jawab juga, nanti dosa kalo ga jawab Wa'alaikumsalam gitu..." perintah Ahmad pada Angela.

"Wa'alaikum... " lirih Angela.

"Salam... Wa'alaikum salam... Gitu" Ahmad kembali menuntun Angela.

"Wa'alaikumsalam."

Aji kaget mendengar Angela yang menjawab salamnya, Aji senang Angela sudah mulai terbuka dan terbiasa di rumahnya. "Ini nanti kita ke rumah mama, Alice mau lamaran..." ucap Aji sambil memberikan bingkisannya pada Nana.

"Jejela juga ikut?" tanya Ahmad.

"Iya dong, semuanya. Nanti biar bisa main sama Ken," jawab Aji lalu mengecup kening istrinya sebelum masuk kamar.

Ahmad dan Angela langsung mengintili Nana yang membuka bingkisan. Ahmad langsung mencomot kremes yang ada. Angela hanya melihat Ahmad.

"Angela mau?" tanya Nana yang di angguki Angela. "Bilang dong, Angela mau ma... Gitu," ucap Nana mengajari Angela.

Angela tersenyum malu, "Angela mau ma... " ucap Angela lembut.

"Ini sayang... " Nana langsung memberikan sepotong sayap pada Angela. "Ahmad, kakak di panggil ajak makan sini!" perintah Nana pada putranya.

"Tapi aku mau kaki ayam dulu loh ma!" rikues Ahmad sambil berjalan ke kamar memanggil kakaknya.

Nana mengambilkan nasi dalam piring besar, lalu memotong-motong timun dan mengambil beberapa kemangi. Setelah itu menata potongan timun dan kemanginya ke atas piring dan menambahkannya dengan sambel juga ayam beserta kremesnya.

"Siapa yang mau di suapin mama?" tanya Nana yang jelas membuat anak-anak juga suaminya antusias.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

"Nanti kita masih makan juga loh di tempat oma..." ucap Aji lalu bergabung dengan Nana dan anak-anak duduk di karpet ruang tengah sambil menonton TV.

"Yaudah papa ga usah disuapin aja, nanti papa makan di tempat oma..." saut Ahmad lalu membuka mulutnya menerima suapan dari mamanya.

Aji langsung cemberut lalu ikut membuka mulutnya menerima suapan istrinya. "Makan kalo di suapin gini jadi tambah enak..." puji Aji.

Nana hanya tersenyum lalu menyuapi Alif. Angela hanya diam melihat betapa menyenangkannya makan di suapi. Apa lagi Nana terlihat lembut dan telaten saat menyuapi dengan tangannya. "Angela di suapin juga mau?" tanya Nana sambil bersiap menyuapi Angela.

Angela langsung mengangguk dan duduk mendekat pada Nana untuk menerima suapannya. "Pakek sambel dikit biar cepet gede... " ucap Nana lalu menyuapi Angela.

Nana terus menyuapi anggota keluarga kecilnya sambil ikut makan sampai semuanya habis. Alif dan Ahmad juga sudah mulai mengerikiti sisa-sisa daging yang menempel di tulang ayamnya. Benar kata Aji, makan di suapi rasanya lebih enak dan Angela baru tau itu.

"Habis ini kita siap-siap ke rumah oma," ucap Aji memberi instruksi.

"Oke bos!" jawab Ahmad sambil mengacungkan jempolnya.

Angela langsung mencuci tangannya lalu pergi ke kamar untuk bersiap-siap. Angela mengambil piama barunya yang di rasa bagus dan layak di kenakan untuk pergi. Angela langsung mengenakannya lalu menyisir rambut ikal bergelombangnya yang panjang dan memakai bando.

Tapi saat Angela merasa dirinya sudah cantik dengan piamanya ternyata Ahmad dan Alif malah memakai batik dan celana panjang. Angela malu, lalu kembali mengurung dirinya di kamar. Nana yang sadar Angela juga perlu di bantu bersiap langsung pergi ke kamar Angela. Nana hanya tersenyum melihat cara bersiap Angela lalu mengambilkan dress bunga-bunga berwarna merah muda untuk Angela, Nana juga mengikat rambut Angela agar rapi.

"Dah cantik..." pujin Nana lalu mengajak Angela keluar bersama anak-anaknya menunggu Aji yang menyiapkan mobilnya.

●●●

Sepanjang jalan Alif dan Ahmad terus menerus memberi pertanyaan pada Angela agar banyak bicara. Nana juga begitu sementara Aji rasanya memilih diam saja dan tetap menjaga jarak dari Angela agar istrinya tidak mengira yang aneh-aneh.

"Ini rumah keluarganya papaku..." ucap Ahmad begitu sampai gerbang.

Angela langsung diam teringat terakhir kali ia pergi bertemu keluarganya Angela dapat oleh-oleh luka jahitan. Angela langsung menggeleng pelan. "Angela tunggu di mobil ya..." pinta Angela dengan lembut.

"Kenapa? Nanti ada adek Ken juga loh! Ada kakak-kakak yang lain juga! " bujuk Ahmad.

"Gapapa Angela. Kita kan keluarga juga," Alif menguatkan Angela. "Nanti Angela sama aku terus kalo takut."

"Sama aku juga!" Ahmad tak mau kalah.

Angela mengangguk pelan lalu tersenyum dan mengekori Alif dan Ahmad turun. Ada seorang wanita paruh baya yang menyambut dengan hangat. Menyalimi Nana dan memeluknya erat lalu melakukan hal yang sama ke Alif, Ahmad, dan Aji yang baru datang.

"Ini siapa?" tanya Siwi sambil berjongkok agar sejajar dengan Angela.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

"Angela, umurku tujuh taun..." Angela memperkenalkan diri.

Siwi langsung tersenyum lalu menyalami Angela. "Oma Siwi, omanya Alif sama Ahmad... " Siwi ikut memperkenalkan diri lalu mempersilahkannya masuk.

Kok dia tidak memukul? Batin Angela bingung sambil terus berjalan mengikuti Alif dan Ahmad.

"Adek Ken! Ini ada kakak Alif sama kakak Ahmad nih! Ada Angela juga!" panggil Siwi pada cucunya Ken.

Ken langsung datang dengan sumringah menyambut Alif dan Ahmad lalu mengajaknya bermain di kamar. Ini panti asuhan yang lebih besar dan mewah dari sebelumnya, batin Angela membandingkan rumah keluarga Aji dengan rumah Aji yang masih saja ia anggap sebagai panti asuhan.

"Kamu siapa?" tanya Ken begitu menyadari Angela ikut masuk ke kamar bermainnya.

"Angela... " jawab Angela sedikit takut.

"Ini tempat bermain cowok! Kamu cewek ga boleh main di sini!" bentak Ken mengusir Angela. Sama seperti saat mengusir Ahmad dulu. Ken memang begitu suka memilih-milih teman bermain.

"I-iya..." jawab Angela paham lalu berjalan menjauh.

"Ken ga boleh gitu, pilih-pilih teman tidak baik..." Alif menasehati Ken lalu pergi mengejar Angela.

"Kalo Jejela ga boleh ikut main, aku tidak mau main!" putus Ahmad lalu ikut kakaknya.

"Hiiiihhhhh! " geram Ken lalu mulai melemparkan mainan-mainannya pada Alif, Ahmad, juga Angela yang meninggalkannya. "Ayo main! Aku mau main ya kita semua harus main!! " paksa Ken sambil berteriak lalu memukulkan mainan busnya ke kepala Angela.

"Kamu tidak boleh pukul Jejela!!! Dia keluargaku!!!" Ahmad langsung marah melihat Angela yang di pukul hingga lukanya yang masih di perban berdarah lagi.

Ahmad langsung mendorong Ken kuat-kuat hingga Ken jatuh tersungkur.

"Huaaa!!! Aku di pukul! Aku di pukul! Aku di dorong! Aku di dorong!" Ken langsung hiteris sambil menuding Ahmad hingga Alif bingung harus menenangkan bagaimana.

Eyang langsung masuk untuk membantu Ken, Ahmad langsung mendekat pada Angela dan Alif. Tanpa mau mendengar penjelasan Alif maupun Ahmad yang akan buka suara, Eyang langsung menapar Alif.

"Kamu ini kakak! Harusnya ngalah sama Ken!" ucap Eyang dengan penuh penekanan.

Alif berkaca-kaca sambil menatap Eyangnya. "Tapi aku memang mau dorong Ken, Ken jahat ke Jejela. Cowok tidak boleh pukul cewek. Aku yang dorong Ken bukan kakak." Ahmad pasang badan membela kakaknya dan Angela.

"Anak koruptor!" sinis Eyang lalu mendorong Angela yang sudah menangis dalam diam karena lukanya yang nyeri setelah di pukul dan kembali berdarah.

Ahmad menampik tangan Eyang agar tidak menyentuh Angela dan kakaknya.

"Semua ini salah Alif sama kamu anak koruptor! " sinis Eyang lalu pergi sambil berusaha menenangkan Ken.

Siwi yang melihat apa yang di lakukan ibu mertuanya itu hanya bisa diam, lalu begitu mertuanya keluar Siwi langsung masuk untuk menangkan perasaan Alif dan Angela di susul Nana dan Aji.

"Kakak maaf ya..." ucap Ahmad sedih kakaknya selalu kena marah bila ia berkelahi dengan Ken. Bahkan meskipun kakaknya sudah banyak mengalah dan diam ia tetap saja kena marah.

Nana mendekap Alif juga Angela. "Sudah... Gapapa... Eyang kan emang gitu orangnya... " ucap Nana membesarkan hati anaknya.

Siwi hanya menghela nafas, heran dengan mertuanya yang terus membeda-bedakan cucunya. Begitu keluar kamar anggota keluarga yang lain, kedua kakak Aji dan anak-anak juga suami istrinya menatap dengan tatapan masam dan jengah.

"Maaf," hanya itu yang terlontar dari mulut Aji. Sementara Nana tertunduk karena jelas ia akan menjadi bulan-bulanan Eyang. "Aku ikut senang Alice akhirnya akan menikah. Jadi agar tidak memperkeruh suasana, aku pulang saja..." putus Aji lalu menggendong Angela dan menggandeng Nana keluar di ikuti anak-anaknya. "Sudah jangan pada sedih dong. Kita kan mau pulang..." hibur Aji begitu semua sudah di mobil.

"Kenapa ya kok Eyang jadi ga sayang aku lagi sekarang..." gumam Alif sedih sambil menatap rumah neneknya dan keseruan di dalamnya yang terpaksa di tinggalkan.

"Eyang itu sayang kakak, tapi caranya berbeda... " hibur Aji lalu mulai menyetir agar segera pergi menjauh.

"Aku mau di sayang yang caranya biasa saja, tidak usah berbeda..." saut Alif sambil menyeka air matanya.

Angela ikut sedih melihat Alif sedih. Angela paham rasanya menjadi Alif, di sayang dengan cara yang berbeda itu tidak enak. Angela paham. [Next]

Bab 08 – Cara yang Berbeda-2


31
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share